Ada orang yang bilang jika kita mengawali hari dengan senyum
maka hari kita akan indah tapi jika kita mengawali hari dengan marah maka it
will be a bad day. Pernah ngalami ga? Ketika bangun pagi dan mood kita bagus,
rasanya hati ini enteng aja mengawali aktivitas. Tapi kalau kita bangun
kesiangan, uring-uringan dan tergesa-gesa berangkat beraktivitas, biasanya ada saja
barang yang ketinggalan dan rasa hati jadi “kemrungsung”.
Kejadian ketinggalan barang karena tergesa-gesa dan hati kemrungsung sudah beberapa kali dialami
mas suami dan ikhsan. Yang pertama karena ikhsan keasyikan liat film kartun
menjelang berangkat sekolah ga terasa sudah jam setengah tujuh. Karuan aja
bapaknya bersiap ngebut. Begitu mobil berangkat, saya baru ngeh kalau tas
sekolah Ikhsan ketinggalan. Waduh..., saya telp mas suami kalau tas Ikhsan
ketinggalan dan saya minta berhenti akan saya susulkan. Akhirnya saya pun jadi
ikut tergesa-gesa dan ngebut mbawain tas. Untungnya baru jalan sekitar 1 km
dari rumah jadi masih bisa kesusul.
Ada lagi saat mas suami mau berangkat ke bandara. Waktu itu
adik ikhfan rewel dan klayu mau ikut bapaknya sementara saya sudah di kantor.
Karena tergesa-gesa dan pikiran dah
riwueh liat adik Ikhfan mewek, mas suami langsung tancap gas berangkat ke bandara.
Eh, lha kok yang dibawa cuma tas koper aja, tas berisi laptop masih bertengger
manis di sofa ruang tamu. Asisten di rumah telpon saya dan bilang kalau tas
laptop mas suami ketinggalan. Wedew, setelah berhasil saya telp, mas suami mengiyakan
kalau tas laptop ketinggalan dan dia ga mungkin berangkat kerja tanpa laptop.
Tinggal 45 menit lagi pesawat bakal boarding dan saya harus ikhlas mejadi
"valentino rossi" tancap gas ke bandara sambil nenteng tas laptop. Jarak
rumah-bandara sekitar 15an km saya tempuh dalam waktu 20 menit naek
motor. Rasanya deg-degan aja kalau telat sampai bandara.
Nah anak-anak juga seperti itu. Kalau di pagi hari sudah bad
mood bakalan sepanjang hari di sekolah mood-nya juga tidak akan bagus dan itu
sedikit banyak mempengaruhi konsentrasi saat pelajaran di sekolah. Bayangin
aja, sebagai emak-emak kita seringnya mrepet untuk bangunin anak.
“bangun....bangun...., udah siang, ayok sekolah ..”
Tuh nada suara emak tidak jauh beda sama suara satpol PP yang
ngusir pedagang kaki lima. Si anak yang dibangunin tambah males dan kitanya
tambah dongkol ngeliatnya males-malesan. Emaknya dah pontang-panting antara
dapur dan kamar plus persiapan ngantor eh, si anak maaih anteng males aja di
kasur atau malah nyalain tipi nonton film kartun. Secara spontan sih, biasanya
saya yang juga emak-emak, bakalan rada “ngomel” kalau liat adegan kayak gitu.
Kalau saya tanya beberapa teman saya, kejadian heatic pagi
hari kayak yang saya alami juga mereka alami. Rata-rata mereka juga pada pake
tambahan bawel dan ngomel sama anak hehe...
Beberapa waktu yang lalu, saya ikut workshop parenting di
sekolah Ikhfan – TKIT Baiturahim- Kebetulan temanya kok ya cocok dengan
kejadian heatic di pagi hari yang dialami kebanyakan keluarga. Psikolognya
adalah mba Nur Eka dari Abhiseka. Pengantar awalnya adalah bahwa pikiran bisa
mempengaruhi tindakan kita, entah itu pikiran negatif atau positif. Sebagai
bukti, salah satu dari peserta diminta maju dan merentangkan salah satu
tangannya.
Ketika peserta diminta menirukan kata-kata “negatif” maka tangan
yang terentang itu akan mudah untuk didorong ke bawah padahal peserta sudah
diminta untuk menahan sekuat tenaga.
Namun kebalikannya ketika peserta diminta menirukan kata-kata
positif, maka tangan yang terentang itu susah sekali untuk didorong ke bawah.
Itu bukan hipnotis hanya sugesti saja, tapi ternyata berpengaruh sangat besar.
Saya baru ngeh juga, sepertinya sepele memasukkan kata-kata positif ke pikiran
lha kok efeknya besar juga.
Selanjut mba Nur Eka, mengingatkan untuk menyapa anak-anak
ketika mereka bangun tidur dengan sapaan yang hangat dan bersemangat. Nada
suara yang kita gunakan untuk menyapa berada di nada sol. Jadi beda dengan nada
satpol PP yang ngusir pedagang kaki lima ;).
Ucapan, “Hai, sudah bangun? Assalamualaikum....,Selamat pagi?
Hayuk sholat..” diucapkan pada nada sol, sehingga memberi kesan semangat.
Jangan lupa senyum merekah harus tersungging di bibir ketika
mengucapkan sapaan bangun tidur pada anak. Kata mba Nur Eka, energi positif
akan mengalir ke anak. Kalau ketika bangun tidur anak dah dapat energi positif,
Insha Allah dia bisa mengawali harinya dengan energi positif dan menjadi
boosternya melakukan aktivitas di sekolah.
Teorinya begitu, tapi dalam praktek tidak mudah lho. Saya
seminggu terakhir ini sedang mencoba mempraktekkan teori dari mba Nur Eka tadi.
Yang pertama kali dibangun ternyata adalah semangat positif dari diri kita
dulu. Ketika kita bangun tidur, awali dengan doa dan senyum selanjutnya
berpikir positif mengawali hari dengan bahagia.
Kalau ibunya sudah punya mood baik, akan lebih mudah menyapa
anak-anak dan suami dengan sapaan bahagia pada nada sol tadi. Tapi kalau kita
sendiri bangun dengan pikiran kusut dan kemrungsung, lha jelas kita tidak akan
bisa memberi sapaan yang tulus dan semangat. Nanti kesannya malah kayak
dibuat-buat dan anak-anak malah pada “mlongo” melihat kita karena merasa ada yang
tidak natural dari ibunya.
Seminggu ini lumayan bagus progress latihan saya. Tidak ada yang
keburu-buru kalau berangkat sekolah/kantor plus tidak ada yang ketinggalan tas
sekolah/tas laptop. Adik Ikhfan juga lebih mudah diajak berangkat sekolah
karena waktu-waktu kemaren susah banget ngajak adik Ikhfan sekolah. Musti dengan
berbagai macam cara dan alasan untuk ngajak berangkat sekolah. Adik Ikhfan ada
sedikit trauma dengan teman-temannya di sekolah. Lain waktu akan saya tulis
masalah trauma adik Ikhfan ini.
Kalau anak-anak dan suami sudah berangkat dengan senyum, rasa
hati ikut lega juga. Membayangkan mereka melewati hari dengan bahagaia dan kembali
ke rumah nanti masih membawa perasaan bahagia juga.
kakak ikhsan-adik ikhfan kalau sedang akur |
Jadi bener energi positif akan cepat sekali menular ke
anggota keluarga yang lain jika yang menularkannya adalah Ibu. Disadari atau
tidak, sebagai Ibu kita adalah motor penggerak dalam keluarga kita.
Saya masih
belajar untuk menjaga senyum terus mengembang di rumah dan menanggapi tingkah
laku anak-anak tidak dengan emosi. Kalau saya menanggapi tingkah kakak
ikhsan-adik ikhfan yang bikin hati jengkel dengan emosi dan komentar yang
negatif, biasanya mereka tambah ngeyel dan membantah. Saya sudah mencobanya,
ketika kakak ikhsan saya ingatkan untuk mandi sore dan seperti biasa bantahan
seperti, “nanti to.., tanggung aku masih maen,” atau pura-pura ga dengar pasti
akan keluar.
Tapi kalau saya menaikkan nada suara saya, eh bukannya segera
mandi tapi malah semakin males. Saya tidak menaikkan suara, tapi mengulang
permintaan untuk mandi dengan tegas sambil saya pegang bahunya. Akhirnya kakak
ikhsan mengiyakan.
“Ya udah 15 menit lagi aku mandi.”
Ya, saya menerima kompromi untuk memberi toleransi 15 menit
lagi. Biasa setelah 15 menit berlalu dan saya coba ingatkan lagi akan janjinya,
kakak ikhsan langsung berlari menuju kamar mandi tanpa protes.
Mencoba hal yang kecil tapi konsisten, saya yakin pasti ada
hasilnya. Bagaimana dengan teman-teman, apakah juga mempunyai kebiasaan menyapa
anak di pagi hari untuk menumbuhkan semangat? Share dong...
2 komentar:
pikiran memang efeknya kemana2 ya mba, apalagi kalau pagi hari sudah tdk enak hati, kesananya pasti berantakan. Makasih sharing-nya ya...
biaanya subuh2 udah bangun semua, kalau ada yg belum bangunin, dibangunin pelan2 biar gak kaget, lupa pake senyum apa engga...he he he
Posting Komentar