Tampilkan postingan dengan label family finance. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label family finance. Tampilkan semua postingan

Rabu, 07 Agustus 2019

Membuat Anggaran Keuangan Keluarga (part 3)

Setelah melakukan evaluasi isi dompet, selanjutnya kita bisa membuat anggaran keuangan keluarga. Sebelumnya mari kita pahami apa itu anggaran? 


Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun untuk seluruh kebutuhan pembayaran keluarga dan juga memenuhi rencana di masa depan. Contoh sederhana adalah membuat rencana pengeluaran dalam bentuk membagi penghasilan kita kedalam berbagai pos-pos pengeluaran/kebutuhan rumah tangga.

Kenapa sih kita butuh membuat anggaran? Ribet amat..

Selasa, 25 Juni 2019

Cara Merencanakan Keuangan (part 2)

Melanjutkan postingan saya sebelumnya tentang pentingnya perencanaan keuangan keluarga, sekarang saya mau nulis tentang cara merencanakan keuangan keluarga.

Baca : Perencanaan Keuangan (part 1)

Setelah kita mempunyai daftar tujuan (kebutuhan) keuangan, langkah selanjutnya adalah membuat tahapan supaya tujuan tersebut bisa tercapai. Setiap orang akan mempunyai daftar tujuan keuangan yang berbeda-beda tapi secara umum tujuannya adalah terpenuhinya kebutuhan saat ini dan kebutuhan di masa datang.
Contoh kebutuhan saat ini adalah pengeluaran rutin rumah tangga dan uang sekolah bulanan anak sedangkan kebutuhan yang akan datang seperti kebutuhan dana pendidikan anak, naik haji dan dana pensiun.

Untuk membuat perencanaan keuangan langkah apa saja yang harus kita lakukan terlebih dahulu? 

Jumat, 26 April 2019

perencanaan keuangan keluarga (part 1)


Membicarakan masalah uang akan selalu menjadi topik bahasan yang menarik terutama bagi emak-emak yang notabene adalah “manajer keuangan” keluarga. Menyeimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran pada kenyataannya bukanlah semudah membalik telapak tangan. Jumlah penghasilan yang cenderung tetap, terkadang harus berpacu dengan jumlah pengeluaran yang cenderung bertambah. Dan pada akhir cerita, ada yang berakhir dengan berhutang untuk menutup kekurangan tersebut. Padahal kita semua tahu, hutang adalah tambahan beban keuangan bagi kita.

Sekolah khusus untuk mendapatkan ilmu merencanakan dan mengelola keuangan keluarga memang tidak ada, jadi kita musti pandai-pandai mencari informasi seputar itu. Saya sendiri baru akhir-akhir ini saja mulai “ngeh” dengan urusan family finance. Sejak masih single dan mempunyai penghasilan sendiri, saya tidak mempunyai planning keuangan. Kala itu uang gajian sebagaian besar saya gunakan untuk “have fun” saja dan jika ada sisa baru saya tabung. Alhasil tidak banyak saldo di tabungan saya hihi... siapa yang pernah ngalami masa-masa seperti saya dulu? Toss ah..

Selasa, 22 Agustus 2017

Mengelola Penghasilan dengan Pola 50-30-20



Ketika saya  masih kuliah dan belum mempunyai penghasilan sendiri, sama sekali tidak berpikir untuk saving atau investasi. Uang bulanan dari orang tua ludes sebelum akhir bulan bahkan uang beasiswa juga rasanya mengalir tidak bersisa di rekening tabungan. Masa muda yang terpikir adalah have fun saja dengan uang. Apalagi masih ada orang tua yang selalu bersedia menjadi tempat untuk meminta uang. Urusan saving uang dan investasi berlaku bagi orang yang mempunyai penghasilan lebih. Lha kalau mahasiswa kan ga punya penghasilan lebih toh?

Setelah bekerja dan punya penghasilan sendiri, ternyata kesadaran untuk saving dan investasi belum tumbuh juga. Menabung saya lakukan jika ada sisa uang bulanan. Alhasil saldo di rekening ga nambah-nambah malah terkadang berkurang. Maklumlah waktu itu bagi saya, seorang single tidak perlu pengelolaan keuangan yang rigid karena beban tanggungjawab saya hanya diri sendiri. Asal semua kebutuhan prbadi tercukupi, sudah cukup.

Nah, saat menikah semuanya menjadi berubah drastis. Saya menerima nafkah dari suami dan mempunyai penghasilan sendiri tapi kebutuhan kami menjadi bertambah. Kami butuh mempunyai rumah sendiri. Mempunyai rumah berarti harus menyiapkan dana yang tidak kecil untuk membelinya. Jalan keluarnya adalah dengan menabung sebisanya untuk membayar DP dan selebihnya kredit.

Rabu, 14 Juni 2017

“Say No Tekor” untuk Pengeluaran Lebaran


Sudah menjadi sesuatu yang “wajar” kalau kita sebagai muslim sebagian besar mempunyai pengeluaran yang lebih besar dibanding bulan-bulan yang lain. Terkadang malah over budget. Huhu...ngeri disamping kebutuhan kita bertambah ditambah harga beberapa kebutuhan pokok yang mulai merangkak naik. Yang pusing tuh manajer keuangan keluarga karena musti njembreng duit biar cukup.

Sebenarnya pengeluaran di bulan Ramadhan bisa diprediksi sebelumnya. Biar ga tekor atau over budget, pengeluaran selama ramadhan dan lebaran musti direncanain juga lho. Tahun-tahun lalu, saya tidak begitu peduli dengan pengeluaran yang meroket itu. Biasanya jumlah pengeluaran bisa dua kali lipat pengeluaran bulanan rutin. Bahkan lebih, hehe... Saya mengandalkan tambahan uang dari suami dan saya yang biasa diberikan oleh kantor menjelang lebaran untuk menutup jumlah pengeluaran yang meroket itu. Orang bilang THR atau apalah istilahnya tapi yang jelas tambahan uang itu kami terima menjelang lebaran.

Jumat, 26 Mei 2017

Mengelola Uang Belanja biar Ga tekor


Urusan dapur supaya tetap mengepul sedikit banyak ada di tangan perempuan. Intinya masalah logistik keluarga di sebagian besar keluarga ada di tangan perempuan. Betul ga? Walau ga dipungkiri juga di beberapa keluarga, urusan ini dipegang oleh para suami.

Logistik makan adalah kebutuhan pokok kita, jadi mau tidak mau harus terpenuhi. Tanpa kita sadari, kebutuhan ini mengambil porsi yang cukup besar dalam pembiayaan rumah tangga. Sebagai perempuan yang memegang peran besar dalam urusan logistik, kita kudu jeli dan cermat dalam mengelola uang belanja.

Saya memakai prinsip 50-30-20 dalam melakukan pengelolaan keuangan keluarga. Pada bagian logistik yang termasuk kebutuhan pokok mendapat jatah 50% dari total penghasilan kami sebulan. Nah kebutuhan pokok kan ga cuma makan, ada kebutuhan lain yang perlu dibiayai. Jadi alokasi 50% itu musti dibagi-bagi lagi.


Di postingan ini, saya pengen cerita tentang mengelola uang belanja ala saya. 

Sabtu, 13 Mei 2017

Merencanakan Keuangan Keluarga

Tidak saya sangka sebelumnya bahwa ketika saya memutuskan untukmenerima lamaran mas suami dan menikah, saat itu juga saya “dilantik” jadi manajer keuangan keluarga. Keren ya? Tapi  dipercaya mas suami untuk mengelola dan mengatur keuangan keluarga kecil kami tanpa pengetahuan tentang keuangan sebelumnya adalah sebuah tantangan besar bagi saya. Dulunya sebelum nikah, saya rasanya bebas saja menggunakan uang gaji bulanan saya sesuai keinginan saya. Kalau dalam sebulan uang gaji habisa tak bersisa, biasa saja karena waktu itu saya belum punya planning keuangan terhadap hidup saya. Maklum masih single jadi rasanya masih free tanpa ikatan hehe..

Aih, ternyata ketika mas suami menyerahkan gaji bulanannya dan meletakkan tanggungjawab mengelola uang, bikin saya shock juga. Uang segini banyaknya harus bisa dialokasikan ke pos-pos kebutuhan kami berdua dan terkadang kebutuhan keluarga besar kami.