Asma merupakan
penyakit gangguan pernapasan yang dapat menyerang anak-anak hingga orang
dewasa, tetapi penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-anak. Secara medis, asma didefinisikan sebagai
suatu kondisi ketika terjadi gangguan pada sistem pernapasan yang menyebabkan
penderita mengalami mengi (wheezing),
sesak napas, batuk, dan sesak di dada terutama ketika malam hari atau dini hari.
Asma dapat
muncul karena reaksi terhadap faktor pencetus yang mengakibatkan penyempitan
dan penyebab yang mengakibatkan inflamasi saluran pernafasan atau reaksi
hipersensitivitas. Kedua faktor tersebut akan menyebabkan kambuhnya asma dan
akibatnya penderita akan kekurangan udara hingga kesulitan bernapas.
Serangan asma
pada anak-anak perlu lebih diwaspadai karena mereka belum bisa mengatakan atau
mendeskripsikan rasa sakitnya. Saya sendiri sekarang lebih aware dengan serangan asma pada anak-anak, sebab 3 anak laki-laki saya
semua menderita asma.
Ikhsan (12 th),
Ikhfan (7 th) dan Irham (1,5 th)
termasuk si bapak menderita asma. Reaksi serangan asma pada tiap tingkatan usia
akan berbeda-beda. Untuk anak-anak di atas 5 tahun, biasanya anak sudah bisa
mengeluh kalau dadanya sesak dan kesulitan untuk bernafas. Tidak banyak
bergerak dan bicara namun nafasnya terlihat pendek-pendek (ngos-ngosan seperti
habis melakukan aktivitas berat), dan di malam hari terkadang nafasnya berbunyi
(mengi). Kakak Ikhsan-ikhfan-irham |
Baca : Ikhfan dan Asma
Biasanya sebelum
serangan asma datang, terdengar banyak batuk berdahak yang berat. Kalau ikhfan (7
th), pasti sudah mengeluh badannya tidak enak dan capek. Sedangkan kakak Ikhsan
(12 th) kalau serangan asma datang, dia hanya akan berbaring dan diam tidak
bicara dengan nafas yang tersengal-sengal.
Saya biasanya
langsung bereaksi dengan memberikan quick-relieve medicine (reliever) yang merupakan obat untuk membantu menghentikan
sesak nafas ketika serangan asma datang. Untuk pertolongan pertama, saya
biasanya menggunakan 1 ampul velutin + pullmicort nebu dengan menggunakan alat
nebulizer sendiri di rumah.
Menurut
dokter, saya bisa memberi velutin nebu sampai 3 kali dalam 24 jam untuk
meredakan sesak nafasnya. Tapi biasanya setelah saya nebu satu kali di rumah
saya langsung membawa anak-anak ke dokter untuk konsultasi.
Nah, untuk
anak berusia di bawah 5 tahun serangan asma perlu diwaspadai. Pada Irham (1,5
th) dan Ikhfan dulu ketika kecil, serangan asma terlihat sangat smooth. Saya harus benar-benar
memperhatikan nafasnya. Diawali dengan batuk berdahak yang kadang tidak
disertai demam, kemudian di malam harinya nafasnya mulai berbunyi (mengi) dan
nafasnya pendek-pendek. Pada anak-anak, perut akan terlihat naik turun dengan
cepat.
Terkadang mereka tidak menangis dan terlihat “anteng”. Tetapi itu adalah
“periode” yang membahayakan. Mereka tidak menagis karena serangan asma membuat
mereka tidak kuat untuk menangis dan banyak bergerak. Oksigen di tubuh kurang
sehingga membuat mereka “tidak berdaya”. Harus segera diberi pertolongan
pertama dengan obat reliever dan dibawa ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
Dokter
biasanya memberi obat batuk, racikan anti radang dan alergi. Pada anak-anak
saya, setelah minum obat dari dokter selama 3-5 hari, kondisinya membaik dan
bisa beraktivitas seperti biasa.
Perlu
dicermati juga jeda waktu anak untuk terserang asma kembali berapa lama. Kalau
jedanya semakin pendek, biasanya dokter akan memberi obat jenis controller. Pada Ikhfan diberikan seretide hisap. Obat controller diberikan untuk 2-3 bulan dan
selanjutnya akan dievaluasi lagi oleh dokter.
Setiap
membawa anak-anak konsultasi ke dokter saya selalu diingatkan tentang pencetus
serangan asma. Saya sampai hapal karena sering diulang-ulang. Secara umum
beberapa pencetus asma adalah:
1. Udara dingin;
2. Flu dan infeksi;
3. Kelelahan;
4. Debu
5. Asap rokok;
6. Alergi makanan;
7. Stress;
8. Dan alergi obat.
Selain
itu, faktor genetik juga menjadi salah satu pencetus asma. Anak akan lebih
berisiko menderita asma apabila kedua orangtua memiliki riwayat asma dan risiko
akan menurun apabila hanya salah satu orangtua menderita asma. Adanya riwayat
asma di keluarga meningkatkan risiko 8,27 kali dibandingkan keluarga yang tidak
memiliki riwayat asma. Di keluarga saya, dari garis saya dan si bapak ada
riwayat asma. Si bapak juga menderita asma dan terkadang masih sering kambuh.
Jadi wajar kalau ketiga anak laki-laki saya juga menderita asma karena faktor
risikonya lebih besar.
Satu hal
lagi yang perlu diingat, bahwa anak-anak dengan asma harus sering menjaga
kondisi badan, cukup bergerak dan tidak kegemukan. Pada kasus ikhfan dengan
berat badan “agak berlebih”, ternyata tidak baik untuknya. Menurut dokter, sel
lemak yang banyak dalam tubuh sangat pro dengan inflamasi saluran pernafasan atau reaksi
hipersensitivitas yang menjadi pencetus serangan asma.
Jadi kalau
terlalu gemuk, maka serangan asma akan sering datang. Ikhfan harus menurunkan
5-8 kg berat badannya untuk mencapai berat badan idealnya supaya serangan asma
tidak sering menyapanya.
Huhu....
tantangan yang tidak mudah bagi saya dan ikhfan untuk dilakukan, tapi tetap
harus dicoba.
Bagaimana pengalaman teman-teman yang mempunyai anak dengan asma?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar