Sebagai perempuan dan Ibu, apa sih yang kita butuhkan untuk bahagia dan bisa menjalani semua tanggungjawab dengan ihklas dan ringan?
Kalau disodori pertanyaan seperti
itu, setiap perempuan akan berbeda-beda jawabannya. Jawaban akan tergantung
pada sudut pandang dan realitas lingkungan yang ada pada perempuan. Perempuan
yang bekerja kantoran akan beda sudut pandangnya dengan perempuan yang tidak bekerja
kantoran. Walaupun mereka sama-sama punya status sebagai istri dan Ibu.
Nah, kalau pertanyaan itu
disodorin ke saya, jawabannya apa coba?
Saya adalah perempuan bekerja
kantoran, ibu rumah tangga dan sekarang lagi dapat status baru lagi sebagai
mahasiswa. Nah, secara umum perempuan yang sudah menikah dan mempunyai anak
mempunyai ritme rutinitas yang padat dan rentan stress, entah aktivitasnya
harus ke kantor atau full di rumah.
Sebagai pekerja kantoran, saya
juga dituntut untuk disiplin urusan jam kerja. Kalau telat 1 menit saja, tunjangan
saya bisa kena potong. Selain urusan disiplin jam kerja, tumpukan tugas di
kantor juga menanti. Terkadang pekerjaan kantor tidak kenal pegawai laki-laki
atau perempuan, yang penting target pekerjaan tercapai. Nah, harus pinter
mengelola waktu dan disiplin supaya urusan kantor beres dan urusan rumah tidak
keteteran.
Kalau pekerjaan kantor sih,
begitu target tercapai ya selesai tapi kalau pekerjaan di rumah rasanya tidak
ada kata selesainya. Pekerjaan basic
di rumah yang harus dilakukan perempuan adalah menyiapkan makan untuk semua
anggota keluarga. Kalau tidak memasak sendiri, at least perempuan memastikan ada makanan yang bisa dimakan oleh
suami dan anak-anak. Sepertinya simpel, tapi menyiapkan makanan sehari 3 kali
setiap hari itu tidak simpel lho.. Buktinya setiap saya belanja sayur ke tukang
sayur dan bertemu dengan ibu-ibu yang akan belanja, mereka selalu kebingungan
hari ini mau masak apa?
“masak apa ya? Duh bingung..”
komentar mereka sambil melihat-lihat sayuran.
Terkadang mereka saling tanya dan
akhirnya mencontek ide menu masakan ibu yang lain. Hayo, siapa yang juga
ngalami kebingungan itu setiap hari? Toss sama saya..
Saya yakin, kejenuhan menjalani
rutinitas tidak hanya dialami oleh perempuan. Tapi dampak dari perempuan yang
jenuh dengan rutinitas adalah perubahan mood/suasana hati. Mood berubah menjadi
mood yang jelek. Suasana hati yang jelek ini dapat dipastikan akan mempengaruhi
suasana di rumah. Kalau ibunya uring-uringan ya pastinya suasana rumah bakalan
“panas”. Muka jutek, uring-uringan ga jelas dan pasti sasarannya kalau ga
anak-anak ya suami.
Eaa...ga enak banget dewh
pokoknya. Jadi sebagai perempuan kita musti pinter-pinter menjaga suasana hati
kita pada posisi “bahagia”. Trus bagaimana caranya? Ini beberapa hal yang bisa
dlakukan untuk bisa menjaga kita tetap bahagia:
1.
Bersyukur
Rasa bersyukur harus terus ditanamkan dalam pikiran.
Tidak mudah karena terkadang tanpa sadar kita membandingkan kehidupan kita
dengan kehidupan orang lain. Rasanya rumput tetangga selalu tampak lebih hijau.
Dengan bersyukur kita akan lebih ringan menjalani kehidupan kita. Perlu banyak latihan
karena secara teori mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dilakukan
Langkah mudah yang bisa dilakukan adalah mengucap
syukur ketika melihat anak-anak bermain dan berlari-larian dengan gembira. Abaikan
rumah yang kayak kapal pecah karena mereka menyebar mainan di seantero rumah. Itu
tandanya mereka sehat dan meramaikan rumah kita. Syukurilah nikmat kesehatan
yang diberikan Allah kepada mereka.
2.
Berpikir positif
Nah, belajar untuk berpikir positif atas semua
kejadian yang menimpa kita sangatlah susyah. Apalagi kalau peristiwanya adalah
peristwa yang tidak enak. Kebanyakan perempuan berpikir terlalu jauh dan
membayang kejadian yang sebenarnya belum tentu terjadi dalam kehidupannya.
Ketika cobaan kehidupan datang, yang datang menyerang
bukan pikiran positif tetapi mengeluhkan, “mengapa kejadian ini menimpa saya?”,
“kayaknya saya ga sanggup dewh” atau “aku
harus gimana?”
Saya akui, saya juga pernah mengalami masa-masa sulit
membedakan antara mengeluh dan ingin sharing bercerita beban. Kayaknya beda
tipis banget. Niatnya cerita tapi ternyata isinya mengeluh. Huhu... susyah.
Kalau mendapat tempat curhat yang tepat, saya bisa
dapat booster pikiran positif untuk menghadapinya. Setelah dapat booster kita
sendiri yang harus mengelola pikiran positif itu untuk tetap hidup dalam diri
kita. Menyuntikkan pikiran positif ke dalam hati harus dilakukan setiap hari
misalnya berpikir, hari ini saya harus bahagia, saya harus tersenyum setiap
hari, saya ga boleh marah-marah kalau anak-anak menyebar mainan di seantero
rumah karena itu tanda bahwa rumah dihiasi keceriaan anak-anak, atau urusan
hari ini pasti akan bisa saya lakukan dengan lancar dan sebagainya.
3.
Melakukan “me time”
Untuk balancing, saya menyarankan perempuan untuk
melakukan “me time”. Melakukan hal-hal yang disenangi untuk menghilangkan
kebosanan rutinitas dan bosster supaya suasana hati bahagia.
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk me time. Tidak harus
hang out keluar rumah bareng
teman-teman. Melakukan hal-hal kecil yang menyenangkan hati, bagi saya sudah me time. Seperti bisa mojok di kamar
tanpa gangguan anak-anak dan baca tabloid wanita favorit saya itu adalah me time.
Kalau yang suka tanaman, punya waktu yang cukup untuk
mengurus anggrek-anggrek yang ditanam juga merupakan me time. Atau sesekali mencuri waktu untuk ketemuan dengan teman
lama dan bisa tertawa lepas.
ketemu teman semasa SMA- berasa abege lagi |
temen ngumpul & sharing ilmu |
Nah, silahkan saja pilih me time mana yang cocok .
Baca: perempuan dan me time
4.
Membangun komunikasi yang baik dengan suami
Komunikasi yang lancar dengan suami juga hal yang
penting untuk dilakukan. Yah, minimal mengurangi uring-uringan dan kasih muka
jutek ketika suami di rumah.
Pokoknya frekuensi suami-istri harus sama. Suami istri
itu butuh we time untuk ngobrol berdua
menyamakan persepsi tentang keluarga. Beda pendapat itu pasti, tapi kalau sudah
ada kesadaran bahwa suami-istri harus bekerja sama untuk membangun pondasi
keluarga, maka beda pendapat itu bakal jadi bumbu yang sedap untuk keharmonisan
keluarga.
Kalau bisa jadikan suami sebagai tempat curhat yang
utama, memposisikan suami sebagai tempat bersandar bisa mengurangi beban kita
sebagai perempuan. Apalagi kalau suami bisa bantu dan kasih solusi, wuih
rasanya hepi banget. ditambah kalau suami sesekali tergerak hati untuk kasih surprise
kecil yang bikin hepi istrinya.
Saya sih biasa mancing suami dengan kasih
surprise kayak kasih kado dan nyiapin kue tart saat dia ulang tahun. Wah,
ternyata mas suami kepancing juga. Dia kasih surprise kado pas anniversary kami
dan ulang tahun saya. Saya diberi bungkusan koran yang diklaim sebagai kado ulang
tahun untuk saya. Saya tertawa geli menerima kadonya. Rasanya ga romantis banget karena dibungkus koran. Setelah saya buka, jadi terharu
biru dewh liat isinya...
dapet surprise sebuah jam tangan dan cincin emas cantik |
Dan yang pasti saya langsung berasa bahagia sekali... Tahu aja kalau istrinya suka pake cincin dan jam baru hehe...
9 komentar:
Nah iya, Bun tetapi terkadang buat emak2 yang masih punya batita. Me timenya harus curi2 waktu hihihi. KLo ga smakin rentan stres kita
hebat banget ya mbak dirimu...rangkap jabatan mulai dari pekerja kantoran, ibu rumah tangga dan kuliah pasti sangat menyita waktu ya...iya aku juga kadang2 me time ma teman
@bunda erysha: betul, kalau masih punya batita curi2 me time-nya susyah banget. Bisa tidur nyenyak itu saja anugerah banget..
@prana ningrum: eaa...punya status pekerja kantoran dan mahasiswa plus sekarang aku ga punya ART rasanya padet banget rutinitasku. Jadi tetap aja berasa rentan stres hehe...
alhamdulillah anak ngertiin kalau kadang kadang Ibunya mau nyalon bentaran he he he
Waaah tips bahagia ala saya gimana ya? Asal semua anggota keluarga sudah ngumpul, gegoleran depat tv sambil pesan2 go food aja udah bahagia luar biasa. Hehehee
@mba fitri: asek..asek bisa curi waktu untuk nyalon
@mak lusi:kumpul2 sama keluarga pastinya langsung jadi booster untuk bahagia
setujuuu setujuuuu
kalo kita bahagia,
pasti sekitarnya juga ikut bahagia kan
Posting Komentar