“Ibu, mbok Ibu ga usah kerja aja. Jadi Ibu di rumah kayak ibunya Yahya. Jadi aku bisa dibikinin penganan macem-macem di rumah,” pinta kakak Ikhsan yang polos kepada saya karena membandingkan kondisi Ibunya dan Ibu tetangga yang anaknya sebaya kakak Ikhsan.
Huhu... memang jadi dilema bagi sebagian perempuan bekerja seperti saya. Seperti berada di persimpangan antara kantor dan rumah. Saya pernah berpikir untuk resign trus jadi stay at home mom, tapi pikiran itu langsung ditolak oleh mas suami. Selain karena saya adalah seorang ASN (aparatur sipil negara, yang tidak mudah mengajukan pensiun dini), menurut perkiraan mas suami saya bakalan mencapai titik jenuh dan merasakan kebosanan kalau jadi stay at home mom, apalagi kalau besok anak-anak semakin besar dan saya tidak punya kesibukan yang berarti. Mas suami juga ingin saya mempunyai aktivitas bekerja untuk mendukung eksistensi saya sebagai perempuan.
“Kesibukan di kantor dan waktu masih bisa disiati untuk ngurus rumah. Dan rumah tetap jadi prioritas utama,” begitu kata mas suami. Saya manggut-mangut diberi wejangan kayak gitu. Sebagai istri saya nurut sama mas suami ;)