MEMASAK. Ketika mendengar kata itu, yang terlintas dalam pikiran adalah urusan domestik rumah yang “biasanya” dipegang oleh perempuan. Bener ga sih penguasa dapur dan urusan memasak ada di tangan seorang perempuan atau istri? Trus apakah sebagai perempuan kudu pinter masak?
Memasak sebenarnya adalah pemenuhan kebutuhan dasar hidup yaitu makan. Hal itu bisa dilakukan oleh laki-laki atau perempuan. Saat ini tidak sedikit nama-nama chef laki-laki yang mahir membuat masakan susyah. Sebut saja Chef Juna atau chef Arnold. Dengan penampilan gagah mereka bisa begitu luwes memainkan alat dapur, meracik bahan dan bumbu, memasak sampai menyajikannya menjadi masakan yang menggugah selera.
Kompetisi bakat memasak pun tidak melulu diikuti oleh perempuan. Banyak laki-laki yang tertarik untuk ikut dan membuktikan kepiawaian mereka dalam memasak. Kemampuan memasak tidak terbatas pada perempuan karena memasak sekarang adalah ilmu yang bisa dipelajari. Siapa saja yang mempunyai passion memasak dapat belajar. Laki-laki yang jago masak tetap maskulin dan keren. Sedangkan perempuan yang pinter masak akan menambah kesan lebih feminin dan romantis.
Di Indonesia kebanyakan urusan dapur dipegang oleh perempuan. Jadi kewajiban untuk memasak dan menghidangkan makanan untuk keluarga ada di tangan perempuan. Di beberapa keluarga, anak perempuan sudah diajak belajar memasak di dapur oleh ibunya sejak kecil. Pengenalan jenis-jenis bumbu dapur dan cara mengolahnya didapat setiap hari dengan melihat langusung ibunya memasak.
Nah, menurut saya budaya memasak dalam keluarga sangat berpengaruh pada “passion dan kemampuan” memasak seorang perempuan. Di keluarga yang sosok ibunya suka dan pandai memasak pasti akan menularkannya pada anak perempuan. Si anak perempuan pasti akan sering diajak masuk ke dapur dan memasak. Namun di keluarga yang budaya memasak bagi perempuan tidak merupakan “keharusan”, maka hasrat untuk belajar memasak bagi anak perempuan menjadi tidak begitu kuat.
Saya sendiri hidup di keluarga yang tidak mengharuskan perempuan pandai memasak. Ibu saya adalah seorang ibu pekerja dan tidak punya banyak waktu untuk memasak walau kadang di kala hari libur beliau memasak masakan spesial. Ibu tidak mengharuskan anak-anak perempuannya membantu masak di dapur.
Pandangan perempuan tentang
memasak bisa berubah. Ketika di awalnya jarang memasak dengan berbagai alasan,
namun seiring berjalannya waktu bisa saja passion
untuk memasak itu tumbuh. Apalagi ketika sudah menikah dan mempunyai anak,
urusan memasak dan menyediakan makanan di rumah adalah sesuatu yang penting
bagi perempuan.
Saya teringat nasehat Ibu bahwa jika ingin mengikat hati suami dan anak-anakmu, ikatlah mereka dengan masakan. Jadi mereka akan selalu ingin pulang karena akan ada makanan spesial di rumah yang membahagiakan lidah dan perutnya.
Bagi saya tidak perlu mahir memasak semua masakan, cukup bisa memasak satu dua masakan yang spesial saja bagi anggota keluarga sudah cukup untuk membahagiakan orang yang menyantap dan diri sendiri.
Baca: istri pinter memasak, penting ga sih?
Belajar memasak pun tidak harus di dapur rumah sendiri. Sekarang banyak media tersedia untuk memfasilitasi orang untuk belajar memasak.
Tidak perlu ribet. Kita tinggal pilih yang mana. Mau belajar secara secara formal ataukah informal. Mau yang gratis ataukah berbayar. Kalau hanya sekedar menyalurkan passion dan sekedar bisa memasak, kalau saya sih prefer pilih jalur informal saja. Banyak food bloger yang bisa kita intip resep dan cara membuatnya di blog. Foto-foto food di instagram yang kece abis juga bikin kesengsem dan menggerakkan hati untuk scroll kemudian baca resepnya. Mau lebih detil melihat cara memasak kita bisa lari ke youtube mencari video-video tutorial memasak aneka masakan atau kue.
Kalau mau lebih intens dengan pendampingan chef, kita bisa pilih kelas memasak online maupun offline. Dijamin tergoda untuk mengeksekusi materi kelas memasaknya karena termotivasi oleh pengajar dan teman-teman peserta lain. Saya sendiri yang awalnya tidak pinter memasak, tergoda juga untuk ikut kelas memasak dessert online. Saya tidak menyangka kalau tiba-tiba ada motivasi besar untuk mengeksekusi dessert materi kursus. Melihat teman-teman kursus mengunggah foto hasil baking berhasil menggelitik hati saya untuk mencoba.
dessert keju lumer hasil baking class online |
Ketika akhirnya saya mempraktekkan resep dan cara membuatnya, saya takjub juga dengan hasilnya. Sama sekali tidak menyangka kalau hasilnya langsung enak. Rasa bahagia dan hormon endorfin langsung saja membanjiri tubuh saya ketika mendengar komentar anak-anak dan suami setelah mencicipinya.
“Ibu..uuu rasanya manta..aaff..”
Ah, ya memasak itu
ternyata bagaikan terapi untuk merasakan hormon endorfin datang dan memunculkan
kebahagiaan. Dan bagi saya memasak itu adalah pilihan dan bukan suatu keharusan.
Tidak ada salahnya mencoba belajar memasak dan melihat hasilnya. Dengan sering
memasak, secara tak langsung kemampuan kita juga semakin terasah.
Nah, kalau kemudian
setiap hasil masakan kita mendapat komentar yang menyenangkan hati, siapa yang
tidak ketagihan untuk kembali ke dapur dan memasak lagi??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar