Kali ini saya ingin bercerita tentang perkembangan ikhfan dan asma. Alkhamdulillah sejak kontrol rutin sebulan sekali ke dokter Spesialis paru anak, sudah tiga bulan ini serangan asma tidak datang. Lega dan senang melihat Ikhfan dapat beraktifitas normal tanpa serangan asma.
Beberapa orang memang kadang sempat ga percaya
kalau saya mengatakan ikhfan adalah penderita asma.
“Masak sih? Lha wong badannya gendut gitu. Biasanya
anak yang punya asma tuh badannya kecil dan susah makan lho.” Komentar beberapa
teman dan guru Ikhfan di sekolah.
Memang bener sih, saya juga banyak menemui
anak-anak yang terkena asma memang rata-rata ga doyan makan dan badannya kecil.
Di keluarga saya dan mas juga ada saudara yang punya asma sejak kecil sampai
dewasa badannya kecil. Kalau saya lihat sih karena mereka di waktu kecil sangat
sering terkena serangan asma dan serangan sesak nafas itu tidak segera mereda.
Padahal ketika orang sedang sesak nafas, jelas nafsu makan ilang wong untuk banyak
bicara aja kadang nafasnya ga kuat.
Nah kalau dalam sebulan selalu terkena serangan dan
jangka waktu serangan asma itu membaik butuh waktu 1 minggu an lebih. Lha nafsu
makan baliknya juga 1 minggu an lebih,
selanjutnya ketika nafsu makan mulai membaik, eh serangan asma datang lagi.
Makanya dimaklumi kalau beberapa anak yang punya asma berat badannya ga banyak.
Pada Ikhfan, karena sejak bayi Ikhfan mendapat ASI
eksklusif dan MPASI home made membuat
dia mempunyai nafsu makan yang bagus. Ikhfan tidak terlalu picky eater, apa pun menu yang saya hidangkan pasti dimakan.
Walaupun Ikhfan hampir tiap bulan terkena serangan asma, tapi jangka waktu
pulihnya Ikhfan dari serangan itu lumayan pendek. Hanya sekitar 2 hari saja
Ikhfan susah makan, meski masih batuk-batuk Ikhfan sudah mau makan seperti
biasa.
Saat Ikhfan menjelang 3 tahun, saya mulai getol
mencari informasi seputar asma pada balita. Awalnya saya agak pasif, dalam
artian setiap kali serangan asma datang, saya bawa Ikhfan ke dokter SPA. Diberi
obat dan dalam seminggu membaik. Tapi..ii bulan depannya ikhfan kena serangan
lagi. Begitu terus.
Penjelasan dari dokter standar saja bahwa serangan
asma datang pasti ada pemicunya, jadi supaya serangan tidak datang harus dicoba
menghindari pemicunya.
Saya yang harus mencari tahu apa pemicunya dan
menghindari paparan pemicu itu terhadap Ikhfan.
Memang sih, kalau serangan asma datang kemudian
diberi obat dari dokter SPA, biasanya serangan itu akan membaik.
Tapi saya mikir, masak ya setiap bulan terkena
serangan??
Akhirnya saya memutuskan second opini dokter
dan mencoba googling informasi seputar
asma. Akhirnya salah seorang teman blog KEB, irai namanya yang ngasih saya link global initiative for asthma. Saya mendapat e-book seputar asma yang membuat saya paham tatalaksana
penanganan penderita asma jika serangan datang juga tatalaksana tindakan
preventive supaya serangan asma tidak datang.
Jadi ketika akhirnya saya dapat second opini dokter
spesialis paru anak, saya sudah punya bahan untuk sharing dengan dokter.
Hal yang pertama saya lakukan adalah melakukan
pencatatan medik Ikhfan. Tanggal ketika serangan asma datang, obat yang
diberikan dan dokter yang memberi obat. Awalnya saya hanya mencatat secara
manual di kertas. Setelah membaca tulisan gessi-mami ubii tentang penggunaan
aplikasi Medictrust di ponsel android, akhirnya saya ikutan juga mencatat rekam
medik Ikhfan di medictrust.
Ternyata catatan medik itu sangat membantu ketika
kita berkonsultasi dengan dokter. Dan kebetulan sekali dokter Ikhfan yang
sekarang juga rapi banget catatan medisnya, jadi kami selalu saling mencocokkan
catatan.
Nah, setelah saya membaca e-book yang berjudul “You
can control your atshma”, saya jadi tahu kalau seorang penderita asma tetap
bisa beraktifitas seperti orang lain jika asmanya terkontrol. Jika asma tidak
terkontrol, akan terjadi serangan asma yang mengakibatkan penderita sesak
nafas.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk
mengontrol asma:
1.
mengkonsumsi obat yang diberikan dokter .
2.
Menghindari hal atau benda yang merupakan
pencetus serangan asma.
3.
Cek ke dokter 2-3 kali dalam setahun meskipun
tidan terjadi serangan asma.
4.
Mengetahui tanda-tanda serangan asma yang
memburuk dan tahu cara penanganannya.
Mengkonsumsi
obat yang diberikan dokter
Sebagian besar penderita asma mengkonsumsi 2 macam
obat asma yaitu:
1.
quick-relieve
medicine (reliever) yaitu obat untuk membantu menghentikan sesak nafas
ketika serangan asma datang.
Untuk obat jenis ini, Ikhfan sering
memakai ventollin nebu satu ampul dengan memakai nebulizer setiap kali serangan
sesak nafas datang. Ventolin saya pakai untuk pertolongan pertama ketika sesak
nafas sudah terlihat berat. Tanda-tandanya yaitu ketika Ikhfan sudah sangat
rewel dan tidak bisa tidur. Selalu meminta digendong ketika ingin tidur dan
ketika direbahkan akan terbangun dan menangis.
