Jumat, 20 Agustus 2021

Review Buku : Antologi Ibu Rumah Tangga Bisa Apa?


Judul : Ibu Rumah Tangga Bisa Apa

Penulis : Malica Ahmad dkk. 

Penerbit : Dandelion Publisher, cetakan pertama Maret 2021

Menjadi salah satu kontributor tulisan di buku antologi ini sangat membahagiakan karena ini adalah buku antologi pertama saya. Sebenarnya sudah lama saya ingin menerbitkan buku tapi selalu saja maju mundur dan rasanya belum nemu waktu yang pas. Saat ditawari untuk ikut gabung menulis di antologi ini, saya langsung tertarik karena tema yang diangkat adalah tentang perempuan dan ibu rumah tangga.

Tidak sedikit perempuan yang menyandang status ibu rumah tangga mendapat pertanyaan-pertanyaan yang kurang mengenakkan seperti:

“Sudah sekolah tinggi-tinggi sampai jadi sarjana, masak cuma jadi ibu rumah tangga dan tidak kerja. Duh rugi banget..”

Atau pertanyaan lain :

“Sekarang kerja dimana? Hah? Ga kerja? Cuma jadi ibu rumah tangga aja di rumah?”

antologi IRT Bisa Apa?
Pilihan untuk menjadi ibu rumah tangga dan bukan ibu bekerja masih dianggap kurang “keren” dan tidak sedikit yang memandang sebelah mata terhadap perempuan yang memilih menjadi ibu rumah tangga saja.

Sebenarnya pandangan bahwa menjadi ibu rumah tangga adalah status yang tidak mentereng sebaiknya di-skip dari kepala. Seorang ibu rumah tangga adalah seorang perempuan cerdas yang mempunyai tanggungjawab untuk mendidik anak dan mengelola rumah tangganya. Dari seorang ibu-lah sebuah generasi cerdas terbentuk.

Di buku ini ada 21 kisah inspiratif yang memberi gambaran betapa profesi ibu rumah tangga adalah profesi yang sangat mulia dan tidak bisa diremehkan begitu saja. Bahkan di era digital ini, profesi ibu rumah tangga yang produktif di rumah banyak ditekuni oleh para perempuan. Kisah-kisah di buku ini juga menginspirasi para pembaca tentang perjuangan para penulis untuk menjadi seorang ibu rumah tangga yang cerdas dan bermanfaat bagi keluarganya.

Buku ini diawali kisah dari Haerah Syamsudin seorang aktivis kampus yang penuh aktivitas dan setelah menikah memutuskan untuk menadi ibu rumah tangga dengan segala konsekuensinya. Kesibukan mengurus suami dan 5 orang anak tidak mematikan semangatnya untuk terus berkarya. Sejak pindah ke Malaysia, kesibukannya bertambah dengan menulis. Berbagai pekerjaan yang berkaitan dengan menulis sudah dilakoninya seperti menulis blog dan website, menjadi content writer, menjadi ghost writer dan juga editor. Beberapa bukunya pun telah diterbitkan. Haerah percaya bahwa tempat terbaik bagi seorang perempuan adalah di rumah, sebagaimana tercantum dalam QS Al Ahzab ayat 33 : “Tetaplah kalian tinggal di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah bertabaruuj (berpenampilan) sebagaimana penampilannya orang-orang jahiliyah yang pertama.”

Heryanti Alamsyah, Anna Damayanti, Atika Fara, dan Karima Tunisa juga memilih sebagai ibu rumah tangga sejak memutuskan menikah. Banyak pelajaran dan ilmu berharga yang didapatkan seperti bagaimana mengelola waktu yang baik bersama keluarga, cara penyelesaian konflik yang baik dengan pasangan. Mendampingi dan mendidik anak sampai mereka meraih pendidikan yang tinggi merupakan sebuah kebahagiaan.

Rita Fauzia ,Lita Andini ,Firlie, Meyreke Iskandar, Aninditya Mutiara, Lusiana Nurhermawati adalah para perempuan yang pernah meniti karier di luar rumah hingga pada akhirnya memutuskan untuk resign dan memilih menjadi ibu rumah tangga. Proses hijrah dan belajar lebih dalam tentang ilmu agama menjadi salah satu alasan mereka. Bekerja adalah ibadah. Perempuan pun boleh bekerja dan hukumnya mubah. Namun yang lebih utama bagai perempuan muslimah adalah berdiam diri di rumah. Berdiam diri di rumah merupakan ibadah dan yang berkewajiban mencari nafkah adalah laki-laki.

Banyak hal yang bisa dilakukan perempuan dari rumah, yang paling utama adalah menjadi istri yang sholihah untuk suami dan madrasah bagi anak-anaknya. Pilihan untuk menjadi ibu rumah tangga saja serta meninggalkan karier di luar rumah ternyata membawa banyak hikmah yang membahagiakan. Mempunyai banyak waktu untuk membersamai anak-anak dan menyalurkan hobi yang produktif adalah hal yang bisa diperoleh dengan menjadi ibu rumah tangga full.

Saya, Dewi Rosalina dan Isna Idriati memilih menjadi ibu rumah tangga yang tetap bekerja di luar rumah. Kami memilih untuk tetap bekerja di luar rumah dengan tetap memprioritaskan keluarga. Bekerja di luar rumah memang sebuah pilihan bagi perempuan dan kemampuan untuk mengatur waktu serta memilih prioritas keluarga adalah sebuah keharusan.

Saya sendiri sudah tidak terlalu berpikir untuk mencapai posisi atau jabatan tertentu di kantor, saya sekarang lebih banyak belajar untuk menjadi seorang istri dan ibu yang lebih baik bagi suami dan anak-anak. Di buku ini saya menuliskan bagaimana proses saya belajar memasak. Hal yang terkadang sepele tapi ketika ditekuni ternyata membawa dampak yang maha dashyat. Masakan seorang ibu di rumah bisa membawa kebahagiaan bagi semua anggota keluarga. Dari masakan ibu-lah hati mereka terikat di rumah dan merasakan kenyamanan dan kenikmatan ketika berada di rumah. Bukankah rasa bahagia adalah salah satu yang dicari banyak orang di dunia ini? Kalau seorang ibu rumah tangga bisa menciptakan kebahagiaan di rumah lewat masakan, kenapa tidak dilakukan? Keluarga yang bahagia adalah pondasi dasar terbentuknya sebuah generasi kuat dan hebat.

Kisah di buku ini diakhiri dengan kisah Malica Ahmad seorang ibu tunggal yang harus menghidupi dua orang anaknya dengan memilih bekerja dari rumah. Perjuangannya melewati masa-masa yang susah patut diacungi jempol.

Dari kisah-kisah inspiratif itu dapat diambil hikmah bahwa menjadi ibu rumah tangga saja ataukah menjadi ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah adalah sebuah pilihan. Semua adalah profesi yang mulia karena pada dasarnya secara naluri, seorang ibu ingin selalu berdekatan dengan suami dan anak-anaknya di rumah. Bisa melihat tumbuh kembang anak-anak dan membersamai mereka sampai saatnya mereka dewasa dan memilih jalan hidupnya masing-masing adalah sebuah kebahagiaan yang tidak bisa dinilai dengan uang.


 

3 komentar:

dey mengatakan...

Selamat untuk buku antologinya ya Mbak.

entik mengatakan...

terimakaih mba Dey..

Dwi Tyas mengatakan...

Cukup menarik bukunya