Jumat, 21 Februari 2020

Mengatasi Serangan Asma pada Anak

Asma merupakan penyakit gangguan pernapasan yang dapat menyerang anak-anak hingga orang dewasa, tetapi penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-anak.  Secara medis, asma didefinisikan sebagai suatu kondisi ketika terjadi gangguan pada sistem pernapasan yang menyebabkan penderita mengalami mengi (wheezing), sesak napas, batuk, dan sesak di dada terutama ketika malam hari atau dini hari. 

Asma dapat muncul karena reaksi terhadap faktor pencetus yang mengakibatkan penyempitan dan penyebab yang mengakibatkan inflamasi saluran pernafasan atau reaksi hipersensitivitas. Kedua faktor tersebut akan menyebabkan kambuhnya asma dan akibatnya penderita akan kekurangan udara hingga kesulitan bernapas.

Serangan asma pada anak-anak perlu lebih diwaspadai karena mereka belum bisa mengatakan atau mendeskripsikan rasa sakitnya. Saya sendiri sekarang lebih aware dengan serangan asma  pada anak-anak, sebab 3 anak laki-laki saya semua menderita asma.
Ikhsan (12 th), Ikhfan (7 th)  dan Irham (1,5 th) termasuk si bapak menderita asma. Reaksi serangan asma pada tiap tingkatan usia akan berbeda-beda. Untuk anak-anak di atas 5 tahun, biasanya anak sudah bisa mengeluh kalau dadanya sesak dan kesulitan untuk bernafas. Tidak banyak bergerak dan bicara namun nafasnya terlihat pendek-pendek (ngos-ngosan seperti habis melakukan aktivitas berat), dan di malam hari terkadang nafasnya berbunyi (mengi).


Kakak Ikhsan-ikhfan-irham

Biasanya sebelum serangan asma datang, terdengar banyak batuk berdahak yang berat. Kalau ikhfan (7 th), pasti sudah mengeluh badannya tidak enak dan capek. Sedangkan kakak Ikhsan (12 th) kalau serangan asma datang, dia hanya akan berbaring dan diam tidak bicara dengan nafas yang tersengal-sengal.

Saya biasanya langsung bereaksi dengan memberikan quick-relieve medicine (reliever) yang merupakan obat untuk membantu menghentikan sesak nafas ketika serangan asma datang. Untuk pertolongan pertama, saya biasanya menggunakan 1 ampul velutin + pullmicort nebu dengan menggunakan alat nebulizer sendiri di rumah.

Menurut dokter, saya bisa memberi velutin nebu sampai 3 kali dalam 24 jam untuk meredakan sesak nafasnya. Tapi biasanya setelah saya nebu satu kali di rumah saya langsung membawa anak-anak ke dokter untuk konsultasi.

Nah, untuk anak berusia di bawah 5 tahun serangan asma perlu diwaspadai. Pada Irham (1,5 th) dan Ikhfan dulu ketika kecil, serangan asma terlihat sangat smooth. Saya harus benar-benar memperhatikan nafasnya. Diawali dengan batuk berdahak yang kadang tidak disertai demam, kemudian di malam harinya nafasnya mulai berbunyi (mengi) dan nafasnya pendek-pendek. Pada anak-anak, perut akan terlihat naik turun dengan cepat. 

Terkadang mereka tidak menangis dan terlihat “anteng”. Tetapi itu adalah “periode” yang membahayakan. Mereka tidak menagis karena serangan asma membuat mereka tidak kuat untuk menangis dan banyak bergerak. Oksigen di tubuh kurang sehingga membuat mereka “tidak berdaya”. Harus segera diberi pertolongan pertama dengan obat reliever dan dibawa ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.

Dokter biasanya memberi obat batuk, racikan anti radang dan alergi. Pada anak-anak saya, setelah minum obat dari dokter selama 3-5 hari, kondisinya membaik dan bisa beraktivitas seperti biasa.

Perlu dicermati juga jeda waktu anak untuk terserang asma kembali berapa lama. Kalau jedanya semakin pendek, biasanya dokter akan memberi obat jenis controller. Pada Ikhfan diberikan seretide hisap. Obat controller diberikan untuk 2-3 bulan dan selanjutnya akan dievaluasi lagi oleh dokter.

Setiap membawa anak-anak konsultasi ke dokter saya selalu diingatkan tentang pencetus serangan asma. Saya sampai hapal karena sering diulang-ulang. Secara umum beberapa pencetus asma adalah:

1.  Udara dingin;
2.  Flu dan infeksi;
3.  Kelelahan;
4.  Debu
5.  Asap rokok;
6.  Alergi makanan;
7.  Stress;
8.  Dan alergi obat.

Selain itu, faktor genetik juga menjadi salah satu pencetus asma. Anak akan lebih berisiko menderita asma apabila kedua orangtua memiliki riwayat asma dan risiko akan menurun apabila hanya salah satu orangtua menderita asma. Adanya riwayat asma di keluarga meningkatkan risiko 8,27 kali dibandingkan keluarga yang tidak memiliki riwayat asma. Di keluarga saya, dari garis saya dan si bapak ada riwayat asma. Si bapak juga menderita asma dan terkadang masih sering kambuh. Jadi wajar kalau ketiga anak laki-laki saya juga menderita asma karena faktor risikonya lebih besar.

Satu hal lagi yang perlu diingat, bahwa anak-anak dengan asma harus sering menjaga kondisi badan, cukup bergerak dan tidak kegemukan. Pada kasus ikhfan dengan berat badan “agak berlebih”, ternyata tidak baik untuknya. Menurut dokter, sel lemak yang banyak dalam tubuh sangat pro dengan inflamasi saluran pernafasan atau reaksi hipersensitivitas yang menjadi pencetus serangan asma.

Jadi kalau terlalu gemuk, maka serangan asma akan sering datang. Ikhfan harus menurunkan 5-8 kg berat badannya untuk mencapai berat badan idealnya supaya serangan asma tidak sering menyapanya.

Huhu.... tantangan yang tidak mudah bagi saya dan ikhfan untuk dilakukan, tapi tetap harus dicoba.

Bagaimana pengalaman teman-teman yang mempunyai anak dengan asma?

Tidak ada komentar: