Kamis, 27 Februari 2020

Tips mengatasi sibling rivalry pada Si Anak Tengah (2- habis)

Sibling rivalry adalah bahan perbincangan yang tiada habis bagi emak-emak. Keluarga yang mempunyai anak lebih dari satu pasti pernah mengalami sibling rivalry. Persaingan antar saudara untuk memperebutkan perhatian dan kasih sayang orang tua memang biasa terjadi di antara anak-anak. Ada kalanya persaingan terjadi setelah kehadiran adik baru. Persaingan tersebuat adalah kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih dan perhatian dari satu atau kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih.

Nah, di postingan kali ini, saya akan menuliskan progress saya mengatasi sibling rivalry pada Ikhfan ( 6,5 th). Di postingan sebelumnya, (baca : mengatasi sibling rivalry pada anak tengah) saya sudah menceritakan betapa Ikhfan mudah sekali tersulut tantrumnya yang terkadang membuat emosi saya bagai rollercoaster. Periode puncak tantrum ikhfan terjadi pada saat kelahiran Irham di tahun 2018.

Secara teori, sibling rivalry bisa dikendalikan dan diselesaikan. Namun secara praktek tidak mudah karena butuh “perjuangan dan pengorbangan” seluruh anggota keluarga terutama Ibu. Selama hampir satu tahun ini saya berjuang untuk mengelola emosi saya dan menyelamatkan ikhfan dari tantrum dan sibling rivalry.

Dari beberapa tips yang sudah saya tulis di SINI, tidak semuanya bisa berdampak efektif pada Ikhfan. Begitu juga jika ada teman-teman yang mempunyai masalah sama dengan saya mungkin juga tidak bisa menerapkan semua tips yang saya lakukan. Perlu beberapa modifikasi sesuai karakter anak dan kondisi keluarga.

Ini beberapa langkah yang saya anggap efektif bagi saya dan Ikhfan:

1.  Saya lebih banyak melakukan sentuhan fisik seperti menyentuh tangan, memeluk, dan membelai.
Kebanyakan anak-anak, suka saat orang tuanya memeluk dan membelai mereka. Ada perasaan nyaman dan terlindungi. Saya perhatikan, Ikhfan sangat bahagia saat saya memeluknya. Nah, saya pikir inilah “senjata ampuh” untuk mengendalikan emosi Ikhfan. Setiap berpapasan dengan Ikhfan di rumah, saya pasti menyentuh tubuhnya.
Dan akhir-akhir ini, Ikhfan yang memulai duluan memeluk saya sambil mengucapkan, “Aku sayang Ibu...”

Mendengarnya hati saya langsung adem hehe...
2.  Berperilaku dan bertutur kata secara baik terutama saat anak sedang tantrum dan memberi pujian ketika anak-anak melakukan tindakan yang terpuji;
Tidak tersulut emosi saat anak tantrum adalah hal yang sangat susah dilakukan. Apalagi jika tantrum terjadi di luar rumah atau di tempat publik. Kadang bisa terjadi di restoran, saat saya lebih melayani si adik bayi, Ikhfan bisa tiba-tiba marah.

Menenangkan anak tantrum dengan kata-kata baik dan intonasi yang tidak naik adalah tantangan bagi saya, karena terkadang intonasi suara saya meninggi saat menenangkan Ikhfan.

Sampai saya membuat self challenge, jika saya berhasil menjaga intonasi suara saya tetap halus dan tidak naik saat Ikhfan tantrum maka saya berhak mendapat reward lunch berdua mas suami di resto favorit saya.

Haha..., ternyata it’s work for me. Ah, ya So simple.... 
Self challenge ini bener-bener membantu saya mengelola emosi ketika menghadapi anak tantrum.

Selain itu membiasakan memberikan pujian pada anak ternyata berdampak positif. Ikhfan ketika dipuji ternyata akan berusaha mengulang perbuatannya tersebut seakan-akan menunggu pujian dari saya.





Jadi so far, perjuangan saya dan ikhfan menghadapi sibling rivalry sudah membuahkan hasil. Frekuensi tantrumnya berkurang dan mulai tumbuh rasa sayang terhadap kakak adik.

Alhamdulillah, setiap ikhtiar pasti berakhir indah...

Tidak ada komentar: