Tampilkan postingan dengan label parenting. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label parenting. Tampilkan semua postingan

Kamis, 30 Desember 2021

Mensiasati Guilty Feeling bagi Ibu Bekerja

 Yang berstatus ibu bekerja coba tunjuk tangan.

Toss ..statusnya sama kayak saya. Pernahkah teman-teman mengalami perasaan bersalah (guilty feeling) saat meninggalkan anak yang masih kecil untuk berangkat kerja? Saya yakin semua ibu bekerja sempat merasakan perasaan ini, walau kadarnya akan berbeda-beda. Secara naluri seorang Ibu selalu ingin berada di dekat anaknya namun ada beberapa kondisi yang membuat ibu harus meninggalkan anaknya untuk bekerja. Pengasuhan anak didelegasikan kepada orang lain. Guilty feeling ini lumrah dialami oleh para ibu yang bekerja di luar rumah.

Saya juga mengalaminya. Selama rentang waktu bekerja kurang lebih 15 tahun dengan 3 orang anak, saya berkali-kali mengalami perasaan bersalah itu. Guilty feeling sangat terasa saat masa cuti melahirkan habis dan harus segera masuk kantor. Walau ada pengasuh yang menginap di rumah, tetap saja rasanya gimana gitu meninggalkan mereka seharian. Di kantor bawaannya kangen mencium bau wangi bayi dan pengen menggendong.

Perasaan bahwa sebagai ibu tidak bisa maksimal dalam hal mengurus dan mengasuh bayi sering bermunculan di benak saya. pokoknya nano-nano deh rasanya.Tapi life must go on . Sebagai ibu harus bisa menjalani kenyataan hidup bahwa menjadi pekerja kantoran harus bersikap profesional dan juga mampu mengayomi anak-anak di rumah. Ini adalah konsekuensi yang harus diterima oleh ibu yang memilih untuk bekerja kantoran. Setiap Ibu bekerja pasti akan mempunyai cerita dan permasalahan yang berbeda-beda dalam menjalani peran gandanya.

Kamis, 03 September 2020

Mengendalikan Emosi Negatif

Pernahkah teman-teman berada pada puncak emosi marah? Badan terasa bergetar, detak jantung meningkat, nafas tidak teratur tubuh terasa panas dan kepala terasa pusing. Bahkan terkadang ada keinginan untuk berteriak dan memukul untuk melampiaskannya. Saya pernah mengalaminya. Rasa marah terkadang tidak langsung hilang walau sudah dilampiaskan dengan marah-marah dengan intonasi tinggi. Orang yang menjadi pelampiasan amarah saya terkadang juga ikut tersulut marahnya. Amarah saya pun tidak langsung hilang. Ditambah permasalahan yang menyebabkan saya marah tidak terselesaikan. Hal ini membuat ketidaknyamanan bagi saya.

Nah, pada postingan kali ini saya ingin share tentang mengelola emosi negatif seperti marah tadi.

Selasa, 26 Mei 2020

Idul Fitri 1441 H

Selamat Idul Fitri 1441 H
Mohon Maaf Lahir dan Batin

Idul Fitri di tahun 2020 ini terasa sangat berbeda. Kita merayakan Idul Fitri di tengah pandemi corona sejak Presiden mengumumkan kasus positif pertama di Indonesia bulan Maret 2020. Anjuran untuk memutuskan rantai penyebaran covid-19 dengan tinggal di rumah, memakai masker, sering mencuci tangan dan menjaga jarak dengan orang lain telah merubah semua aktivitas harian semua orang, tak terkecuali saya dan keluarga.

Sejak kantor memberikan kebijakan Bekerja Dari Rumah tanggal 18 Maret 2020, saya, mas suami dan anak-anak berkativitas dari rumah. Di masa-masa awal, rasanya bosan dan susah mengatur ritme aktivitas. Menemani anak-anak belajar, memasak dan mengerjakan pekerjaan kantor menjadi hal yang susah-susah gampang dilakukan di rumah. Setiap kali buka laptop, ada aja yang ngerecoki hehe...
Tapi tetap jadi hal yang seru karena 24 jam kumpul sama anak-anak. Waktu kerja juga jadi lebih fleksibel.

Ramadhan dan Idul Fitri

Memasuki bulan Ramadhan, anak-anak mulai saya kondisikan dengan ritme aktivitas baru yaitu sahur dan sholat tarawih. Sholat tarawih kami lakukan di rumah secara berjamaah. Kadang-kadang jam 8 malam baru mulai tarawih karena nunggu si adik irham bobok. Malah sempat kami tarawih jam 10 malem, untungnya si kakak ikhsan dan ikhfan belum ngantuk.
Ramadhan tahun ini juga bisa berhemat karena anak-anak "nerimo" dengan makanan yang saya sajikan di rumah. Ga minta jajan atau makan di luar. Saya jadi lebih sering masak sendiri. Jarang banget beli makanan matang. Belanja stok makanan seminggu 2 kali  dan pilih-pilih warung yang ga ramai untuk menghindari kerumunan.
Di lebaran ini kami tidak pakai baju baru. Anak-anak juga tidak merengek-rengek minta baju baru. Alhamdulillah...
Masih bisa pakai baju lebaran tahun kemarin. 

Semoga kita semua bisa menjalani kehidupan dengan ikhlas di masa pandemi ini. Jangan lupa tetap bahagia walau harus banyak menghabiskan waktu di rumah. Banyak hikmah yang bisa kita ambil, seperti kebersamaan dengan keluarga adalah sesuatu yang berharga.

Mohon Maaf Lahir Batin dari Jogja


with 3 boys

Kamis, 27 Februari 2020

Tips mengatasi sibling rivalry pada Si Anak Tengah (2- habis)

Sibling rivalry adalah bahan perbincangan yang tiada habis bagi emak-emak. Keluarga yang mempunyai anak lebih dari satu pasti pernah mengalami sibling rivalry. Persaingan antar saudara untuk memperebutkan perhatian dan kasih sayang orang tua memang biasa terjadi di antara anak-anak. Ada kalanya persaingan terjadi setelah kehadiran adik baru. Persaingan tersebuat adalah kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih dan perhatian dari satu atau kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih.

Nah, di postingan kali ini, saya akan menuliskan progress saya mengatasi sibling rivalry pada Ikhfan ( 6,5 th). Di postingan sebelumnya, (baca : mengatasi sibling rivalry pada anak tengah) saya sudah menceritakan betapa Ikhfan mudah sekali tersulut tantrumnya yang terkadang membuat emosi saya bagai rollercoaster. Periode puncak tantrum ikhfan terjadi pada saat kelahiran Irham di tahun 2018.

Secara teori, sibling rivalry bisa dikendalikan dan diselesaikan. Namun secara praktek tidak mudah karena butuh “perjuangan dan pengorbangan” seluruh anggota keluarga terutama Ibu. Selama hampir satu tahun ini saya berjuang untuk mengelola emosi saya dan menyelamatkan ikhfan dari tantrum dan sibling rivalry.

Senin, 04 November 2019

Cara Mengelola Emosi pada Ibu

“Kakak,..Ibu sudah bilang jangan rebut mainan adikmu. Tuh Adikmu nangis. Ayolah, jangan bikin Ibu marah. Ibu capek...”

Si kakak bukannya nurut, tapi malah semakin bikin ulah. Hadew... ini emosi Ibu jadi seperti roler coaster rasanya. Mencoba menahan untuk tidak marah, tapi rasanya beraa..aat sekali.

Pernah dengar kalimat seperti itu keluar dari mulut seorang Ibu? Atau mungkin teman-teman pernah mengalaminya sendiri?

Saya yakin kejadian semacam itu pernah dialami seorang Ibu, apalagi jika kondisi fisik Ibu dalam keadaan lelah. Saya sendiri juga tidak memungkiri pernah mengalaminya.

Merawat dan mendidik anak-anak bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Namun terkadang sebagian Ibu seringkali merasa marah terhadap suami dan anak-anak padahal mungkin mereka tidak punya kesalahan pada Ibu. Setelah marah pada anak, kemudian ada rasa penyesalan di hati. Duh, rasanya emosi seperti roller coaster saja.

Senin, 10 Desember 2018

Pejuang ASI eksklusif untuk irham

Akhir bulan November 2018 ini, Irham genap berusia 6 bulan. Iyes.. akhirnya si anak bayi ini lulus ASI eksklusif. Lega dan puas rasanya bisa memberikan hak bagi Irham untuk mendapatkan ASI. Saya sendiri sebagai ibu juga "bangga" berhasil melewati perjuangan lelahnya menyusui dan memerah ASI. Bukan karena urusan memberikan ASI eksklusif sekarang lagi "trend" dan ramai di media sosal, tapi rasa bahagia dan puas sebagai ibu tidak bias dilukiskan dengan kata-kata.

Saya juga tidak memungkiri bahwa media sosial menjadi salah satu booster untuk bisa memberikan ASI eksklusif. Melihat foto botol-botol ASIP di freezer dan foto wajah bayi yang pipinya menggembul yang wira-wiri di lini masa sekarang jadi sesuatu yang menggelitik hati untuk juga bisa punya stok ASIP yang banyak. Apa saya juga ikutan share foto botol-botol ASIP di medsos? ah, sesekali saya juga share dengan niatan bisa jadi booster ibu-ibu yang menyusui untuk ikut berjuang memberikan ASI bagi bayinya. 

Rabu, 28 November 2018

Irham’s Milestone 0-5 months

Tidak terasa sekarang telah memasuki bulan ke lima post partum saya. Saya belum menuliskan di blog tentang perkembangang irham sebagaimana biasa saya menulis perkembangan kakak-kakaknya. Sekarang saya mau menuliskan perkembangan Irham sejak mulai usia 0 bulan.

Masa kehamilan Irham saya habiskan untuk mondar-mandir ke kampus untuk kuliah, bimbingan tesis dan perpustakaan. Jadi ini bayi sudah ikutan belajar sejak di perut. Walau saya terserang hyperemesis sejak trimester pertama, tapi aktivitas saya tetap bejibun.

Ikhsan Ikhfan tetap minta saya antar jemput sekolah, jadi saya tetap menyetir mobil sampai usia kandungan memasuki 9 bulan. Saya berhenti nyetir mobil karena diminta mas suami yang sudah ga tega melihat perut saya yang membuncit. Apalagi badan saya benar-benar melar karena berat badan naik hampir 21 kg.

Baiklah saya stop nyetir mobil dan minta diantar jemput oleh mas suami sampai saat datangnya HPL. Saya memang disarankan dokter untuk melahirkan secara SC karena riwayat SC di dua kehamilan sebelumnya. SC pertama karena terjadi pendarahaan sedangkan SC kedua karena placenta previa totalis. Baiklah, saya ikhlas memutuskan untuk melahirkan secara SC.

Jadwal SC saya 5 hari sebelum HPL tapi 5 sebelum jadwal secar saya mengalami kontraksi. Setalah dibawa ke RS, ternyata saya mengalami bukaan 3. Saya dinyatakan dalam kondisi darurat dan harus segera dilakukan SC dalam waktu satu jam.

Rabu, 29 Agustus 2018

selamat datang ke dunia Irham...


Memasuki trimester ketiga di kehamilan saya yang ketiga ini, kondisi badan lumayan fit untuk beraktifitas. Saya masih mondar-mandir antar jemput anak-anak dan mengerjakan tesis di kampus. Dengan perut yang semakin membesar, saya masih bisa nyetir mobil sendiri tapi 4 minggu menjelang HPL mas suami melarang saya menyetir sendiri. Sudah ga tega liatnya, begitu alasan mas suami. Saya sih nurut saja.

Beberapa minggu mendekati HPL saya kadang merasa deg-degan seperti takut menjalani proses persalinan. Dua kali mengalami sesar, saya masih saja ngeri membayangkan saya akan mengalami lagi untuk yang ketiga kalinya. Setiap kali kontrol, dokter kandungan saya jarang membahas proses sesar yang akan saya lalui nanti. Sepertinya beliau tahu kalau saya takut menjalani sesar lagi. Pokoknya kata-katanya menenangkan saya.

“sesuai SOP memang Ibu lebih aman kalau menjalani persalinan lewat sesar. Tapi yang terpenting kita jaga kondisi janin matang dan saya menjadwalkan sesar 5 hari sebelum HPL. Tidak bisa lebih cepat, untuk meminimalisir bayi lahir dengan bilirubin tinggi. Saya akan selalu siaga membantu persalinan Ibu,” begitu penjelasannya.

Selasa, 23 Januari 2018

Berdamai dengan baby blues


Saat status kita berubah menjadi orang tua, maka saat itulah tanggung jawab baru tersampir dipundak kita yaitu mendidik anak. Kita tidak hanya melahirkan dan memberi makan anak tetapi juga “wajib” menggoreskan nilai-nilai pendidikan yang baik bagi anak yang kita lahirkan. Saya sadar penuh, bahwa untuk menjadi orang tua tidak ada sekolahnya. 
Belajar menjadi orang tua itu prosesnya berbarengan pada saat anak kita lahir. Saat anak kita lahir, saat itu juga kita belajar menjadi orang tua.

Proses hamil dan melahirkan juga merupakan proses belajar menjadi calon orang tua. Setelah bayi lahir, proses belajar semakin kompleks karena tidak sedikit ibu yang mengalami baby blues bahkan post partum depression. Saya sendiri sempat mengalami baby blues saat kelahiran anak pertama (ikhsan-2007) dan kedua (ikhfan-2012).


Penyebab utama adalah kondisi tubuh yang “lelah” setelah proses melahirkan, dan keadaan hormon yang berubah drastis yang mengakibatkan perasaan saya seperti swing (gampang berubah dari senang menjadi sedih). Puncaknya adalah timbulnya pikiran-pikiran bahwa bayi saya akan tenggelam di ember mandinya kalau saya mandikan. 

Kamis, 11 Januari 2018

Berjuang Melawan Hyperemesis Gravidarum



Ini postingan saya yang pertama di tahun 2018. Semoga di tahun yang baru ini, tersulut juga semangat saya untuk menjalani tahun ini dengan semangat positif. 

Sejak positif hamil ketiga kalinya dengan hyperemesis gravidarum di september 2017 yang lalu, kondisi badan saya benar-benar up & down. Mual dan muntah yang hadir sepanjang hari selama hampir 5 bulan ini lumayan menguras stamina saya. Muka saya yang kucel dan berantakan menjadi pemandangan anak-anak setiap hari di rumah. Beberapa tetangga yang melihat keadaan saya yang pucat, terkadang ikutan miris dan heran, kok bisa morning sickness separah saya?? Hamil kok seperti orang yang sakit.


Di bulan ketiga kehamilan terjadi pendarahan di mata saya karena otot mata terlalu tegang disebabkan terlalu seringnya saya muntah-muntah. Kedua mata saya jadi memerah darah. Saya sendiri tidak terlalu merasakan sakit di mata, tapi orang-orang yang melihat jadi ngeri melihat mata saya yang memerah itu. Pendarahan di mata saya itu hilang dengan sendirinya tapi butuh waktu 1-2 minggu. Memang sedikit menganggu fungsi penglihatan saya. Supaya enakan, saya lebih banyak tiduran dan memejamkan mata. Di kehamilan Ikhfan, saya juga mengalami hal ini.

Minggu, 24 September 2017

Mengenal Hyperemesis Gravidarum

Ketika mendapati test pack ada garis merahnya dua, pastinya ibu-ibu yang menanti kehamilan akan seneng campur deg-degan. Biasanya saat ketahuan telat datang bulan, usia kehamilan sudah memasuki minggu keenam atau ketujuh. Selanjutnya yang kemudian datang adalah morning sickness. Kalau orang Jawa bilangnya sih, ngidam. Pokoknya si ibu hamil akan mual-mual bahkan terkadang diikuti dengan muntah. Penyebabnya macam-macam, pada tiap ibu hamil akan berbeda pencetus mual dan muntahnya.

Morning sickness biasanya datang di trimester pertama kehamilan. Pada umumnya ibu hamil ketika mengalami morning sickness akan mual dan muntah 1-2 kali sehari. Jika ibu hamil mengalami mual dan muntah lebih dari 10 kali dalam sehari patut diwaspadai dia mengalami hyperemesis gravidarum

Apa itu hyperemesis gravidarum?

Kamis, 22 Juni 2017

Pilih Lima atau Enam Hari Sekolah?


Tema lima hari sekolah dari hari senin-Jumat selama 8 jam, sekarang menjadi perbincangan yang hangat bagi orang tua yang mempunyai anak usia sekolah. Wacana lima hari sekolah ini digulirkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2017 yang menyebutkan bahwa hari sekolah dilaksanakan delapan jam sehari atau 40 jam selama lima hari (Senin-Jumat). Jadi anak-anak akan berada di sekolah dari jam 07.00 pagi sampai jam 15.00 sore. Dan rencananya kebijakan ini akan dimulai Juli mendatang bersamaan dengan tahun ajaran baru 2017/2018.

Beberapa hari yang lalu pas nganter Ikhfan ke TK, saya sudah dicegat ibu-ibu yang lain diajak ngobrolin wacana 5 hari sekolah itu. Sebagian besar merasa galau, karena belum bisa membayangkan bagaimana prakteknya 5 hari sekolah. Kekhawatiran anak akan merasa kelelahan di sekolah sampai bagaimana makan siangnya? Sebagian ibu-ibu ini mempunyai anak yang duduk di TK Bdan akan masuk SD pada tahuan ajaran 2017/2018 ini.  Jadi bisa dipahami kalau mereka terlihat galau membayangkan anak mereka akan sekolah dari pagi sampai sore.

Yang paling membuat galau adalah urusan makan siang anak-anak. Kalau di sekolah tidak menyediakan catering berarti harus bawa bekal makan siang dari rumah. Nah, untuk menyiapkan bekal makan siang yang sehat dan bergizi bakal jadi kerepotan tersendiri bagi ibu-ibu

Sabtu, 17 Juni 2017

Tantangan Pengasuhan Anak di Era Digital


Hari jumat, 16 Juni 2017 kemarin saya berkesempatan menghadiri pertemuan wali murid di TK-nya Ikhfan yang diiisi kajian tentang Parenting. Sekolah sering menghadirkan sesi parenting untuk wali murid dengan pembicara yang berbeda-beda. Saya mendapat banyak sekali ilmu ketika mengahadiri pertemuan itu. Sewaktu Ikhfan mengalami trauma tidak mau ditinggal ketika sekolah selama 6 bulan, saya mendapat pencerahan dan cara trauma healing  bagi Ikhfan dari psikolog yang mengisi acara parenting di sekolah.



Nah, sesi parenting kemarin menghadirkan Ibu Rina, psikolog dari UII. Tema besar yang diangkat Ibu Rina adalah Menjaga Potensi Baik pada Anak. Di awal sesi, Ibu Rina melontarkan pertanyaan kepada kami adalah “apakah bapak/Ibu pernah sekolah untuk menjadi orang tua yang baik? Apakah ada sekolah untuk menjadi orang tua? Bagaimana bisa orang tua yang tidak mempunyai bekal yang baik dapat mendidik anak-anaknya dengan baik?”

Jumat, 24 Februari 2017

Mengatasi Anak yang Mogok Sekolah

Saya memasukkan Ikhfan ke playgroup saat usianya menginjak 3 tahun. Ikhfan hanya ditunggu selama 5 hari dan selanjutnya dia tidak mau ditunggu. Alkhamdulillah saya seneng melihat Ikhfan bersemangat berangkat sekolah dan bisa belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya. Satu tahun di playgroup, di tahun ajaran baru 2016/2017 saat genap berusia 4 tahun, Ikhfan masuk TK A dan perubahan drastis pun terjadi. Ikhfan sama sekali tidak mau ditinggal dan minta ditungguin selama sekolah.

Setiap kali dicoba untuk ditinggal, tangisannya membahana dan bertahan lama. Alhasil jadi mengganggu teman-teman yang lain. Di rumah, ketika mau tidur malam Ikhfan selalu ketakutan dan tidak mau tidur. Alasannya kalau dia tidur, ketika bangun hari sudah pagi dan akan dipaksa sekolah. Hua...saya jadi bingung, apa yang terjadi dengan Ikhfan??

Senin, 20 Februari 2017

Aku adalah Anak Lelaki



Mempunyai dua anak laki-laki membuat saya harus memaklumi hobi para lelaki. Kini di saat kakak Ikhsan berumur 9 tahun dan adik Ikhfan berumur 4 tahun, rumah dikuasai oleh permainan aura laki-laki. Mas suami kalau lagi di rumah sering banget ngajakin duo kakak beradik ini bongkarin mainan yang ada sekrup-nya.

Jadi, beberapa mobil remote kontrol “hancur” dibongkarin mereka bertiga. Hadew...gini nih kalau 3 laki-laki sedang menjalankan hobinya, menerima bongkar tapi tidak menerima pasang.  Setelah puas bongkarin, terkadang mas suami menunjukkan cara me-nyolder komponen listrik di mesin mobil remote kontrol dan anak-anak terlihat heran banget melihat bapaknya bisa me-nyolder komponen listrik pake tenol dan solder listrik Pokoknya kalau mereka bertiga lagi asyik, dilarang mendekat dan mengganggu. Biasanya saya mengalah dan mojok di dapur. Pilih masak aja hehe...

Rabu, 04 Januari 2017

aktivitas pengisi liburan

Bulan Desember adalah bulan liburan bagi saya dan anak-anak. Setelah terima rapot, Ikhsan-ikhfan libur sekitar 2 minggu dan saya dapat libur sekitar 4 minggu stelah ujian semester ganjil. Yeay...hepi dewh rasanya bisa liburan bareng anak-anak. Baru tahun ini, saya bisa punya banyak waktu untuk libur bareng anak-anak.

Libur panjang tanpa mas suami emang jadi kurang lengkap. Jadwal tugas luar kota mas suami masih padat dan kayaknya tidak menyisakan banyak waktu untuk liburan bareng saya dan anak-anak. Nah, biar acara liburan tetep seru di rumah, saya membuat daftar aktivitas pengisi liburan setiap harinya yang bisa kami lakukan.

Mau tahu, aktivitas apa saja yang saya lakukan bersama Ikhsan-Ikhfan selama liburan?

Kamis, 15 Desember 2016

Sapaan Hangat di Pagi Hari



Ada orang yang bilang jika kita mengawali hari dengan senyum maka hari kita akan indah tapi jika kita mengawali hari dengan marah maka it will be a bad day. Pernah ngalami ga? Ketika bangun pagi dan mood kita bagus, rasanya hati ini enteng aja mengawali aktivitas. Tapi kalau kita bangun kesiangan, uring-uringan dan tergesa-gesa berangkat beraktivitas, biasanya ada saja barang yang ketinggalan dan rasa hati jadi “kemrungsung”.
 
Kejadian ketinggalan barang karena tergesa-gesa dan hati kemrungsung sudah beberapa kali dialami mas suami dan ikhsan. Yang pertama karena ikhsan keasyikan liat film kartun menjelang berangkat sekolah ga terasa sudah jam setengah tujuh. Karuan aja bapaknya bersiap ngebut. Begitu mobil berangkat, saya baru ngeh kalau tas sekolah Ikhsan ketinggalan. Waduh..., saya telp mas suami kalau tas Ikhsan ketinggalan dan saya minta berhenti akan saya susulkan. Akhirnya saya pun jadi ikut tergesa-gesa dan ngebut mbawain tas. Untungnya baru jalan sekitar 1 km dari rumah jadi masih bisa kesusul.

Senin, 24 Oktober 2016

Belajar Positif Parenting [PART 2]


Melanjutkan postingan positif parenting PART 1 disini, saya posting lanjutannya.
Setelah membulatkan niat dan komitmen untuk menjadi orang tua yang baik dengan menerapkan positif parenting, kita harus lebih banyak membaca dan mencari informasi seputar positif parenting. Ga mungkin kan, cuma ada niat tanpa ilmu untuk menerapakan positif parentng? kayaknya susah banget deh. Nah ini  ada  beberapa hal yang perlu kita perhatikan jika ingin menerapkan positif parenting: 

Jumat, 14 Oktober 2016

Belajar Positif Parenting [Part 1]


Kemarin Sabtu tanggal 8 Oktober 2016 saya mengikuti sebuah Talkshow menarik tentang positif parenting di Fakultas Psikologi UGM dalam rangka memperingati hari kesehatan jiwa. Talkshow kemarin terbagi dalam 2 sesi. Sesi pertama paparan tentang emosi dalam keluarga yang disampaikan Prof Subandi dan good parenting yang disampaikan Prof. Noor Rahman. 

Sedangkan sesi kedua menghadirkan 2 keluarga (keluarga Pak Broto dan keluarga Anto) yang menerapkan dua pola asuh yang berbeda pada anak-anak mereka yang “menghasilkan” produk anak dengan prestasi yang berbeda. Sesi yang kedua sangat menarik karena salah satu keluarga yang hadir adalah keluarga Antok. Anto pernah hadir dalam acara Kick Andy, menceritakan tentang proses pemasungan dirinya karena dianggap depresi dan membahayakan masyarakat sampai akhirnya Anto dapat terbebas dari pasung dan depresi. Selain terbebas dari pasung, Anto juga sukses dapat kuliah dan berkreasi dengan batik. Proses panjang sekitar 3 tahun berhasil dilewati Anto.

Kamis, 29 September 2016

Mengenal Megacolon Konginetal (Hirzprung Disease)

Saya bahagia sekali ketika mendengar kabar keponakan saya yang berprofesi sebagai bidan melahirkan anak keduanya dengan normal dan selamat. Saya dapat status baru yaitu “eyang” karena menurut adat Jawa, secara garis keturunan anak dari keponakan saya adalah cucu dari kakak saya sehingga bayi itu juga dianggap cucu saya.

Satu hari setelah mendengar kabar kelahirannya, saya langsung meluncur ke rumah sakit untuk menengok. Pengen buru-buru melihat cucu baru. Cucu saya ini terlahir laki-laki dengan berat badan kurang lebih 3 kg, lahir secara spontan. Ibu dan bayi sehat semua. Melihat bayi, tangan saya gatal ingin menggendong dan ketika saya gendong keponakan saya menyeletuk,
“Wah, bulik (tante) masih wangun (=pantas) punya bayi lagi lho..”
“Masa sih?” tanya saya sambil mengayun-ayun si kecil Fadli yang menatap saya dengan pandangan lucu.
menggendong Fadli yang berumur 1 hari