Masa kehamilan Irham saya habiskan untuk
mondar-mandir ke kampus untuk kuliah, bimbingan tesis dan perpustakaan. Jadi
ini bayi sudah ikutan belajar sejak di perut. Walau saya terserang hyperemesis sejak trimester pertama,
tapi aktivitas saya tetap bejibun.
Ikhsan Ikhfan tetap minta saya antar jemput
sekolah, jadi saya tetap menyetir mobil sampai usia kandungan memasuki 9 bulan.
Saya berhenti nyetir mobil karena diminta mas suami yang sudah ga tega melihat
perut saya yang membuncit. Apalagi badan saya benar-benar melar karena berat
badan naik hampir 21 kg.
Baiklah saya stop nyetir mobil dan minta diantar
jemput oleh mas suami sampai saat datangnya HPL. Saya memang disarankan dokter
untuk melahirkan secara SC karena riwayat SC di dua kehamilan sebelumnya. SC
pertama karena terjadi pendarahaan sedangkan SC kedua karena placenta previa totalis. Baiklah, saya
ikhlas memutuskan untuk melahirkan secara SC.
Jadwal SC saya 5 hari sebelum HPL tapi 5 sebelum
jadwal secar saya mengalami kontraksi. Setalah dibawa ke RS, ternyata saya
mengalami bukaan 3. Saya dinyatakan dalam kondisi darurat dan harus segera
dilakukan SC dalam waktu satu jam.
hari kedua pasca SC di RS (irham 2 hari) |
Satu kunci untuk belajar mobilitas pasca SC
adalah semangat dan kekuatan hati untuk segera pulih biar bisa gendong bayi.
Semangat melawan rasa perih dan mencoba untuk terus belajar bergerak terbukti
ampuh bagi saya. Di hari keempat pasca SC, saya diperbolehkan pulang dan
menggendong Irham. Sampai di rumah, saya sudah bisa memandikan Irham. Saya
sendiri juga heran dengan keadaan saya karena di dua kelahiran sebelumnya,
seminggu pertama di rumah saya belum bisa bergerak bebas karena rasa perih di
luka bekas SC.
Perkembangan
Irham di usia 0-3 bulan
Irham adalah bayi yang tidak rewel. Minum ASI-nya
juga pinter. Alhamdulillah ASI saya juga banyak jadi bisa nyetok ASIP buat
Irham.
Usia 3 bulan, Irham sudah bisa memiringkan badan
dan sesekali bisa tengkurap tanpa sengaja. Selanjutnya akan menangis kejer karena
tidak bisa membalikkan badan.
Irham sudah bisa kontak mata dan mencari sumber
suara. Mengenali suara saya ketika memanggil namanya. Berat badan juga naik dan
berada di atas garis hijau.
Sejak usia 1 bulan Irham “terpaksa” saya masukkan
daycare karena saya harus segera
kembali ke kampus dan belum mendapatkan mbak pengasuh untuk dia. Jadi aktivitas
pagi adalah menyiapkan ikhsan ikhfan sekolah dilanjut mengantar irham ke daycare dan saya ke kampus.
So
far, Irham bisa mengikuti ritme saya sampai akhirnya saya
menyelesaikan tesis dan wisuda. Ah, lega… Alhamdulillah, akhirnya saya bisa menyelesaikan tesis walau dengan tertatih-tatih karena harus berbagi waktu antar kampus dan mengurus 3 anak.
formasi komplit (irham 4,5 bln) |
Perkembangan
Irham di usia 4-5 bulan
Ketika Irham memasuki usia 4 bulan, saya sudah
harus mulai masuk kantor lagi karena kuliah saya sudah selesai. Saya dan Irham
harus mulai penyesuaian lagi karena saya bakal ngantor dari jam 07.30 sampai
16.00. Saya sempat mengalami dilema antara menitipkan irham di daycare ataukah berusaha mencari
pengasuh.susyah sekali mendapatkan pengasuh untuk Irham.
