Senin, 20 Februari 2017

Aku adalah Anak Lelaki



Mempunyai dua anak laki-laki membuat saya harus memaklumi hobi para lelaki. Kini di saat kakak Ikhsan berumur 9 tahun dan adik Ikhfan berumur 4 tahun, rumah dikuasai oleh permainan aura laki-laki. Mas suami kalau lagi di rumah sering banget ngajakin duo kakak beradik ini bongkarin mainan yang ada sekrup-nya.

Jadi, beberapa mobil remote kontrol “hancur” dibongkarin mereka bertiga. Hadew...gini nih kalau 3 laki-laki sedang menjalankan hobinya, menerima bongkar tapi tidak menerima pasang.  Setelah puas bongkarin, terkadang mas suami menunjukkan cara me-nyolder komponen listrik di mesin mobil remote kontrol dan anak-anak terlihat heran banget melihat bapaknya bisa me-nyolder komponen listrik pake tenol dan solder listrik Pokoknya kalau mereka bertiga lagi asyik, dilarang mendekat dan mengganggu. Biasanya saya mengalah dan mojok di dapur. Pilih masak aja hehe...
Tiga minggu terakhir ini mas suami dan kakak ikhsan-adik ikhfan lagi keranjingan dengan helikopter remote kontrol. Awalnya adalah ketika kakak dan adik di akhir desember 2016 kemarin diberi hadiah helikopter remote kontrol sama tantenya. Berhubung mereka belum pernah punya, jadi mereka sangat senang dan terkadang berakhir dengan rebutan main terus salah satu ada yang menangis.

Kakak yang merasa lebih tua tidak mengijinkan adiknya mencoba menerbangkan helikopter dengan alasan umur adiknya baru 4 tahun.
“Helikopter remote kontrol itu bukan buat anak 4 tahun. Jadi adik belum boleh nerbangin,” gitu alasannya.

Saya ga tau kenapa, helikopter hadiah itu hanya berumur 1 minggu saja. Setelahnya sudah tidak bisa diterbangkan lagi. Ikhsan ikhfan mukanya langsung kusut melihat mainan mereka rusak berat. Bahkan setelah dibongkar dan dicoba reparasi sendiri oleh mereka dipimpin mas suami, helikopter remote itu tetap tidak bisa terbang. Saya maklum mereka selalu terima bongkar mainan tapi tidak terima pasang hehe...

Akhirnya mas suami membelikan 2 helikopter remote kontrol untuk Ikhsan-Ikhfan plus doraemon yang bisa terbang. Permainan yang seharusnya dimainkan oleh anak diatas 12 tahun, di rumah kami dimainkan oleh anak 9 tahun dan 4 tahun. Tidak dinyana juga adik yang berusia 4 tahun bisa juga menerbangkan helikopter remote control itu dengan memainkan beberapa manuver seperti naik, turun serta belok kanan kiri diakhiri dengan mendaratkannya dengan mulus.


Ikhsan Ikhfan lebih senang permainan yang berbau “laki-laki”. Jadi di rumah stok mainannya kebanyakan alat-alat transportasi, pesawat dan helikopter.  Tidak terlalu suka boneka. Punya sih boneka, tapi akhirnya saya simpan karena cuma dibuang-buang sama mereka.

Menurut saya anak laki-laki di rentang usia mereka (3-9 tahun) memang harus diajarkan tentang identitas mereka sebagai laki-laki dengan kehadiran sosok laki-laki yaitu bapaknya. Hal itu merupakan salah satu bagian tentang pendidikan seks pada anak.

Sejak lahir anak lebih banyak bersentuhan dengan Ibu, jadi unsur feminim lebih dominan. Supaya anak-anak tahu identitas seksual mereka, unsur maskulin/feminim harus dihadirkan sesuai dengan jenis kelamin mereka. Kalau saya kebetulan 2 anak saya adalah laki-laki jadi saya berusaha keras menghadirkan sosok laki-laki di rumah. Alhamdulillah ada eyang kakung  yang tinggal bersama kami, jadi kalau saat mas suami sedang tugas keluar kota, anak-anak tetap melihat ada sosok laki-laki dewasa di rumah.

kalau di rumah, mereka bertiga bisa asyik bermain ala laki-laki
Bagi saya pengenalan identitas seksual bagi anak sangat penting untuk membantu mereka mengetahui dan mengenal jenis kelamin mereka sehingga di saat dewasa mereka tidak mengalami disorientasi seksual. Walaupun tidak dipungkiri, disorientasi seksual bisa terjadi pada masa dewasa karena pengaruh lingkungan. Paling tidak jika kita sudah membekali anak-anak dengan pengetahuan tentang identitas seksual mereka sejak dini, hal-hal yang tidak kita inginkan tidak akan terjadi.

Pendidikan seks untuk anak di rentang usia 3-9 tahun dimulai dengan pengenalan identitas gender pada anak. Perbedaaan dia dengan lawan jenis. Adik ikhfan saat sekarang usianya 4 tahun juga mulai bertanya,” kok Ibu pake jilbab trus kok aku, kakak dan bapak enggak?”
"ya karena adik Ikhfan, kakak Ikhsan dan Bapak itu laki-laki," jawab saya singkat.


Pertanyaan-pertanyaan yang terlotar seperti itu menunjukkan anak membutuhkan informasi mengenai sex/pengenalan gender. Nah, sebagai orang tua kita juga harus pandai-pandai memberikan pendidikan seks sesuai dengan tingkatan umur anak. Pendidikan seks bagi anak usia 3-9 tahun berbeda dengan anak usia pra remaja dan remaja.

Untuk anak usia 3 – 9 tahun pendidikan seks diawali dengan pengenalan gender dan pengetahuan untuk menjaga dan merawat area genital mereka. Beri informasi pada anak bahwa area genital mereka tidak boleh dipegang oleh sembarang orang. Kalau saya memberitahu kakak Ikhsan- adik ikhfan bahwa area genital mereka hanya boleh dipegang orang tua, dokter  (ketika sakit) dan mereka sendiri. Selain itu tidak boleh ada yang memegang.

Bagi anak perempuan pengenalan identitas gender dengan kehadiran sosok Ibu dan kedekatan dengan Ibu sejak lahir sangat membantu mereka. Pemilihan baju dan mainan juga membantu mereka mengenal identitas gender mereka bahwa mereka terlahir sebagai anak perempuan. Kehadiran sosok Bapak sebagai laki-laki dewasa juga sangat diperlukan untuk memantapkan pengetahuan mereka tentang adanya perbedaan gender laki-laki dan perempuan.

Para ahli menyepakati bahwa pendidikan seks sangat penting diberikan kepada anak (Nova No. 1510/XXIX, tgl 5 Feb 2017) karena bisa menangkal 3 risiko yaitu:
1.     Kejahatan seksual.
Anak yang sudah mendapat pendidikan seks, berisiko lebih kecil menjadi korban kejahatan seksual.
2.     Pornografi.
Penelitian menunjukkan anak yang mendapat pendidikan seks secara optimal lebih mampu menghindarkan dirinya dari jerat pornografi.
3.     Perilau seksual yang salah
Anak yang memahami seks secara sehat, diyakini berisiko lebih kecil melakukan perilaku seks yang salah.

Sekarang jamannya sudah sangat high tech jadi pemikiran orang tua juga harus bergerak maju, tidak hanya mengatakan bahwa membicarakan tentang “sex” dengan anak adalah sesuatu yang tabu dan hanya mengatakan boleh dan tidak saja. Anak sekarang kadang membutuhkan argumentasi sesuai umur mereka. Akan lebih baik anak-anak tahu tentang pendidikan sex dari orang tua dibandingkan mereka mencari sendiri di luar lewat teman maupun media sosial yang susah dikontrol.   

Bagi saya pendidikan seksual perlu diberikan kepada anak sesuai dengan jenjang umurnya. Sekali lagi, sesuai jenjang umur. Nah langkah pertama saya sebagai orang tua adalah belajar tentang pendidikan sex bagi anak sesuai jenjang umur mereka sehingga saya bisa memberikan informasi yang tepat dan benar. Selain itu bisa menjawab pertanyaan anak-anak seputar keingintahuan mereka tentang perkembangan seksualitas mereka.


Sekarang saya lagi belajar nih tentang pendidikan seks yang tepat bagi anak. Teman-teman yang punya info seputaran pendidikan sex bagi anak, hayuk silahkan sharing di sini.

3 komentar:

Turis Cantik mengatakan...

Saya jg kdng bingung kl hrs menjelaskan tentang seks ke anak.. Memang hrs bnyak belajar sbg orang tua. Makasih sharingnya mbak

Fitri3boys mengatakan...

bahasannya cukup rumit nih...

yang no 2 dan 3 waktu kira2 3 tahunan.. mereka tanya lahirnya dari mana??? karena mereka caesar lebih gampang jelasinnya...


Raffa aja yang sampai sekarang masih ngotot kalau mas Dzaky yang lahirin itu ayah..he he he he

D I J A mengatakan...

Dija juga paham mainan anak laki laki
soalnya kakak kakaknya dija laki laki semua lho mama entik