Tampilkan postingan dengan label perempuan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label perempuan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 01 Februari 2023

Menjadi Perempuan Pembelajar yang Merdeka atas Pilihannya

 

“Sekolah yang tinggi ya nak..minimal kamu harus kuliah dan bekerja..”

Masih terngiang nasehat almh ibu, saat saya masih berusia belasan tahun. Ibu adalah seorang pegawai pemerintah yang setiap hari harus pergi ke kantor. Saya melihat bagaimana Ibu mampu membagi waktu antara urusan kantor dan mengurus keempat anak tanpa pembantu. Pilihan Ibu untuk bekerja di luar rumah tentu membawa konsekuensi bagi beliau. Capek secara fisik sampai tidak mempunyai cukup waktu untuk diri sendiri mungkin dialami, tapi kok seingat saya beliau tidak pernah mengeluhkan pilihannya sebagi perempuan bekerja kantoran. Padahal jumlah waktu yang dimiliki untuk beristirahat sangat minim. Tapi beliau memberi contoh bagi saya bagaimana menjadi perempuan yang mampu menjalankan beberapa peran dengan baik dan keluarga tetap menjadi prioritas pertamannya.

Setiap perempuan yang menikah dan mempunyai anak pasti akan mendapat peran lebih dari satu yang harus dijalankan dengan segala konsekuensi dan tanggung jawabnya. Peran pertama sebagai istri dan selanjutnya sebagai ibu. Peran itu masih akan bertambah jika sang perempuan bekerja di luar rumah dan aktif berorganisasi. Jadi akan ada perempuan yang super sibuk dengan bejibun aktivitasnya dan ada pula perempuan yang sibuk sekedarnya.

Kalian pilih yang mana??

Jumat, 20 Agustus 2021

Review Buku : Antologi Ibu Rumah Tangga Bisa Apa?


Judul : Ibu Rumah Tangga Bisa Apa

Penulis : Malica Ahmad dkk. 

Penerbit : Dandelion Publisher, cetakan pertama Maret 2021

Menjadi salah satu kontributor tulisan di buku antologi ini sangat membahagiakan karena ini adalah buku antologi pertama saya. Sebenarnya sudah lama saya ingin menerbitkan buku tapi selalu saja maju mundur dan rasanya belum nemu waktu yang pas. Saat ditawari untuk ikut gabung menulis di antologi ini, saya langsung tertarik karena tema yang diangkat adalah tentang perempuan dan ibu rumah tangga.

Tidak sedikit perempuan yang menyandang status ibu rumah tangga mendapat pertanyaan-pertanyaan yang kurang mengenakkan seperti:

“Sudah sekolah tinggi-tinggi sampai jadi sarjana, masak cuma jadi ibu rumah tangga dan tidak kerja. Duh rugi banget..”

Atau pertanyaan lain :

“Sekarang kerja dimana? Hah? Ga kerja? Cuma jadi ibu rumah tangga aja di rumah?”

antologi IRT Bisa Apa?

Selasa, 11 Mei 2021

Mengurangi Sampah Makanan Keluarga

“Bu.., tukang sampahnya sudah 3 hari ini tidak datang,” asisten rumah tangga saya melaporkan.

Duh, rasanya sebal sekali melihat tumpukan sampah di depan rumah. Tumpukan sampah itu jadi mengurangi estetika pandangan, apalagi kalau ada sampah basahnya jelas akan menimbulkan aroma yang tidak sedap. Urusan sampah yang telat diambil sekarang jadi masalah baru bagi orang-orang yang tinggal di perumahan dengan lahan terbatas seperti saya. Saya sendiri jadi sangat tergantung dengan keberadaan tukang sampah yang mengambil sampah rutin setiap dua hari sekali. Cilakanya kalau dia tidak datang dan tidak berkabar, hasilnya sampah akan menumpuk di depan rumah.

Kata sampah sebenarnya sangat familiar di telinga kita. Keluarga bahkan individu setiap hari pasti menghasilkan sampah baik sampah organik maupun non organik. Rumah tangga tanpa disadari menyumbang produksi sampah organik atau sampah sisa makanan yang cukup besar. Saya cukup kaget ketika membaca sebuah hasil penelitian bahwa Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Arab Saudi dalam hal membuang sampah makanan.

Jumat, 16 Oktober 2020

Antara Perempuan dan Memasak

 MEMASAK. Ketika mendengar kata itu, yang terlintas dalam pikiran adalah urusan domestik rumah yang “biasanya” dipegang oleh perempuan. Bener ga sih penguasa dapur dan urusan memasak ada di tangan seorang perempuan atau istri? Trus apakah sebagai perempuan kudu pinter masak?

Memasak sebenarnya adalah pemenuhan kebutuhan dasar hidup yaitu makan. Hal itu bisa dilakukan oleh laki-laki atau perempuan. Saat ini tidak sedikit nama-nama chef laki-laki yang mahir membuat masakan susyah. Sebut saja Chef Juna atau chef Arnold. Dengan penampilan gagah mereka bisa begitu luwes memainkan alat dapur, meracik bahan dan bumbu, memasak sampai menyajikannya menjadi masakan yang menggugah selera.

Kompetisi bakat memasak pun tidak melulu diikuti oleh perempuan. Banyak laki-laki yang tertarik untuk ikut dan membuktikan kepiawaian mereka dalam memasak. Kemampuan memasak tidak terbatas pada perempuan karena memasak sekarang adalah ilmu yang bisa dipelajari. Siapa saja yang mempunyai passion memasak dapat belajar. Laki-laki yang jago masak tetap maskulin dan keren. Sedangkan perempuan yang pinter masak akan menambah kesan lebih feminin dan romantis.

Kamis, 03 September 2020

Mengendalikan Emosi Negatif

Pernahkah teman-teman berada pada puncak emosi marah? Badan terasa bergetar, detak jantung meningkat, nafas tidak teratur tubuh terasa panas dan kepala terasa pusing. Bahkan terkadang ada keinginan untuk berteriak dan memukul untuk melampiaskannya. Saya pernah mengalaminya. Rasa marah terkadang tidak langsung hilang walau sudah dilampiaskan dengan marah-marah dengan intonasi tinggi. Orang yang menjadi pelampiasan amarah saya terkadang juga ikut tersulut marahnya. Amarah saya pun tidak langsung hilang. Ditambah permasalahan yang menyebabkan saya marah tidak terselesaikan. Hal ini membuat ketidaknyamanan bagi saya.

Nah, pada postingan kali ini saya ingin share tentang mengelola emosi negatif seperti marah tadi.

Senin, 04 November 2019

Cara Mengelola Emosi pada Ibu

“Kakak,..Ibu sudah bilang jangan rebut mainan adikmu. Tuh Adikmu nangis. Ayolah, jangan bikin Ibu marah. Ibu capek...”

Si kakak bukannya nurut, tapi malah semakin bikin ulah. Hadew... ini emosi Ibu jadi seperti roler coaster rasanya. Mencoba menahan untuk tidak marah, tapi rasanya beraa..aat sekali.

Pernah dengar kalimat seperti itu keluar dari mulut seorang Ibu? Atau mungkin teman-teman pernah mengalaminya sendiri?

Saya yakin kejadian semacam itu pernah dialami seorang Ibu, apalagi jika kondisi fisik Ibu dalam keadaan lelah. Saya sendiri juga tidak memungkiri pernah mengalaminya.

Merawat dan mendidik anak-anak bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Namun terkadang sebagian Ibu seringkali merasa marah terhadap suami dan anak-anak padahal mungkin mereka tidak punya kesalahan pada Ibu. Setelah marah pada anak, kemudian ada rasa penyesalan di hati. Duh, rasanya emosi seperti roller coaster saja.

Rabu, 07 Agustus 2019

Membuat Anggaran Keuangan Keluarga (part 3)

Setelah melakukan evaluasi isi dompet, selanjutnya kita bisa membuat anggaran keuangan keluarga. Sebelumnya mari kita pahami apa itu anggaran? 


Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun untuk seluruh kebutuhan pembayaran keluarga dan juga memenuhi rencana di masa depan. Contoh sederhana adalah membuat rencana pengeluaran dalam bentuk membagi penghasilan kita kedalam berbagai pos-pos pengeluaran/kebutuhan rumah tangga.

Kenapa sih kita butuh membuat anggaran? Ribet amat..

Selasa, 25 Juni 2019

Cara Merencanakan Keuangan (part 2)

Melanjutkan postingan saya sebelumnya tentang pentingnya perencanaan keuangan keluarga, sekarang saya mau nulis tentang cara merencanakan keuangan keluarga.

Baca : Perencanaan Keuangan (part 1)

Setelah kita mempunyai daftar tujuan (kebutuhan) keuangan, langkah selanjutnya adalah membuat tahapan supaya tujuan tersebut bisa tercapai. Setiap orang akan mempunyai daftar tujuan keuangan yang berbeda-beda tapi secara umum tujuannya adalah terpenuhinya kebutuhan saat ini dan kebutuhan di masa datang.
Contoh kebutuhan saat ini adalah pengeluaran rutin rumah tangga dan uang sekolah bulanan anak sedangkan kebutuhan yang akan datang seperti kebutuhan dana pendidikan anak, naik haji dan dana pensiun.

Untuk membuat perencanaan keuangan langkah apa saja yang harus kita lakukan terlebih dahulu? 

Jumat, 26 April 2019

perencanaan keuangan keluarga (part 1)


Membicarakan masalah uang akan selalu menjadi topik bahasan yang menarik terutama bagi emak-emak yang notabene adalah “manajer keuangan” keluarga. Menyeimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran pada kenyataannya bukanlah semudah membalik telapak tangan. Jumlah penghasilan yang cenderung tetap, terkadang harus berpacu dengan jumlah pengeluaran yang cenderung bertambah. Dan pada akhir cerita, ada yang berakhir dengan berhutang untuk menutup kekurangan tersebut. Padahal kita semua tahu, hutang adalah tambahan beban keuangan bagi kita.

Sekolah khusus untuk mendapatkan ilmu merencanakan dan mengelola keuangan keluarga memang tidak ada, jadi kita musti pandai-pandai mencari informasi seputar itu. Saya sendiri baru akhir-akhir ini saja mulai “ngeh” dengan urusan family finance. Sejak masih single dan mempunyai penghasilan sendiri, saya tidak mempunyai planning keuangan. Kala itu uang gajian sebagaian besar saya gunakan untuk “have fun” saja dan jika ada sisa baru saya tabung. Alhasil tidak banyak saldo di tabungan saya hihi... siapa yang pernah ngalami masa-masa seperti saya dulu? Toss ah..

Kamis, 20 Desember 2018

Menjadi Ibu itu "Tidak Boleh Sakit"

Ibu adalah "center of power" di rumah. 

Saat mendapat status menjadi Ibu, maka bersiaplah untuk kuat dan sehat mengurus keluarga. Entah itu Ibu yang full di rumah atau Ibu bekerja karena seorang Ibu adalah manajer rumah tangga tempat kontrol semua kegiatan di rumah. Kita tahu, seorang manajer mempunyai tanggungjawab yang besar, nah kalau manajer rumah tangga  apa yang jadi tanggungjawabnya?

Seorang Ibu mempunyai tanggungjawab untuk mengurus dan melayani suami, anak-anak, anggota keluarga lain dan juga dirinya sendiri. Selain itu Ibu harus bisa memastikan kelancaran operasional di rumah mulai dari mengurus kebersihan rumah, penyediaan kebutuhan logistik rumah, merawat dan memastikan semua anggota keluarga terlayani dengan baik.

Wuih.. tanggungjawab yang tidak ringan bukan? secara fisik butuh stamina yang kuat untuk menjalaninya.

Baca :Menjadi Manajer Rumah Tangga

Pekerjaan di rumah adalah pekerjaan yang tidak pernah berakhir. Contoh kecilnya adalah saat piring dan gelas yang sudah dicuci semua hanya akan bertahan sebentar karena dalam beberapa menit akan ada yang mulai mengambil gelas bersih dan menjadi kotor lagi. Pun urusan baju kotor, akan senasib seperti urusan piring kotor.

Lingkaran pekerjaan yang tak pernah usai dan membutuhkan tenaga untuk mengeksekusinya. Apalagi kalau tidak punya ART, sang Ibu akan menjadi orang pertama yang bangun dan orang yang terakhir tidur di rumah. Betul ga? siapa yang sudah mengalaminya? tunjuk tangan…. Toss sama saya kalau sama hehe...

Lalu apa jadinya kalau si ibu sang manajer rumah tangga jatuh sakit??

Kamis, 11 Januari 2018

Berjuang Melawan Hyperemesis Gravidarum



Ini postingan saya yang pertama di tahun 2018. Semoga di tahun yang baru ini, tersulut juga semangat saya untuk menjalani tahun ini dengan semangat positif. 

Sejak positif hamil ketiga kalinya dengan hyperemesis gravidarum di september 2017 yang lalu, kondisi badan saya benar-benar up & down. Mual dan muntah yang hadir sepanjang hari selama hampir 5 bulan ini lumayan menguras stamina saya. Muka saya yang kucel dan berantakan menjadi pemandangan anak-anak setiap hari di rumah. Beberapa tetangga yang melihat keadaan saya yang pucat, terkadang ikutan miris dan heran, kok bisa morning sickness separah saya?? Hamil kok seperti orang yang sakit.


Di bulan ketiga kehamilan terjadi pendarahan di mata saya karena otot mata terlalu tegang disebabkan terlalu seringnya saya muntah-muntah. Kedua mata saya jadi memerah darah. Saya sendiri tidak terlalu merasakan sakit di mata, tapi orang-orang yang melihat jadi ngeri melihat mata saya yang memerah itu. Pendarahan di mata saya itu hilang dengan sendirinya tapi butuh waktu 1-2 minggu. Memang sedikit menganggu fungsi penglihatan saya. Supaya enakan, saya lebih banyak tiduran dan memejamkan mata. Di kehamilan Ikhfan, saya juga mengalami hal ini.

Senin, 13 November 2017

De Javu dengan Hyperemesis Gravidarum


Setiap kali tahu kalau ada teman, keluarga atau kenalan saya yang hamil, saya selalu menanyakan pertanyaan yang sama, “mual atau muntah enggak di awal kehamilan?”

Ternyata dari banyak perempuan hamil yang saya tanyai tidak semuanya mengalami mual dan muntah di awal kehamilan. Ada yang serasa tidak hamil karena tidak merasakan mual dan muntah, rasanya biasa saja bahkan cenderung jadi doyan makan. Kalaupun ada yang mual dan muntah kebanyakan hanya terjadi di pagi hari saja selanjutnya tetap bisa melakukan aktivitas seperti biasa. Dan hanya 1-2 orang saja yang bercerita kalau mual dan muntahnya agak parah. Tidak banyak yang tahu tentang kemungkinan perempuan hamil terserang hyperemesis gravidarum.

Hyperemesis gravidarum adalah morning sickness yang parah yaitu ketika perempuan hamil mengalami mual dan muntah lebih dari 5 kali dalam sehari dan rasa mual berlangsung terus menerus sepanjang hari sehingga makanan susah masuk. Saya pernah menulisnya di sini.

Minggu, 24 September 2017

Mengenal Hyperemesis Gravidarum

Ketika mendapati test pack ada garis merahnya dua, pastinya ibu-ibu yang menanti kehamilan akan seneng campur deg-degan. Biasanya saat ketahuan telat datang bulan, usia kehamilan sudah memasuki minggu keenam atau ketujuh. Selanjutnya yang kemudian datang adalah morning sickness. Kalau orang Jawa bilangnya sih, ngidam. Pokoknya si ibu hamil akan mual-mual bahkan terkadang diikuti dengan muntah. Penyebabnya macam-macam, pada tiap ibu hamil akan berbeda pencetus mual dan muntahnya.

Morning sickness biasanya datang di trimester pertama kehamilan. Pada umumnya ibu hamil ketika mengalami morning sickness akan mual dan muntah 1-2 kali sehari. Jika ibu hamil mengalami mual dan muntah lebih dari 10 kali dalam sehari patut diwaspadai dia mengalami hyperemesis gravidarum

Apa itu hyperemesis gravidarum?

Minggu, 17 September 2017

Perempuan juga Butuh Bahagia


Sebagai perempuan dan Ibu, apa sih yang kita butuhkan untuk bahagia dan bisa menjalani semua tanggungjawab dengan ihklas dan ringan?

Kalau disodori pertanyaan seperti itu, setiap perempuan akan berbeda-beda jawabannya. Jawaban akan tergantung pada sudut pandang dan realitas lingkungan yang ada pada perempuan. Perempuan yang bekerja kantoran akan beda sudut pandangnya dengan perempuan yang tidak bekerja kantoran. Walaupun mereka sama-sama punya status sebagai istri dan Ibu.

Nah, kalau pertanyaan itu disodorin ke saya, jawabannya apa coba?

Kamis, 24 Agustus 2017

Kelas Merajut Pemula di Gendhis Bags



Nama Gendhis Bags tidak asing bagi pecinta tas rajut. Siapa sih yang tidak tahu Gendhis? Outlet-nya bisa ditemui di jalan Ringroad Barat Yogyakarta. Ketika saya berkesempatan menginjakkan kaki memasuki Gendhis  bersama teman-teman KEB di acara Arisan Ilmu tanggal 17 Agustus 2017 kemarin, mata saya bener-bener dimanjakan oleh aneka tas rajut yang cantik-cantik. Penataan tas di showroom Gendhis sangat artistik dan terkesan eksklusif. Model tas rajutnya pun kekinian dan bikin mata ngiler ajah.

Showroom Gendhis di jalan Ring road Barat ini terdiri atas 2 lantai. Di lantai satu kita bisa temui aneka tas yang di display nan apik dengan suasana lampu yang redup menyejukkan. Naik ke lantai 2, selain tas kita bisa temui aneka pouch batik, asesoris dan juga baju-baju batik. Tinggal pilih aja, mana yang mantap di hati hehe..

view lantai 1 dari lantai 2

Selasa, 22 Agustus 2017

Mengelola Penghasilan dengan Pola 50-30-20



Ketika saya  masih kuliah dan belum mempunyai penghasilan sendiri, sama sekali tidak berpikir untuk saving atau investasi. Uang bulanan dari orang tua ludes sebelum akhir bulan bahkan uang beasiswa juga rasanya mengalir tidak bersisa di rekening tabungan. Masa muda yang terpikir adalah have fun saja dengan uang. Apalagi masih ada orang tua yang selalu bersedia menjadi tempat untuk meminta uang. Urusan saving uang dan investasi berlaku bagi orang yang mempunyai penghasilan lebih. Lha kalau mahasiswa kan ga punya penghasilan lebih toh?

Setelah bekerja dan punya penghasilan sendiri, ternyata kesadaran untuk saving dan investasi belum tumbuh juga. Menabung saya lakukan jika ada sisa uang bulanan. Alhasil saldo di rekening ga nambah-nambah malah terkadang berkurang. Maklumlah waktu itu bagi saya, seorang single tidak perlu pengelolaan keuangan yang rigid karena beban tanggungjawab saya hanya diri sendiri. Asal semua kebutuhan prbadi tercukupi, sudah cukup.

Nah, saat menikah semuanya menjadi berubah drastis. Saya menerima nafkah dari suami dan mempunyai penghasilan sendiri tapi kebutuhan kami menjadi bertambah. Kami butuh mempunyai rumah sendiri. Mempunyai rumah berarti harus menyiapkan dana yang tidak kecil untuk membelinya. Jalan keluarnya adalah dengan menabung sebisanya untuk membayar DP dan selebihnya kredit.

Kamis, 03 Agustus 2017

Istri Pinter Memasak, Penting Ga Sih?


Saya pernah menulis di postingan kalau saya itu tidak pinter memasak. Hasrat untuk memasak untuk suami dan anak-anak sebenarnya ada di dalam lubuk sanubari tapi untuk merealisasikannya banyak tantangannya. Mulai dari males, ga tahu bumbunya, ga tahu cara masaknya dan kalau dipaksa masak, rasanya amburadul ga karuan. Kebayang muka yang makan kayak apa kalau makan masakan yang rasanya amburadul itu.

Di sisi lain sebenarnya memasak sendiri itu biaya-nya lebih murah dibandingkan kalau kita makan di luar. Ditambah sekarang lagi trend  gaya hidup sehat dengan membawa bekal makanan dari rumah. Itu berarti makan masakan dari rumah dan jelas harus ada orang yang bersedia memasak masakan itu di rumah.


Terus terang saja, sejak menikah saya “memaksa” diri saya sendiri untuk belajar memasak. Sejak kecil saya jarang banget bantu Ibu memasak di dapur. Saya tahunya makanan sudah terhidang di meja dan saya tinggal makan saja. Ga pernah terbersit dalam pikiran saya untuk belajar masak. Sampai pada saat Ibu meninggal dunia, peran memasak di keluarga saya berpindah ke tangan kakak saya yang pertama. Saya tetep ga punya niat belajar memasak. Alasannya klise. Males.

Jumat, 28 Juli 2017

saya dan sahabat

Saya baru merasakan bahwa setelah menjadi istri dan Ibu, urusan perempuan menjadi segambreng banyaknya. Rutinitas mengurus rumah dan anak-anak terkadang menyeret kita ke pusaran waktu yang tidak mengenal dunia lain selain rumah dan anak-anak. Ketika harus beraktivitas keluar rumah entah ke kantor atau urusan lain, yang kepikir juga rumah. Kepikir apakah anak-anak baik-baik saja dengan si mbak asisten? Nanti sebelum pulang mau mampir belanja sayuran apa, nanti malam menu makannya apa, eh tiba-tiba keingat kalau ternyata sorenya ada arisan kompleks. Padahal badan lagi berasa ga enak dan rasanya sampai rumah pengen tidur. Hadew riwueh dewh. Pernah ga ngalamin seperti itu?

Selasa, 04 Juli 2017

Hidangan Khas Lebaran: Tape Ketan dan Emping Melinjo

Di Yogyakarta ada makanan khas yang hadir pada setiap lebaran. Namanya tape ketan yang dibungkus dengan daun pisang dan dimakan bersama emping melinjo. Saat ini tidak semua keluarga menyajikan makanan tradisional ini. Sewaktu saya kecil, hampir semua rumah di desa pasti menyajikan tape ketan dan emping melinjo sebagai makanan spesial. Berhubung saya tinggal di perumahan, jadi saya menanti-nanti saat Bapak mengajak ujung (silaturahmi) ke tempat saudara-saudaranya di daerah Sleman supaya dapat makan tape ketan dan emping melinjo. Rasa asam manis tape ketan dan rasa pahit emping melinjo berpadu sempurna di lidah saya. Emping melinjo ini berfungsi sebagai sendok untuk makan tape ketan berbungkus daun pisang ini. Tidak cukup satu bungkus tape ketan untuk memuaskan lidah saya.
 Waktu itu, hampir semua rumah menyajikan tape ketan dan emping melinjo, sehingga saya bisa membandingkan rasa tape ketan di rumah yang satu dengan rumah yang lain. Ada tape ketan yang sempurna dalam artian warnanya putih cantik, pulen, tidak berlendir dan rasa asam manisnya sangat pas. Namun ada beberapa tape ketan yang tidak sempurna seperti ketannya nglethis (tidak pulen dan masih berasa seperti beras), warnanya agak merah, terlalu asam dan kurang manis, serta mudah berlendir.

Kamis, 22 Juni 2017

Pilih Lima atau Enam Hari Sekolah?


Tema lima hari sekolah dari hari senin-Jumat selama 8 jam, sekarang menjadi perbincangan yang hangat bagi orang tua yang mempunyai anak usia sekolah. Wacana lima hari sekolah ini digulirkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2017 yang menyebutkan bahwa hari sekolah dilaksanakan delapan jam sehari atau 40 jam selama lima hari (Senin-Jumat). Jadi anak-anak akan berada di sekolah dari jam 07.00 pagi sampai jam 15.00 sore. Dan rencananya kebijakan ini akan dimulai Juli mendatang bersamaan dengan tahun ajaran baru 2017/2018.

Beberapa hari yang lalu pas nganter Ikhfan ke TK, saya sudah dicegat ibu-ibu yang lain diajak ngobrolin wacana 5 hari sekolah itu. Sebagian besar merasa galau, karena belum bisa membayangkan bagaimana prakteknya 5 hari sekolah. Kekhawatiran anak akan merasa kelelahan di sekolah sampai bagaimana makan siangnya? Sebagian ibu-ibu ini mempunyai anak yang duduk di TK Bdan akan masuk SD pada tahuan ajaran 2017/2018 ini.  Jadi bisa dipahami kalau mereka terlihat galau membayangkan anak mereka akan sekolah dari pagi sampai sore.

Yang paling membuat galau adalah urusan makan siang anak-anak. Kalau di sekolah tidak menyediakan catering berarti harus bawa bekal makan siang dari rumah. Nah, untuk menyiapkan bekal makan siang yang sehat dan bergizi bakal jadi kerepotan tersendiri bagi ibu-ibu