Selasa, 22 Agustus 2017

Mengelola Penghasilan dengan Pola 50-30-20



Ketika saya  masih kuliah dan belum mempunyai penghasilan sendiri, sama sekali tidak berpikir untuk saving atau investasi. Uang bulanan dari orang tua ludes sebelum akhir bulan bahkan uang beasiswa juga rasanya mengalir tidak bersisa di rekening tabungan. Masa muda yang terpikir adalah have fun saja dengan uang. Apalagi masih ada orang tua yang selalu bersedia menjadi tempat untuk meminta uang. Urusan saving uang dan investasi berlaku bagi orang yang mempunyai penghasilan lebih. Lha kalau mahasiswa kan ga punya penghasilan lebih toh?

Setelah bekerja dan punya penghasilan sendiri, ternyata kesadaran untuk saving dan investasi belum tumbuh juga. Menabung saya lakukan jika ada sisa uang bulanan. Alhasil saldo di rekening ga nambah-nambah malah terkadang berkurang. Maklumlah waktu itu bagi saya, seorang single tidak perlu pengelolaan keuangan yang rigid karena beban tanggungjawab saya hanya diri sendiri. Asal semua kebutuhan prbadi tercukupi, sudah cukup.

Nah, saat menikah semuanya menjadi berubah drastis. Saya menerima nafkah dari suami dan mempunyai penghasilan sendiri tapi kebutuhan kami menjadi bertambah. Kami butuh mempunyai rumah sendiri. Mempunyai rumah berarti harus menyiapkan dana yang tidak kecil untuk membelinya. Jalan keluarnya adalah dengan menabung sebisanya untuk membayar DP dan selebihnya kredit.


Sudah kebayang pengeluaran kami yang semakin bermacam-macam dan besar padahal penghasilan kami sudah digabung. Ternyata hal seperti itu dapat dikatakan wajar karena semakin besar penghasilan maka akan semakin besar juga pengeluaran. Namun banyak orang yang tidak menyadarinya. Misalnya saja ketika penghasilan ketika awal bekerja adalah 1 juta per bulan, maka orang akan memilih menggunakan angkutan umum untuk pergi berangkat ke kantor dengan biaya 300 ribu per bulan. Tapi setelah gaji meningkat maka ada keinginan untuk membeli motor dan selanjutnya mobil sehingga biaya transportasi “meningkat” seriring dengan penggunaan moda.

Itu baru pos transportasi. Pos gaya hidup yang lain seperti kebiasan membeli baju brand, makan di resto mewah dan juga liburan akan ikut meningkat seiring dengan meningkatnya penghasilan tiap bulannya.
Jadi menurut saya, uang harus benar-benar dikelola dengan baik supaya tidak “lewat” begitu saja tanpa bersisa setiap bulannya.

Kemudian saya mulai mencari beberapa bacaan tentang pengelolaan keuangan keluarga. Beberapa tips keuangan sudah saya coba dan saat ini saya merasa cocok dengan pengelolaan pola 50-30-20.


Apa itu pola 50-30-20?

Pola ini adalah pola pengaturan keuangan dengan pembagian pengeluaran dari keseluruhan pendapatan selama sebulan dengan pembagian 50% untuk kebutuhan pokok, 30% untuk kebutuhan sekunder dan 20% untuk saving dan investasi.

Kebutuhan pokok mendapat porsi 50% dari penghasilan karena pos ini adalah pos terbesar dalam hidup seperti makan, membayar sewa rumah atau cicilan rumah, kebutuhan sekolah anak-anak, listrik, air dan asuransi kesehatan. Seorang Ibu memegang peranan yang penting untuk mengelola pos kebutuhan pokok ini. Saya sendiri merasakan susahnya karena terkadang hasrat untuk membeli barang yang bukan merupakan kebutuhan sangatlah tinggi apalagi kalau melihat iming-iming diskon, wah kudu kuat hati dan menutup mata supaya tidak tergoda.

Sedangkan 30% dari penghasilan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan sekunder seperti liburan keluarga, makan di resto, arisan  dan sebagainya. Kebutuhan sekunder ini masih bisa ditawar dalam artian apabila tidak dipenuhi, maka tidak akan ada akibat yang merugikan bagi kita. Jika bisa ditekan, maka kita bisa memperoleh saving uang dari pos ini yang bisa dialokasikan untuk kebutuhan darurat keluarga.

Porsi 20% penghasilan adalah alokasi untuk tabungan dan investasi. Tidak banyak orang berpikir untuk menabung/investasi di awal bulan ketika mendapat penghasilan. Kebanyakan menabung setelah ada sisa uang di akhir bulan. Saya juga sempat mengalami masa-masa itu jadi saldo tabungan sangat lambat bergerak naik karena jumlah uang yang ditabung tidak sama setiap bulan dan cenderung menurun jumlahnya.

belajar merencanakan dan mencatat keuangan keluarga
Nah, kalau memakai metode ini sebaiknya di awal bulan kita sudah mengambil 20% dari penghasilan untuk ditabung/investasi. Kita harus berpikir jangka panjang bahwa di masa yang akan datang kita mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang besar. Jika kita menyiapkan sedini mungkin, prediksinya di masa depan kita tidak akan mengalami kerepotan urusan finansial. Seperti misalnya persiapan dana pensiun. 

Dulu saya tidak kepikir untuk menyiapkan dana pensiun karena saya sudah mendapat jaminan dana pensiun dari kantor tapi setelah baca-baca literatur, ternyata menyiapkan dana pensiun 30 tahun sebelum masa pensiun itu tiba penting juga supaya keadaan financial kita bisa tetap sama seperti saat kita masih bekerja. Kebayang kan nikmatnya ketika pensiun tinggal menikmati hidup dan tidak pusing dengan urusan financial. Indahnya dunia ;)

Nah tidak ada salahnya mencoba menggunakan pola 50-30-20 untuk mengelola pendapatan kita supaya keuangan keluarga kita ama. Kalau keuangan keluarga aman efeknya seluruh anggota keluarga akan nyaman plus hepi karena kebutuhannya terpenuhi dan pastinya manajer keuangannya ga pusing dan jauh dari kata tekor. 

yeaaay kami berempat bisa sumringah bareng

Tidak ada komentar: