Ketika saya masih kuliah dan belum mempunyai penghasilan
sendiri, sama sekali tidak berpikir untuk saving atau investasi. Uang bulanan
dari orang tua ludes sebelum akhir bulan bahkan uang beasiswa juga rasanya mengalir
tidak bersisa di rekening tabungan. Masa muda yang terpikir adalah have fun saja dengan uang. Apalagi masih
ada orang tua yang selalu bersedia menjadi tempat untuk meminta uang. Urusan
saving uang dan investasi berlaku bagi orang yang mempunyai penghasilan lebih.
Lha kalau mahasiswa kan ga punya penghasilan lebih toh?
Setelah bekerja dan punya
penghasilan sendiri, ternyata kesadaran untuk saving dan investasi belum tumbuh
juga. Menabung saya lakukan jika ada sisa uang bulanan. Alhasil saldo di rekening
ga nambah-nambah malah terkadang berkurang. Maklumlah waktu itu bagi saya,
seorang single tidak perlu pengelolaan keuangan yang rigid karena beban
tanggungjawab saya hanya diri sendiri. Asal semua kebutuhan prbadi tercukupi,
sudah cukup.
Nah, saat menikah semuanya
menjadi berubah drastis. Saya menerima nafkah dari suami dan mempunyai
penghasilan sendiri tapi kebutuhan kami menjadi bertambah. Kami butuh mempunyai
rumah sendiri. Mempunyai rumah berarti harus menyiapkan dana yang tidak kecil
untuk membelinya. Jalan keluarnya adalah dengan menabung sebisanya untuk
membayar DP dan selebihnya kredit.