Saya akhirnya dapat pengasuh untuk Irham. Kami
biasa memanggilnya “mamak”, dia adalah tetangga saya yang bersedia menjaga
irham selama saya ngantor. Berhubung Mamak adalah orang desa dan belum paham
tentang ASIP, saya musti ngajari Mamak cara memberi ASIP untuk Irham. ASIP jadi
sesuatu yang baru bagi orang-orang tua seumuran Mamak. Biasanya tetangga desa
saya memberi sufor untuk bayi kalau ditinggal bekerja. Sama seperti cucunya
Mamak. Pemberian ASIP untuk bayi menjadi sesuatu yang baru bagi Mamak.
Alhamdulillah Mamak bersedia mengikuti cara saya memberi ASIP untuk Irham. Irham langsung bisa adaptasi dengan pengasuh
barunya. Tidak rewel dan langsung nempel saja sama Mamak.
Di usia 4 bulan, Irham sudah bisa membalikkan
badan dari posisi tengkurap. Mengangkat kepalanya dengan dada tegak. Irham
mulai senang tersenyum dan tertawa kalau digoda. Dia gampang sekali tertawa.
Sampai para tetangga menyebutnya bayi yang “sumeh”
(banyak senyum).
Usia 5 bulan, Irham mulai senang digendong dengan
posisi duduk mengahadap ke depan dan senang tidur dengan posisi miring. Tapi
rada “males” untuk tengkurap. Saya musti melatih menengkurapkan badannya.
Setelah tengkurap Irham akan menegakkan kepala dan menggerakkan badannya ke
belakang.
irham, 5 bulan |
Ketika memasuki usia 5,5 bulan, Irham sempat demam
dan sangat rewel. Suhunya sampai 38 derajat dan mintanya digendong terus
sepanjang malam. Saya dan mas suami rasanya repot sekali karena kebetulan
tangan saya sedang digip karena dua minggu sebelumnya saya jatuh dari motor dan
tulang pergelangan tangan kiri saya ada yang geser posisinya.
Saya tidak bisa menggendong sementara irham
maunya digendong saya. Alhasil dengan bersusah payah saya berhasil menggendong
irham dibantu mas dengan kain jarik. Semalam kami berdua tidak tidur karena
bergantian menggendong Irham.
Saya mencoba mengingat-ingat penyebab irham
demam. Tadi sore BAB irham encer dan sedikit berlendir seperti diare. Saya agak
penasaran juga mengapa bayi ASI bisa diare kecuali dot yang dipake tidak
steril. Dari pengalaman bayi ikhsan ikhfan yang dulunya juga ASI eksklusif,
mereka jarang terkena diare. Doh, saya musti “menginterogasi” mamak masalah
kebersihan dot irham. Saya sangat maklum karena mamak adalah profil orang desa
yang belum terbiasa dengan pemberian ASIP bagi bayi.
Keesokan harinya, saya mengajak mamak untuk
memeriksakan Irham ke dokter. Saya sengaja mengajaknya supaya mamak mendengar
langsung dari dokter cara pemberian ASIP supaya tidak terkesan menggurui mamak,
akan lebih bijak kalau dia mendengar langsung dari dokter.
Di ruang dokter, saya sengaja memancing dokter
dengan pertanyaan seputar pemberian ASIP kepada bayi. Dokter SPA menjelaskan
secara detil cara menyeteril botol-botol dot dan pemberian ASIP. Selanjutnya
dokter memberi resep probiokid dan orezink untuk membantu menyembuhkan diare
irham. Alhamdulillah setelah 5 hari, BAB Irham sudah
normal lagi. Saya lega karena BB Irham sempat stagnan tidak naik karena diare. Sedih
rasanya…
Dari kejadian itu, saya mendapat sebuah
pembelajaran besar tentang pemberian ASIP karena pemberian ASIP musti steril
alat-alatnya baik alat perah sampai dot yang akan dipakai irham. Pengalaman 6
tahun yang lalu memberi ASIP buat Ikhfan terkadang membuat saya “menggampangkan”
urusan steril dotnya Irham. Ternyata setiap kali melahirkan bayi, kita akan
selalu menjadi “ibu baru” yang memaksa kita untuk terus belajar menjadi ibu.
saya dan irham (5 bln) |
Next
post saya mau cerita tentang ASIP dan perintilan memerah
ASI di kantor.
Semoga sharing kali ini jadi booster semangat saya menjadi pejuang ASI untuk yang ketiga
kalinya.
Alhamdulillah Irham lahir dengan berat badan 3,5
kg dalam kondisi sehat. Pemulihan pasca secar Irham lebih cepat dibanding dua
kakaknya. Dalam 24 jam saya sudah bisa belajar mobilitas mulai memiringkan
badan, duduk, berdiri dan akhirnya berjalan. Satu hal yang saya ingat ketika
mulai belajar berdiri adalah selalu menegakkan badan dan tidak membungkuk.
Temen-temen yang pernah mengalami SC pasti mengalami rasa perih yang sangat
ketika pertama kali belajar berdiri. Tapi kalau tidak dipaksa untuk berdiri
dengan tegak maka rasa sakit malah akan terus terasa.
Satu kunci untuk belajar mobilitas pasca SC
adalah semangat dan kekuatan hati untuk segera pulih biar bisa gendong bayi.
Semangat melawan rasa perih dan mencoba untuk terus belajar bergerak terbukti
ampuh bagi saya. Di hari keempat pasca SC, saya diperbolehkan pulang dan
menggendong Irham. Sampai di rumah, saya sudah bisa memandikan Irham. Saya
sendiri juga heran dengan keadaan saya karena di dua kelahiran sebelumnya,
seminggu pertama di rumah saya belum bisa bergerak bebas karena rasa perih di
luka bekas SC.
Perkembangan
Irham di usia 0-3 bulan
Irham adalah bayi yang tidak rewel. Minum ASI-nya
juga pinter. Alhamdulillah ASI saya juga banyak jadi bisa nyetok ASIP buat
Irham.
Usia 3 bulan, Irham sudah bisa memiringkan badan
dan sesekali bisa tengkurap tanpa sengaja. Selanjutnya akan menangis kejer karena
tidak bisa membalikkan badan.
Irham sudah bisa kontak mata dan mencari sumber
suara. Mengenali suara saya ketika memanggil namanya. Berat badan juga naik dan
berada di atas garis hijau.
Sejak usia 1 bulan Irham “terpaksa” saya masukkan
daycare karena saya harus segera
kembali ke kampus dan belum mendapatkan mbak pengasuh untuk dia. Jadi aktivitas
pagi adalah menyiapkan ikhsan ikhfan sekolah dilanjut mengantar irham ke daycare dan saya ke kampus.
So
far, Irham bisa mengikuti ritme saya sampai akhirnya saya
menyelesaikan tesis dan wisuda.
Perkembangan
Irham di usia 4-5 bulan
Ketika Irham memasuki usia 4 bulan, saya sudah
harus mulai masuk kantor lagi karena kuliah saya sudah selesai. Saya dan Irham
harus mulai penyesuaian lagi karena saya bakal ngantor dari jam 07.30 sampai
16.00. Saya sempat mengalami dilema antara menitipkan irham di daycare ataukah berusaha mencari
pengasuh.
Saya akhirnya dapat pengasuh untuk Irham. Kami
biasa memanggilnya “mamak”, dia adalah tetangga saya yang bersedia menjaga
irham selama saya ngantor. Berhubung Mamak adalah orang desa dan belum paham
tentang ASIP, saya musti ngajari Mamak cara memberi ASIP untuk Irham. ASIP jadi
sesuatu yang baru bagi orang-orang tua seumuran Mamak. Biasanya tetangga desa
saya memberi sufor untuk bayi kalau ditinggal bekerja. Sama seperti cucunya
Mamak. Pemberian ASIP untuk bayi menjadi sesuatu yang baru bagi Mamak.
Alhamdulillah Mamak bersedia mengikuti cara saya memberi ASIP untuk Irham.
Irham langsung bisa adaptasi dengan pengasuh
barunya. Tidak rewel dan langsung nempel saja sama Mamak.
Di usia 4 bulan, Irham sudah bisa membalikkan
badan dari posisi tengkurap. Mengangkat kepalanya dengan dada tegak. Irham
mulai senang tersenyum dan tertawa kalau digoda. Dia gampang sekali tertawa.
Sampai para tetangga menyebutnya bayi yang “sumeh”
(banyak senyum).
Usia 5 bulan, Irham mulai senang digendong dengan
posisi duduk mengahadap ke depan dan senang tidur dengan posisi miring. Tapi
rada “males” untuk tengkurap. Saya musti melatih menengkurapkan badannya.
Setelah tengkurap Irham akan menegakkan kepala dan menggerakkan badannya ke
belakang.
Ketika memasuki usia 5,5 bulan, Irham sempat demam
dan sangat rewel. Suhunya sampai 38 derajat dan mintanya digendong terus
sepanjang malam. Saya dan mas suami rasanya repot sekali karena kebetulan
tangan saya sedang digip karena dua minggu sebelumnya saya jatuh dari motor dan
tulang pergelangan tangan kiri saya ada yang geser posisinya.
Saya tidak bisa menggendong sementara irham
maunya digendong saya. Alhasil dengan bersusah payah saya berhasil menggendong
irham dibantu mas dengan kain jarik. Semalam kami berdua tidak tidur karena
bergantian menggendong Irham.
Saya mencoba mengingat-ingat penyebab irham
demam. Tadi sore BAB irham encer dan sedikit berlendir seperti diare. Saya agak
penasaran juga mengapa bayi ASI bisa diare kecuali dot yang dipake tidak
steril. Dari pengalaman bayi ikhsan ikhfan yang dulunya juga ASI eksklusif,
mereka jarang terkena diare.
Doh, saya musti “menginterogasi” mamak masalah
kebersihan dot irham. Saya sangat maklum karena mamak adalah profil orang desa
yang belum terbiasa dengan pemberian ASIP bagi bayi.
Keesokan harinya, saya mengajak mamak untuk
memeriksakan Irham ke dokter. Saya sengaja mengajaknya supaya mamak mendengar
langsung dari dokter cara pemberian ASIP supaya tidak terkesan menggurui mamak,
akan lebih bijak kalau dia mendengar langsung dari dokter.
Di ruang dokter, saya sengaja memancing dokter
dengan pertanyaan seputar pemberian ASIP kepada bayi. Dokter SPA menjelaskan
secara detil cara menyeteril botol-botol dot dan pemberian ASIP. Selanjutnya
dokter memberi resep probiokid dan orezink untuk membantu menyembuhkan diare
irham.
Alhamdulillah setelah 5 hari, BAB Irham sudah
normal lagi. Saya lega karena BB Irham sempat stagnan tidak naik karena diare. Sedih
rasanya...
Dari kejadian itu, saya mendapat sebuah
pembelajaran besar tentang pemberian ASIP karena pemberian ASIP musti steril
alat-alatnya baik alat perah sampai dot yang akan dipakai irham. Pengalaman 6
tahun yang lalu memberi ASIP buat Ikhfan terkadang membuat saya “menggampangkan”
urusan steril dotnya Irham. Ternyata setiap kali melahirkan bayi, kita akan
selalu menjadi “ibu baru” yang memaksa kita untuk terus belajar menjadi ibu.
Next
post saya mau cerita tentang ASIP dan perintilan memerah
ASI di kantor.
Semoga sharing kali ini jadi booster semangat saya menjadi pejuang ASI untuk yang ketiga
kalinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar