Kamis, 31 Maret 2022

Mengatur Pola Tidur pada Batita


Beberapa minggu ini saya sering sekali begadang atau tidur malam yang sangat larut. Jika ditotal mungkin saya hanya tidur 3-4 saja dalam sehari. Jangan ditanya bagaimana rasanya, yang jelas badan terasa tidak segar dan mengantuk saat bekerja di kantor. Dan efek yang bikin galau adalah jarum timbangan badan mulai bergerak ke kanan karena untuk menahan kantuk saya ngemil.

Acara begadang ini disponsori oleh bocah kecil di rumah kami yang berusia 3 tahun.

Irham- si raja kecil- di rumah kami sedang “kacau” pola tidurnya sejak saya berhasil menyapihnya di usia 2 tahun 8 bulan. Memutuskan untuk menyapih Irham sempat molor dari harapan saya yaitu menyapih di usia 2 tahun. Setelah berhasil disapih, Irham kehilangan rutinitas pengantar tidur malamnya yaitu menyusu. Kami (saya dan Irham) masih belajar bersama mencari rutinitas pengantar tidur yang nyaman bagi Irham.

Baca: http://www.berandarumahku.com/2021/01/tips-menyapih-dengan-cinta.html

Sejak disapih, Irham susah diajak tidur siang. Meski tidak tidur siang, Irham tidur di atas jam 9 malam. Saya dan mas suami kadang sepakat untuk gantian tidur duluan untuk jagain Irham. Irham mulai mengantuk saat jarum jam menunjukkan pukul 10 malam. Dia akan tidur malam dan bangun pada pukul 8 pagi.

Nah, kalau dia tidur siang maka jam tidur malamnya akan sangat larut, bisa sampai jam 12 malam baru tidur dan bangun tetap sekitar jam 8 pagi. Sebenarnya total jumlah tidurnya sudah cukup yaitu sekitar 9-10 jam tetapi yang masih kacau adalah pola tidurnya. 

Begadang di masa anak-anak masih bayi berbeda dengan begadang ketika mereka berada di usia balita (preschool). Ketika bayi, kemampuan fisik mereka belum terlalu banyak sehingga pilihan yang bisa kita lakukan adalah menemani mereka bermain sambil tiduran di kasur, digendong atau disusui supaya mereka bisa tertidur kembali. Nah, saat anak memasuki usia balita dengan kemampuan fisik yang sudah berkembang ketika mereka terbangun dari tidurnya di malam hari mau tidak mau memaksa orang tua untuk ikut terbangun untuk menemani bermain. Kalau sudah begini, orang tua kurang tidur dan anak pun kemungkinan akan kurang tidur. Padahal tidur memegang peranan penting dalam proses tumbuh kembang anak. Ketika terjaga, anak berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan mengalami kejadian positif maupun negatif. Tidur berperan mengendapkan berbagai pengalaman tersebut dan membuang pengalaman yang tidak diinginkan. Dalam tidur terjadi banyak aktivasi sel otak yang berperan besar dalam perkembangan kematangan otak pada tahun-tahun pertama kehidupan. Tidur juga memiliki sifat restoratif yang terkait dengan pemeliharaan daya tahan tubuh dan pertumbuhan fisik, menghilangkan kelelahan, serta memperbaiki fokus dan konsentrasi.

Sebenarnya berapa sih kisaran total jumlah tidur bagi anak-anak? Terkadang sebagai orang tua kita menganggap jumlah tidur anak kurang dan memaksa untuk tidur siang padahal mereka tidak mengantuk.

Ternyata jumlah total jam tidur anak tergantung usia mereka.

·      Usia bayi 0 – 1 bulan butuh tidur selama 16 – 20 jam

·      Usia 1 bulan – 1 tahun butuh tidur 14 – 15 jam

·      Usia 2 – 3 tahun butuh 11 – 12 jam

·      Usia 5 tahun butuh 11 jam

Bagian terbesar waktu tidur berlangsung di malam hari dengan jumlah 10-12 jam. Beberapa anak di usia batita menolak untuk tidur siang karena asyik bermain. Sebenarnya kita tidak perlu memaksa asal kebutuhan tidur anak tercukupi. Jadi tidak bisa dipukul rata bahwa anak batita “wajib” tidur siang.

Perubahan pola tidur pada anak wajar terjadi. Siklus tidur-bangun dan jumlah tidur yang diperlukan anak ditentukan secara fisiologis oleh usia dan tingkat perkembangan serta dipengaruhi jadwal kegiatan keluarga sehari-hari. Ternyata kebutuhan tidur anak perlahan-lahan berkurang. Bisa kita lihat saat bayi baru lahir hampir sebagian besar waktunya dihabiskan untuk tidur, saat anak mulai masuk usia batita dia hanya butuh waktu tidur 10-13 jam saja per hari.

Irham terkadang tidak tidur siang karena asyik bermain dengan teman-temannya, kalau saya memaksa yang terjadi dia malah tantrum. Akhirnya saya putuskan membiarkan dia bermain dulu dan memastikan jumlah tidurnya cukup di malam hari. Dalam keadaan normal jika Irham tidak tidur siang maka jam 20.00 dia sudah mengantuk dan mulai tidur malam jam 21.00 dan bangun pukul 5 pagi.

Yang harus saya lakukan secara konsisten adalah mengatur pola tidurnya. Perlu membiasakan kegiatan pengantar tidur yang bisa dilakukan untuk membentuk pola tidur yang baik. Idealnya sih, anak batita seusia irham tidur di bawah jam 9 malam.

Beberapa aktivitas yang sering saya lakukan ketika melihat tanda-tanda irham mulai mengantuk adalah mengajaknya gelegoran di kasur. Sambil saya peluk-peluk, dia mulai cerita-cerita sampai akhirnya tak terdengar suaranya. Ternyata matanya sudah merem dan terlelap.

Terkadang pola tidur irham kacau kalau saya ada tugas kantor yang memaksa saya pulang larut malam. Rutinitas gelegoran di kasur sambil pelukan pada pukul 9 malam tidak bisa saya lakukan sehingga Irham kesulitan untuk memulai tidurnya. Akibatnya dia begadang karena kehilangan rutinitas pengantar tidur. Sama persis dengan kejadian setelah disapih. Irham tetap menunggu saya pulang untuk memulai tidur malamnya. Tapi kalau rutinitas pekerjaan kantor kembali normal, maka pola tidur irham pun kembali normal kembali.

Aktivitas pengantar tidur setiap anak memang berbeda-beda. Hal ini tergantung pada kebiasaan anak dan keluarga. Aktivitas ini sangat membantu anak untuk cepat tidur, dan bisa menambah bonding dengan anak. Saya sendiri sangat menikmati saat melakukan aktivitas menjelang tidur dengan irham. Kami saling berpelukan dan bersentuhan, sama seperti saat menyusui. Rasanya sungguh membahagiakan.