Jumat, 21 April 2017

Mengikuti Jejak Kartini


Bulan April memang afdol banget kalau ngomong tentang perempuan. Ya momentumnya pas karena tanggal 21 April itu hari lahirnya Ibu Kartini. Semangat Kartini sebagai perempuan yang mempunyai keinginan untuk menuntut ilmu masih terus menggelora hingga kini.

Saya sendiri memaknai pemikiran Kartini itu sebagai hak asasi bagi perempuan untuk menjadi cerdas. Apakah perempuan perlu menuntut ilmu? Kartini dulu sangat mengharap mendapat kesempatan untuk sekolah dan sangat kecewa ketika tawaran beasiswa ke Belanda dan Batavia urung diambil. Pemikiran Kartini untuk mencerdaskan dirinya yang notabene perempuan di jaman dulu memang penuh dengan tentangan adat jawa yang menabukan perempuan terlalu banyak berkiprah di luar rumah. Hingga kini urusan kesempatan perempuan untuk sekolah atau menuntut ilmu tidak sepenuhnya mulus. Adakalanya memang urusan sekolah menjadi terhambat karena alasan klise biaya atau bahkan tidak adanya keinginan perempuan itu sendiri untuk sekolah. Dari pengalaman saya, dari 4 ART saya yang dua lulusan SD dan dua lulusan SMP. Alasan tidak melanjutkan sekolah dan memilih bekerja adalah soal biaya (ini alasan ART yang luluusan SMP) sedangkan ART saya yang lulusan SD beralasan sudah tidak mau berpikir lagi. Sudah males sekolah karena kalau sekolah kan mikir jadi tidak mau dan budaya masyarakat di daerah asal mereka, para perempuan hanya lulus SD saja karena toh nanti pada akhirnya mereka akan menikah dan “hanya” akan mengurus anak dan dapur saja, jadi tidak perlu sekolah yang tinggi. Cukup bisa membaca dan menulis saja.
Hadew..,saya jadi miris dan tidak bisa komentar banyak tentang itu.