Saya bahagia sekali ketika mendengar kabar keponakan
saya yang berprofesi sebagai bidan melahirkan anak keduanya dengan normal dan
selamat. Saya dapat status baru yaitu “eyang” karena menurut adat Jawa, secara
garis keturunan anak dari keponakan saya adalah cucu dari kakak saya sehingga
bayi itu juga dianggap cucu saya.
Satu hari setelah mendengar kabar kelahirannya, saya
langsung meluncur ke rumah sakit untuk menengok. Pengen buru-buru melihat cucu
baru. Cucu saya ini terlahir laki-laki dengan berat badan kurang lebih 3 kg,
lahir secara spontan. Ibu dan bayi sehat semua. Melihat bayi, tangan saya gatal ingin menggendong dan ketika saya gendong keponakan saya menyeletuk,
“Wah, bulik (tante) masih wangun (=pantas) punya bayi lagi lho..”
“Masa sih?” tanya saya sambil mengayun-ayun si kecil
Fadli yang menatap saya dengan pandangan lucu.
menggendong Fadli yang berumur 1 hari |
Keponakan saya buru-buru mengambil tisu dan mengambil
Fadli dari gendongan saya untuk diganti baju. Sambil mengganti baju Fadli dia mulai
cerita.
“Sejak mulai minum ASI di hari pertama, Fadli selalu
muntah. Kayak gumoh kalau kekenyangan minum ASI. Tapi anehnya, kadang Fadli
minum ASI hanya beberapa hisap tapi tetep muntah.
“Tiap habis minum ASI, lagi mau disendawakan sudah
muntah. Kira-kira kenapa ya bulik?” tanya keponakan saya.
Saya juga bingung karena tidak punya pengetahuan
seputar gumoh yang tidak biasa pada bayi yang baru lahir. Saya juga curiga
dengan model gumoh kayak Fadli ini. Pengalaman saya melahirkan Ikhsan dan
Ikhfan, mereka hampir tidak pernah muntah di hari-hari awal menyusu karena
produksi ASI saya juga masih sedikit dan mereka juga baru belajar menyusu.
Pasti ada sesuatu dengan Fadli.
“Sudah ngomong sama dokternya tentang masalah ini?”
tanya saya.
“Sudah bulik. Katanya mau diobservasi dulu.”
Saya hanya mengangguk pelan. Pikiran saya mulai ga
karuan melihat si kecil Fadli.
Dua hari setelah kabar kelahiran Fadli, saya diberi
kabar oleh keponakan saya kalau Fadli masuk NICU RS Sardjito. Doh..doh..,
berita itu memperjelas kecurigaan saya kalau ada sesuatu yang tidak beres
dengan Fadli. Kesibukan saya di kantor membuat saya tidak sempat untuk menengok
Fadli di NICU, tapi keponakan saya
selalu mengirim informasi progress perkembangan Fadli sehingga saya juga bisa ikut mengetahui perkembangan kesehatan
Fadli.
Setelah sekitar 5 hari dirawat di NICU, Fadli
diijinkan pulang. Keponakan saya hanya bilang kalau kondisi Fadli sudah baik
dan sudah tidak muntah lagi. Hanya diminta observasi keadaan umum Fadli apakah
masih ada muntah dan kewaspadaan adanya konstipasi (susah BAB) di bulan keenam.
Keponakan saya tidak memberitahu saya apa sebenarnya penyebab sering muntahnya
Fadli. Syukurlah, batin saya.
Ketika Fadli berumur 3 bulan, keponakan saya cerita
kalau Fadli diare.
“Bulik, bayi ASI kok sering diare ya? Apa aku salah
kasih ASIP-nya? Apa Fadli masuk angin ya? berat badannya juga ga nambah
banyak..”
Saya juga bingung dan mikir-mikir sendiri. Fadli
tidak banyak minum ASI, berat badannya juga tidak bertambah banyak setiap
bulan. Beda dengan kebanyakan bayi ASI yang di bulan-bulan pertama akan mengalami pertambahan berat badan yang
signifikan. Apa karena daya hisapnya kurang? Saya kemudian menyarankan pemberian
ASIP memakai sendok, siapa tahu Fadli bisa minum lebih banyak. Keluhan lainnya
adalah Fadli tidak setiap hari BAB. Sepengetahuan saya kalau urusan BAB, memang
kadang bayi ASI bisa 3 hari tidak BAB karena kandungan ASI diserap sempurna
oleh tubuh.
Setelah bolak-balik ke dokter dengan gejala susah
BAB, berat badan tidak naik dan susah minum ASI, keponakan saya cerita kalau
Fadli positif megacolon kongenital atau hisprungs. Dulu ketika masuk NICU,
Fadli sudah di suspect terkena megacolon kongenital atau Hirzprung Disease.
Hasil rogten colon Fadli menunjukkan megacolon kongenital tipe ultra short
segment dengan tidak ada ganglionik zone di rectum aspek distal transtitional
zone di rectum aspek medial hingga colon sigmemoid sepanjang 11,8 cm.
Apa itu megacolon kongenital? Saya baru pertama kali
mendengar penyakit itu. Keingintahuan menuntun saya untuk mencari informasi
tentang megacolon kongentital. Dari
beberapa artikel yang saya baca, megacolon kongentital juga dikenal dengan
sebutan hirzprung disease (HD).
Hirzprung disease (HD) adalah suatu kondisi dimana
terjadi penyumbatan pada usus besar karena tidak terdapatnya sel ganglion
Auerbach dan Meissner. Dalam kondisi normal, sel ganglion ini mengontrol
gerakan peristaltik untuk mendorong bahan makanan yang sudah dicerna sampai
keluar feses melalui anus (BAB). Bisa dibayangkan jika sel ganglion ini tidak
terdapat dalam usus besar, seseorang tidak akan bisa BAB dan dalam kasus ini terjadi
pada bayi. Apabila feses tidak bisa dikeluarkan maka akan terjadi penumpukan
massa di usus. Jika semakin banyak penumpukan feses maka colon akan
menggelembung atau membesar.
Tidak keluarnya kotoran bayi (mekonum) pada 24-48 jam
setelah kelahirannya dan sering muntah disertai lendir dari empedu adalah
kecurigaan awal penyakit ini. Saya teringat Fadli juga mengalami dua hal ini di
hari-hari awal kelahirannya. Gejala lain yang mungkin timbul adalah gangguan
pernafasan, dehidrasi, susah makan, mal-nutrisi dan perkembangan yang lambat.
Hirzprung disease (HD) merupakan kelainan bawaan yang
terjadi karena adanya mutasi gen RET. Gen RET ini menghasilkan perintah untuk
memproduksi protein yang ikut serta dalam pemberian sinyal dalam sel. Protein
ini sangat penting dalam proses pemberian sinyal-sinyal dalam sel tubuh
termasuk dalam sel ganglion. Mutasi gen RET menyebabkan tidak berfungsinya
protein RET sehingga tidak dapat mengirim sinyal dari dalam sel dan membuat
saraf enterik tidak berkembang sempurna. Ketiadaan saraf enterik ini membawa
masalah pada usus yang menjadi karakteristik dari hirzprung disease. Selengkapnya
bisa di baca di sini.
Hirzprung Disease dijumpai pada 1:5000 kelahiran
hidup sehingga tidak banyak ditemui penderitanya. Selain itu HD lebih banyak
terdapat pada pasien laki-laki dengan perbandingan 4:1.
Ada dua macam jenis HD yang dikenal yaitu:
1.
HD segmen pendek, ketiadaan sel ganglion dimulai
dari anus sampai sigmoid
2.
HD segmen panjang, ketiadaan sel ganglion
dimulai dari anus dan bisa melebihi sigmoid, jika lebih parah bisa mengenai
kolon atau usus halus.
Fadli menderita HD segmen pendek. Saat ini Fadli
dibawah perawatan dokter spesialis bedah anak yang memberi Fadli terapi
konvensional yaitu dengan memberi rangsangan pada anus sehingga ada dorongan
feses untuk keluar. Berhubung keponakan saya bidan, sehingga terapi bisa
dilakukan sendiri di rumah yaitu dengan cara memasukkan jari ke anus dan
sedikit digerakkan. Tujuannya untuk agar anus melebar dan memberi rangsangan
gerakan usus. Saat ini pilihan terapi konvensional ini yang dipilih keponakan
saya.
Opsi operasi belum terpikirkan mengingat kondisi umum
Fadli belum begitu bagus. Berat badannya
hanya 7 kg di usia 9 bulan. Selain itu Fadli juga positif terkena flek. Nafsu
makan dan minumnya tidak begitu bagus apalagi jika sudah 3 hari atau lebih
feses tidak bisa dikeluarkan. Hal itu berakibat gizi yang dibutuhkan tubuh
kurang. Perkembangan fisik Fadli juga agak terhambat. Saat ini Fadli belum bisa
duduk sendiri. Dia hanya mampu berguling dan tengkurap sendiri. Ketika dia didudukkan
tidak bisa bertahan lama tapi Fadli sangat suka diposisikan berdiri.
Keterlambatan perkembangan fisik ini juga menjadi
pemikiran bagi keponakan saya selain masalah feses yang tidak bisa keluar
secara normal setiap harinya.
Apa yang Bisa
Dilakukan
Jika anak kita atau keluarga kita ada yang menderita
HD, apa yang bisa kita lakukan? Pada awal mengetahui diagnosis, orang tua pasti
akan shock termasuk keponakan saya ini. Perasaan shock, stress dan bingung
tidak tahu apa yang harus dilakukan lagi pasti akan melanda. Pertanyaan
bagaimana ini bisa terjadi pada anak saya? Kok bisa? Siapa yang salah? Apa ini
keturunan? Penyakit menular? Dan masih banyak pertanyaan “negatif” yang akan
keluar.
Menurut inarare.org sekitar 80% kelainan langka disebabkan karena kelainan genetik. Namun,
kelainan genetik tidak selalu diwariskan
dari orang tua atau generasi sebelumnya dan tidak selalu diwariskan ke
keturunan selanjutnya karena ada kalanya mutasi atau kelainan gen terjadi
secara spontan.
Nah, sebagai orang tua kita harus berpikir jernih.
Ini beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua yang dianugerahi anak rare
disease:
1.
Berkomunikasi lebih intes dengan pasangan
tentang keadaan penyakit anak. Menyadari bahwa akan dibutuhkan ekstra
kesabaran, kekuatan, waktu, tenaga dan biaya untuk merawat anak ini. Kekompakan
orang tua dalam merawat anak sangat mempengaruhi kondisi psikis anak dan orang
tua itu sendiri.
2.
Mencoba berpikir positif menghadapi kondisi yang
“tidak mengenakkan ini”. Pikiran menyalahkan atau yang sejenisnya sangat tidak
menguntungkan orang tua.
Berpikir positif membantu orang tua untuk
bersikap ikhlas dalam merawat anak. Anugerah Tuhan dengan menitipkan anak yang
spesial ini kepada kita harus selalu disyukuri. Jadi kita adalah orang tua
pilihan, orang tua yang spesial karena tidak semua orang tua dititipi “anak
yang spesial”. Yakinlah akan ada banyak hikmah yang diperoleh dengan kondisi
ini.
3.
Mencari informasi sebanyak mungkin tentang
penyakit.
Mempunyai informasi sebanyak mungkin
tentang penyakit yang diderita anak kita adalah bekal bagi orang tua untuk
berdiskusi dengan dokter mengenai kondisi anak.
Orang tua menjadi semakin paham dan bisa memantapkan diri ketika memilih
opsi perawatan yang ditawarkan dokter. Orang tua lebih siap dengan risiko dari
opsi perawatan yang dipilih. Istilahnya menjadi smart patient/smart caregiver.
4.
Mencari komunitas sesama penderita penyakit
untuk mendapatkan support.
Bergabung dalam Indonesia rare disease di
grup fb adalah salah satu alternatif komunitas untuk berbagi pengalaman dan
informasi mengenai penyakit yang diderita anak. Terkadang informasi pengalaman
orang lain dalam merawat anak dengan penyakit yang sama tidak kita peroleh dari
dokter.
Dengan berada dalam komunitas, kita tidak
merasa sendiri. Ternyata ada teman yang ada dalam kondisi seperti kita dan
mereka kuat serta bisa melewatinya.
Jadi sebagai orang tua mari mengenal rare disorders seperti hirzprung disease
yang dialami “cucu” saya. Mulailah dari sekarang untuk menerima dengan ikhlas
dan bertindak secara bijak untuk merawat anak-anak yang spesial itu. Siap dengan
segala kondisi dan risiko yang mungkin akan dialami anak. Ada banyak teman di
Indonesia rare disease yang akan selalu mendukung dan menemani. Anak-anak
dengan rare disease adalah anak-anak yang kuat. Mereka lahir dengan kekurangan
namun mereka kuat bertahan untuk hidup dengan segala rasa sakit yang dirasakan
tanpa mengeluh. Mereka hanya menangis tatkala rasa sakit itu tak tertahankan. Jika
mereka saja kuat, apakah sebagai orang tua kita tidak kuat? Sebagai orang tua,
kita pasti kuat karena ini adalah skenario Tuhan yang “indah” bagi kita.
Tulisan ini diikutkan dalam IRD Awareness Writing Contest MARI MENGENAL RARE DISORDERS
13 komentar:
keponakan saya di usianya yang 9 bln, beratnya juga cuma 7,5 kilo. sepertinya memang ada masalah dgn ususnya, pernah lama gak BAB tapi makannya dan minumnya bagus, juga perkembangan yang lainnya juga sesuai usianya. Coba mau cari tau lagi ah ttg penyakit ini. Makasih infonya :)
@santi: iya, coba di browse saja info tentang kelainan pada usus., pakah hirzprung disease atau bukan.
thanks sharingnya mbak entik
semoga dek fadli bisa segera pulih ya ^_^
salam sayang dari ummi ubay
Semoga ortu Fadli diberikan kesabaran dan keikhlasan dlm merawat Fadli. Semua penyakit pasti ada obatnya tinggal minta petunjuknya sama yg kuasa. Makasi sharingnya mb. Semoga menang y mb salam kenal
Saya pertama kali tau tentang HD ini dr Mba Monik, konselor asi...
Smoga terapinya sukses ya...
@ria: iya mba amien..
@herva: iya, saya juga sepakat kalau setiap penyakit ada obatnya. salam kenal balik
@nathalia: saya malah baru tau penyakit ini, karena cucu saya kena. Trus jadi ada niatan nyari info seputar HD
Baru dengar tentang HD, semoga Dek Fadli cepat sembuh ya, Aamiin.. :)
@julia: karena kasusnya 1:5000 kelahiran hidup, jadi memang ga banyak anak yang terkena HD
Fadli ganteng..
Keluarga harus saling menguatkan ya menghadapi kondisi Fadil ini..
Goodluck lombanya Jeng
Semoga Fadli lekas membaik ya, Mbak
Jadi sekarang gmn perkembngan fadhil mbak, apakah di operasi atau pake alternatif?
Posting Komentar