Rabu, 28 November 2018

Irham’s Milestone 0-5 months

Tidak terasa sekarang telah memasuki bulan ke lima post partum saya. Saya belum menuliskan di blog tentang perkembangang irham sebagaimana biasa saya menulis perkembangan kakak-kakaknya. Sekarang saya mau menuliskan perkembangan Irham sejak mulai usia 0 bulan.

Masa kehamilan Irham saya habiskan untuk mondar-mandir ke kampus untuk kuliah, bimbingan tesis dan perpustakaan. Jadi ini bayi sudah ikutan belajar sejak di perut. Walau saya terserang hyperemesis sejak trimester pertama, tapi aktivitas saya tetap bejibun.

Ikhsan Ikhfan tetap minta saya antar jemput sekolah, jadi saya tetap menyetir mobil sampai usia kandungan memasuki 9 bulan. Saya berhenti nyetir mobil karena diminta mas suami yang sudah ga tega melihat perut saya yang membuncit. Apalagi badan saya benar-benar melar karena berat badan naik hampir 21 kg.

Baiklah saya stop nyetir mobil dan minta diantar jemput oleh mas suami sampai saat datangnya HPL. Saya memang disarankan dokter untuk melahirkan secara SC karena riwayat SC di dua kehamilan sebelumnya. SC pertama karena terjadi pendarahaan sedangkan SC kedua karena placenta previa totalis. Baiklah, saya ikhlas memutuskan untuk melahirkan secara SC.

Jadwal SC saya 5 hari sebelum HPL tapi 5 sebelum jadwal secar saya mengalami kontraksi. Setalah dibawa ke RS, ternyata saya mengalami bukaan 3. Saya dinyatakan dalam kondisi darurat dan harus segera dilakukan SC dalam waktu satu jam.

Alhamdulillah Irham lahir dengan berat badan 3,5 kg dalam kondisi sehat. Pemulihan pasca secar Irham lebih cepat dibanding dua kakaknya. Dalam 24 jam saya sudah bisa belajar mobilitas mulai memiringkan badan, duduk, berdiri dan akhirnya berjalan. Satu hal yang saya ingat ketika mulai belajar berdiri adalah selalu menegakkan badan dan tidak membungkuk. Temen-temen yang pernah mengalami SC pasti mengalami rasa perih yang sangat ketika pertama kali belajar berdiri tapi kalau tidak dipaksa untuk berdiri dengan tegak maka rasa sakit malah akan terus terasa.

hari kedua pasca SC di RS (irham 2 hari)
Satu kunci untuk belajar mobilitas pasca SC adalah semangat dan kekuatan hati untuk segera pulih biar bisa gendong bayi. Semangat melawan rasa perih dan mencoba untuk terus belajar bergerak terbukti ampuh bagi saya. Di hari keempat pasca SC, saya diperbolehkan pulang dan menggendong Irham. Sampai di rumah, saya sudah bisa memandikan Irham. Saya sendiri juga heran dengan keadaan saya karena di dua kelahiran sebelumnya, seminggu pertama di rumah saya belum bisa bergerak bebas karena rasa perih di luka bekas SC.

Perkembangan Irham di usia 0-3 bulan 

Irham adalah bayi yang tidak rewel. Minum ASI-nya juga pinter. Alhamdulillah ASI saya juga banyak jadi bisa nyetok ASIP buat Irham.

Usia 3 bulan, Irham sudah bisa memiringkan badan dan sesekali bisa tengkurap tanpa sengaja. Selanjutnya akan menangis kejer karena tidak bisa membalikkan badan.
Irham sudah bisa kontak mata dan mencari sumber suara. Mengenali suara saya ketika memanggil namanya. Berat badan juga naik dan berada di atas garis hijau.

Sejak usia 1 bulan Irham “terpaksa” saya masukkan daycare karena saya harus segera kembali ke kampus dan belum mendapatkan mbak pengasuh untuk dia. Jadi aktivitas pagi adalah menyiapkan ikhsan ikhfan sekolah dilanjut mengantar irham ke daycare dan saya ke kampus. 
So far, Irham bisa mengikuti ritme saya sampai akhirnya saya menyelesaikan tesis dan wisuda. Ah, lega… Alhamdulillah, akhirnya saya bisa menyelesaikan tesis walau dengan tertatih-tatih karena harus berbagi waktu antar kampus dan mengurus 3 anak.

formasi komplit (irham 4,5 bln)
Perkembangan Irham di usia 4-5 bulan

Ketika Irham memasuki usia 4 bulan, saya sudah harus mulai masuk kantor lagi karena kuliah saya sudah selesai. Saya dan Irham harus mulai penyesuaian lagi karena saya bakal ngantor dari jam 07.30 sampai 16.00. Saya sempat mengalami dilema antara menitipkan irham di daycare ataukah berusaha mencari pengasuh.susyah sekali mendapatkan pengasuh untuk Irham.

Saya akhirnya dapat pengasuh untuk Irham. Kami biasa memanggilnya “mamak”, dia adalah tetangga saya yang bersedia menjaga irham selama saya ngantor. Berhubung Mamak adalah orang desa dan belum paham tentang ASIP, saya musti ngajari Mamak cara memberi ASIP untuk Irham. ASIP jadi sesuatu yang baru bagi orang-orang tua seumuran Mamak. Biasanya tetangga desa saya memberi sufor untuk bayi kalau ditinggal bekerja. Sama seperti cucunya Mamak. Pemberian ASIP untuk bayi menjadi sesuatu yang baru bagi Mamak. Alhamdulillah Mamak bersedia mengikuti cara saya memberi ASIP untuk Irham. Irham langsung bisa adaptasi dengan pengasuh barunya. Tidak rewel dan langsung nempel saja sama Mamak.

Di usia 4 bulan, Irham sudah bisa membalikkan badan dari posisi tengkurap. Mengangkat kepalanya dengan dada tegak. Irham mulai senang tersenyum dan tertawa kalau digoda. Dia gampang sekali tertawa. Sampai para tetangga menyebutnya bayi yang “sumeh” (banyak senyum).

Usia 5 bulan, Irham mulai senang digendong dengan posisi duduk mengahadap ke depan dan senang tidur dengan posisi miring. Tapi rada “males” untuk tengkurap. Saya musti melatih menengkurapkan badannya. Setelah tengkurap Irham akan menegakkan kepala dan menggerakkan badannya ke belakang. 
irham, 5 bulan
Ketika memasuki usia 5,5 bulan, Irham sempat demam dan sangat rewel. Suhunya sampai 38 derajat dan mintanya digendong terus sepanjang malam. Saya dan mas suami rasanya repot sekali karena kebetulan tangan saya sedang digip karena dua minggu sebelumnya saya jatuh dari motor dan tulang pergelangan tangan kiri saya ada yang geser posisinya.

Saya tidak bisa menggendong sementara irham maunya digendong saya. Alhasil dengan bersusah payah saya berhasil menggendong irham dibantu mas dengan kain jarik. Semalam kami berdua tidak tidur karena bergantian menggendong Irham.

Saya mencoba mengingat-ingat penyebab irham demam. Tadi sore BAB irham encer dan sedikit berlendir seperti diare. Saya agak penasaran juga mengapa bayi ASI bisa diare kecuali dot yang dipake tidak steril. Dari pengalaman bayi ikhsan ikhfan yang dulunya juga ASI eksklusif, mereka jarang terkena diare. Doh, saya musti “menginterogasi” mamak masalah kebersihan dot irham. Saya sangat maklum karena mamak adalah profil orang desa yang belum terbiasa dengan pemberian ASIP bagi bayi.

Keesokan harinya, saya mengajak mamak untuk memeriksakan Irham ke dokter. Saya sengaja mengajaknya supaya mamak mendengar langsung dari dokter cara pemberian ASIP supaya tidak terkesan menggurui mamak, akan lebih bijak kalau dia mendengar langsung dari dokter.

Di ruang dokter, saya sengaja memancing dokter dengan pertanyaan seputar pemberian ASIP kepada bayi. Dokter SPA menjelaskan secara detil cara menyeteril botol-botol dot dan pemberian ASIP. Selanjutnya dokter memberi resep probiokid dan orezink untuk membantu menyembuhkan diare irham. Alhamdulillah setelah 5 hari, BAB Irham sudah normal lagi. Saya lega karena BB Irham sempat stagnan tidak naik karena diare. Sedih rasanya…

Dari kejadian itu, saya mendapat sebuah pembelajaran besar tentang pemberian ASIP karena pemberian ASIP musti steril alat-alatnya baik alat perah sampai dot yang akan dipakai irham. Pengalaman 6 tahun yang lalu memberi ASIP buat Ikhfan terkadang membuat saya “menggampangkan” urusan steril dotnya Irham. Ternyata setiap kali melahirkan bayi, kita akan selalu menjadi “ibu baru” yang memaksa kita untuk terus belajar menjadi ibu.

saya dan irham (5 bln)
Next post saya mau cerita tentang ASIP dan perintilan memerah ASI di kantor.
Semoga sharing kali ini jadi booster semangat saya menjadi pejuang ASI untuk yang ketiga kalinya.
































































































































































































































































































































































































































Alhamdulillah Irham lahir dengan berat badan 3,5 kg dalam kondisi sehat. Pemulihan pasca secar Irham lebih cepat dibanding dua kakaknya. Dalam 24 jam saya sudah bisa belajar mobilitas mulai memiringkan badan, duduk, berdiri dan akhirnya berjalan. Satu hal yang saya ingat ketika mulai belajar berdiri adalah selalu menegakkan badan dan tidak membungkuk. Temen-temen yang pernah mengalami SC pasti mengalami rasa perih yang sangat ketika pertama kali belajar berdiri. Tapi kalau tidak dipaksa untuk berdiri dengan tegak maka rasa sakit malah akan terus terasa.

Satu kunci untuk belajar mobilitas pasca SC adalah semangat dan kekuatan hati untuk segera pulih biar bisa gendong bayi. Semangat melawan rasa perih dan mencoba untuk terus belajar bergerak terbukti ampuh bagi saya. Di hari keempat pasca SC, saya diperbolehkan pulang dan menggendong Irham. Sampai di rumah, saya sudah bisa memandikan Irham. Saya sendiri juga heran dengan keadaan saya karena di dua kelahiran sebelumnya, seminggu pertama di rumah saya belum bisa bergerak bebas karena rasa perih di luka bekas SC.



Perkembangan Irham di usia 0-3 bulan

Irham adalah bayi yang tidak rewel. Minum ASI-nya juga pinter. Alhamdulillah ASI saya juga banyak jadi bisa nyetok ASIP buat Irham.

Usia 3 bulan, Irham sudah bisa memiringkan badan dan sesekali bisa tengkurap tanpa sengaja. Selanjutnya akan menangis kejer karena tidak bisa membalikkan badan.

Irham sudah bisa kontak mata dan mencari sumber suara. Mengenali suara saya ketika memanggil namanya. Berat badan juga naik dan berada di atas garis hijau.

Sejak usia 1 bulan Irham “terpaksa” saya masukkan daycare karena saya harus segera kembali ke kampus dan belum mendapatkan mbak pengasuh untuk dia. Jadi aktivitas pagi adalah menyiapkan ikhsan ikhfan sekolah dilanjut mengantar irham ke daycare dan saya ke kampus.

So far, Irham bisa mengikuti ritme saya sampai akhirnya saya menyelesaikan tesis dan wisuda.



Perkembangan Irham di usia 4-5 bulan

Ketika Irham memasuki usia 4 bulan, saya sudah harus mulai masuk kantor lagi karena kuliah saya sudah selesai. Saya dan Irham harus mulai penyesuaian lagi karena saya bakal ngantor dari jam 07.30 sampai 16.00. Saya sempat mengalami dilema antara menitipkan irham di daycare ataukah berusaha mencari pengasuh.



Saya akhirnya dapat pengasuh untuk Irham. Kami biasa memanggilnya “mamak”, dia adalah tetangga saya yang bersedia menjaga irham selama saya ngantor. Berhubung Mamak adalah orang desa dan belum paham tentang ASIP, saya musti ngajari Mamak cara memberi ASIP untuk Irham. ASIP jadi sesuatu yang baru bagi orang-orang tua seumuran Mamak. Biasanya tetangga desa saya memberi sufor untuk bayi kalau ditinggal bekerja. Sama seperti cucunya Mamak. Pemberian ASIP untuk bayi menjadi sesuatu yang baru bagi Mamak. Alhamdulillah Mamak bersedia mengikuti cara saya memberi ASIP untuk Irham.



Irham langsung bisa adaptasi dengan pengasuh barunya. Tidak rewel dan langsung nempel saja sama Mamak.



Di usia 4 bulan, Irham sudah bisa membalikkan badan dari posisi tengkurap. Mengangkat kepalanya dengan dada tegak. Irham mulai senang tersenyum dan tertawa kalau digoda. Dia gampang sekali tertawa. Sampai para tetangga menyebutnya bayi yang “sumeh” (banyak senyum).



Usia 5 bulan, Irham mulai senang digendong dengan posisi duduk mengahadap ke depan dan senang tidur dengan posisi miring. Tapi rada “males” untuk tengkurap. Saya musti melatih menengkurapkan badannya. Setelah tengkurap Irham akan menegakkan kepala dan menggerakkan badannya ke belakang.

Ketika memasuki usia 5,5 bulan, Irham sempat demam dan sangat rewel. Suhunya sampai 38 derajat dan mintanya digendong terus sepanjang malam. Saya dan mas suami rasanya repot sekali karena kebetulan tangan saya sedang digip karena dua minggu sebelumnya saya jatuh dari motor dan tulang pergelangan tangan kiri saya ada yang geser posisinya.



Saya tidak bisa menggendong sementara irham maunya digendong saya. Alhasil dengan bersusah payah saya berhasil menggendong irham dibantu mas dengan kain jarik. Semalam kami berdua tidak tidur karena bergantian menggendong Irham.

Saya mencoba mengingat-ingat penyebab irham demam. Tadi sore BAB irham encer dan sedikit berlendir seperti diare. Saya agak penasaran juga mengapa bayi ASI bisa diare kecuali dot yang dipake tidak steril. Dari pengalaman bayi ikhsan ikhfan yang dulunya juga ASI eksklusif, mereka jarang terkena diare.

Doh, saya musti “menginterogasi” mamak masalah kebersihan dot irham. Saya sangat maklum karena mamak adalah profil orang desa yang belum terbiasa dengan pemberian ASIP bagi bayi.



Keesokan harinya, saya mengajak mamak untuk memeriksakan Irham ke dokter. Saya sengaja mengajaknya supaya mamak mendengar langsung dari dokter cara pemberian ASIP supaya tidak terkesan menggurui mamak, akan lebih bijak kalau dia mendengar langsung dari dokter.

Di ruang dokter, saya sengaja memancing dokter dengan pertanyaan seputar pemberian ASIP kepada bayi. Dokter SPA menjelaskan secara detil cara menyeteril botol-botol dot dan pemberian ASIP. Selanjutnya dokter memberi resep probiokid dan orezink untuk membantu menyembuhkan diare irham.

Alhamdulillah setelah 5 hari, BAB Irham sudah normal lagi. Saya lega karena BB Irham sempat stagnan tidak naik karena diare. Sedih rasanya...



Dari kejadian itu, saya mendapat sebuah pembelajaran besar tentang pemberian ASIP karena pemberian ASIP musti steril alat-alatnya baik alat perah sampai dot yang akan dipakai irham. Pengalaman 6 tahun yang lalu memberi ASIP buat Ikhfan terkadang membuat saya “menggampangkan” urusan steril dotnya Irham. Ternyata setiap kali melahirkan bayi, kita akan selalu menjadi “ibu baru” yang memaksa kita untuk terus belajar menjadi ibu.



Next post saya mau cerita tentang ASIP dan perintilan memerah ASI di kantor.

Semoga sharing kali ini jadi booster semangat saya menjadi pejuang ASI untuk yang ketiga kalinya.

Tidak ada komentar: