Sejak saya kecil, saya sudah familiar dengan jamu. Ibu saya
yang orang Jawa asli sering meracik jamu sendiri untuk dikonsumsi. Saya ingat,
dulu ketika datang bulan dan perut saya terasa sangat sakit, ibu pasti akan
segera mencari kunyit dan memarut kemudian diambil airnya. Kunyit yang
digunakan adalah kunyit yang empu atau bagian bonggol menurut istilah ibu. Air
perasan kunyit yang berwarna kuning kental itu hanya diberi campuran gula jawa
sedikit. Sudah bisa ditebak kalau rasanya sangat getir dan tidak enak. Mungkin
karena sugesti ibu cukup kuat bahwa dengan meminum air kunyit itu, rasa sakit
di perut saya akan hilang, maka saya pun dengan sukarela meminumnya. Biasanya
setelah meminum jamu racikan ibu, selang beberapa jam, perut saya akan membaik.
Saya tidak perlu meminum obat-obat penghilang sakit untuk datang bulan.
Saya sempat bertanya kepada ibu mengapa setiap saya sakit
perut ketika datang bulan, ibu selalu membuat ramuan jamu kunyit sendiri? ternyata ketika ibu masih gadis, ibu sering mengalami sakit perut yang hebat ketika datang bulan, bahkan sampai pingsan saking sakitnya. Nah, oleh mbah putri ibu diberi ramuan jamu kunyit kental. Setelah minum jamu kunyit, sakit di perut ibu pun berangsur menghilang.
Ah, ternyata itu ramuan turun temurun dari mbah putri dulu.