Selain itu nafasnya sudah terlihat
pendek-pendek, sekilas seperti ngos-ngosan. Kalau serangan lebih buruk, Ikhfan
tidak akan kuat menangis hanya diam dan nafasnya tersengal-sengal.
Pertolongan pertama yang saya lakukan di
rumah adalah memberi ventolin nebu. Menurut dokter, saya bisa memberi ventolin
nebu sampai 3 kali dalam 24 jam untuk meredakan sesak nafasnya. Biasanya
setelah saya nebu satu kali di rumah saya tetap membawa Ikhfan ke dokter untuk
konsultasi. Ini jadi salah satu alasan saya menyediakan alat nebulizer sendiri
di rumah, jadi saya bisa bergerak cepat jika tiba-tiba serangan asma datang.
Kalau nafasnya sudah tidak terlalu
pendek-pendek, saya tidak memberi ventolin nebu tapi saya ganti obat oral yang
saya peroleh dari dokter.
Biasanya dokter meresepkan salbuven
sirup dan racikan obat puyer untuk obat sesak nafasnya. Dokter memberi obat
untuk sekitar 5 hari. Ikhfan butuh waktu sekitar 1 s.d. 1,5 minggu untuk sampai
pada kondisi sehat dalam arti sudah tidak ada sesak nafas dan batuk/pilek-nya.
2.
preventive
medicine (controller) yaitu obat yang digunakan setiap hari untuk menjaga saluran nafas dan mencegah serangan
asma datang.
Setelah second opini dokter dan membaca
info di e-book, saya jadi bisa menerima kalau penderita asma dengan indikasi
tertentu perlu mengkonsumsi obat yang bersifat controller setiap hari. Awalnya
saya dan mas sempat ga tega kalau melihat Ikhfan setiap hari harus mengkonsumsi
obat. Mikirnya apa ga terlalu “over” kasih obat di kala anak terlihat sehat dan
tidak terkena serangan asma??
Tapi memang pemberian obat controller
oleh dokter menggunakan syarat dan ketentuan sesuai dengan diagnosisnya.
a. jika penderita asma batuk, pilek dan
sesak nafas lebih dari seminggu;
b. jika penderita sering terbangun di
malam hari dan tidak bisa tidur kembali karena sesak nafas
c. jika penderita sudah mengalami
berkali-kali serangan asma dalam setahun terakhir.
Obat controller aman digunakan setiap hari
meskipun sampai bertahun-tahun dan tidak akan mengakibatkan “kecanduan”.
Saya kemudian mencoba mereview ulang
riwayat serangan asma pada Ikhfan. Di 1,5 tahun terakhir hampir setiap bulan
ikhfan batuk/pilek dan berakhir dengan sesak nafas. Enam bulan terakhir jarak
serangan asma semakin pendek yaitu tiap 3 minggu sekali. Jadi saya hanya
sekitar seminggu melihat Ikhfan sehat tanpa batuk pilek, setelah itu batuk
pilek kemudian sesak nafas datang lagi.
Membaca catatan medis saya, akhirnya
dokter spesialis paru anak yang saya temui memutuskan memberi obat jenis controller
ini. Obat yang diberikan adalah seretide. Seretide adalah obat hisap, karena
Ikhfan masih anak-anak maka seretide diberikan dengan alat bantu seperti corong
masker sehingga memudahkan Ikhfan untuk menghirup obatnya.
Dosis yang diberikan adalah 2 x sehari
satu semprotan selama 3 bulan. Setiap bulan Ikhfan harus kontrol untuk dilihat
kondisinya. Kalau dalam jangka waktu 3 bulan itu masih ada serangan asma, tentu
saja dosis seretide belum akan diturunkan oleh dokter.
Satu bulan pertama, di minggu ketiga
Ikhfan mulai batuk/pilek dan sesak nafas. Kontrol ke dokter diberi tambahan
obat salbuven sirup dan racikan obat puyer, seretide tetap dilanjut 2x 1.
Dan awal bulan september ini, dokter
menurunkan dosis seretide menjadi 1x 1 karena selama 3 bulan ini tidak ada
serangan asma.
Yipiie...senangnya. Ternyata terapi
seretide ini benar-benar ngefek. Ketakutan saya dan mas tentang penggunaan obat
controller setiap hari pada Ikhfan pun berangsur-angsur hilang.
Awal oktober adalah jadwal kontrol
Ikhfan untuk kondisi Ikhfan. Semoga semuanya akan baik-baik saja.
Di postingan berikutnya saya akan posting tentang Menghindari hal atau benda yang merupakan
pencetus serangan asma.
6 komentar:
semoga mbak entik sekeluarga sehat selalu yaa...
apa kabar mbak?
ikhfan montok sekali ya...dulu anak2 sering sekali kena asma,,,,dzaky samoai ngik ngok begitu nafasnya...seiring dengan usia,,,sudah jarang lagi kumat asmanya
Alhamdulillah asma nya sudah jarang mampir. Sehat-sehat yaaa ^^
@elsa: amin..maksih. kabar baik nih...elsa kayaknya dah lama ga update blog ya.. kangen baca cerita2mu
@fitri: iya mba, ikhfan nih berat badannya jauh diatas garis hijau walau sering kambuh asmanya. Alkhamdulillah...
Dzaki asma juga ya? kalau Raffa asma juga ga mba?
@grace: Iya nih, asmanya sudah jarang mampir berkat terapi seretide. Semoga terapinya segera selesai dan ikhfan sehat terus.
Posting Komentar