Membicarakan masalah uang akan selalu menjadi topik
bahasan yang menarik terutama bagi emak-emak yang notabene adalah “manajer
keuangan” keluarga. Menyeimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran pada
kenyataannya bukanlah semudah membalik telapak tangan. Jumlah penghasilan yang
cenderung tetap, terkadang harus berpacu dengan jumlah pengeluaran yang
cenderung bertambah. Dan pada akhir cerita, ada yang berakhir dengan berhutang
untuk menutup kekurangan tersebut. Padahal kita semua tahu, hutang adalah
tambahan beban keuangan bagi kita.
Sekolah khusus untuk mendapatkan ilmu merencanakan dan
mengelola keuangan keluarga memang tidak ada, jadi kita musti pandai-pandai
mencari informasi seputar itu. Saya sendiri baru akhir-akhir ini saja mulai
“ngeh” dengan urusan family finance.
Sejak masih single dan mempunyai
penghasilan sendiri, saya tidak mempunyai planning
keuangan. Kala itu uang gajian sebagaian besar saya gunakan untuk “have fun” saja dan jika ada sisa baru
saya tabung. Alhasil tidak banyak saldo di tabungan saya hihi... siapa yang pernah
ngalami masa-masa seperti saya dulu? Toss ah..
Nah, setelah baca-baca ternyata setiap orang dan
keluarga perlu membuat perencanaan keuangan. Analoginya seperti saat kita ingin
membuat telur dadar, maka kita membutuhkan bahan-bahan seperti telur,
garam,daun bawang, dan minyak goreng. Tanpa perencanaan, bisa saja kita lupa
membeli telur dan tujuan kita untuk membuat telur dadar tidak akan tercapai.
Seperti analogi telur dadar tersebut maka kita perlu
merencanakan keuangan agar dapat memenuhi keinginan utama dalam kehidupan kita.
Setiap orang pasti mempunyai keinginan atau kebutuhan yang ingin dipenuhi.
Secara umum, keinginan orang dalam kehidupan adalah:
1. Menyiapkan
dana untuk menikah;
2. Menyiapkan
dana untuk membeli rumah;
3. Menyiapkan
dana untuk membeli mobil;
4. Menyiapkan
dana kelahiran anak;
5. Menyiapkan
dana pendidikan anak;
6. Menyiapkan
dana kesehatan keluarga;
7. Menyiapkan
dana ibadah haji;
8. Menyiapakan
dana rekreasi/hiburan;
9. Menyiapkan
dana pensiun.
rekreasi jadi kebutuhan yang "kudu" dipenuhi |
Bagi seorang
lajang maka prioritas keinginan akan lebih sedikit dibandingkan keluarga karena
belum ada pos biaya anak dan segala hal yang berkaitan dengan anak. Di era
milenial ini pos dana rekreasi atau hiburan menjadi salah satu kebutuhan yang
harus dipenuhi. Jadi tidak ada salahnya belajar melakukan perencanaan keuangan
sejak dini agar kebutuhan dan keinginan kita dapat terwujud.
Apa itu perencanaan keuangan?
Menurut buku Perencanaan Keuangan terbitan OJK, perencanaan
keuangan merupakan seni pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh seseorang atau
keluarga untuk mencapai tujuan yang efektif, efisien, dan bermanfaat, sehingga
keluarga tersebut menjadi keluarga yang sejahtera. Secara umum, aktivitas yang
dilakukan adalah proses pengelolaan penghasilan untuk mencapai tujuan finansial
seperti keinginan memiliki dana pernikahan, dana kelahiran anak dan lain- lain.
Sebagai
emak-emak, kita perlu mengelola penghasilan keluarga agar dapat memenuhi
kebutuhan saat ini dan juga kebutuhan di masa depan. Secara umum, kebutuhan
saat ini adalah kebutuhan yang jatuh tempo dalam 12 bulan seperti biaya
pengeluaran rumah tangga rutin, biaya cicilan motor, biaya pulsa, uang sekolah
bulanan anak dan sebagainya. Sedangkan kebutuhan di masa depan terdiri atas
pengeluaran- pengeluaran dikeluarkan di masa mendatang (jatuh tempo diatas 12
bulan) seperti biaya pendidikan anak hingga tamat sekolah, biaya naik haji, biaya
pernikahan anak dan lain-lain.
Kebutuhan di
masa depan hampir bisa dipastikan akan terjadi namun penghasilan di masa depan
tidak dapat dipastikan. Setiap manusia memiliki risiko tertimpa musibah seperti
kecelakaan, kehilangan pekerjaan, kebangkrutan dan kematian. Secara teori, risiko
tersebut dapat mengganggu perolehan penghasilan di masa depan. Namun saya
sendiri yakin bahwa Allah SWT akan
menjamin rejeki kita dan keluarga di masa kini dan masa depan, tapi tidak ada
salahnya sebagai ikhtiarnya kita melakukan perencanaan keuangan sehingga hidup
kita dapat sejahtera.
Dengan
perencanaan keuangan, sebenarnya kita mencoba untuk hidup sederhana sesuai dengan
penghasilan kita. Pos konsumsi diatur tidak boleh lebih 50% dari penghasilan
kita supaya kebutuhan lain bisa tercukupi tanpa harus membuka hutang. Dengan
perencanaan yang tepat, kita bisa memiliki alokasi dana untuk
menabung/investasi, kebutuhan masa depan dan dana darurat jika sewaktu-waktu
dibutuhkan. Lumayan mengurangi keruwetan pikiran karena bisa mencegah terjadinya
“besar pasak daripada tiang.”
Bukankah hidup
sederhana dan tidak bermewah-mewah itu adalah anjuran agama? Jadi kenapa tidak
kita coba…
next post: cara merencanakan keuangan keluarga
2 komentar:
Wah, aku banget nih perlu belajar. Soalnya dari masih single sampai menikah sekarang aku gak punya rencana apa-apa, hahaha :D
tipsnya jangan pengeluaran melebihi pemasukan ya
Posting Komentar