Yang berstatus ibu bekerja coba tunjuk tangan.
Toss ..statusnya
sama kayak saya. Pernahkah teman-teman mengalami perasaan bersalah (guilty feeling) saat meninggalkan anak
yang masih kecil untuk berangkat kerja? Saya yakin semua ibu bekerja sempat
merasakan perasaan ini, walau kadarnya akan berbeda-beda. Secara naluri seorang
Ibu selalu ingin berada di dekat anaknya namun ada beberapa kondisi yang membuat
ibu harus meninggalkan anaknya untuk bekerja. Pengasuhan anak didelegasikan
kepada orang lain. Guilty feeling ini
lumrah dialami oleh para ibu yang bekerja di luar rumah.
Saya juga
mengalaminya. Selama rentang waktu bekerja kurang lebih 15 tahun dengan 3 orang
anak, saya berkali-kali mengalami perasaan bersalah itu. Guilty feeling sangat terasa saat masa cuti melahirkan habis dan
harus segera masuk kantor. Walau ada pengasuh yang menginap di rumah, tetap
saja rasanya gimana gitu meninggalkan mereka seharian. Di kantor bawaannya
kangen mencium bau wangi bayi dan pengen menggendong.
Perasaan bahwa
sebagai ibu tidak bisa maksimal dalam hal mengurus dan mengasuh bayi sering
bermunculan di benak saya. pokoknya nano-nano deh rasanya.Tapi life must go on . Sebagai ibu harus bisa
menjalani kenyataan hidup bahwa menjadi pekerja kantoran harus bersikap
profesional dan juga mampu mengayomi anak-anak di rumah. Ini adalah konsekuensi
yang harus diterima oleh ibu yang memilih untuk bekerja kantoran. Setiap Ibu bekerja
pasti akan mempunyai cerita dan permasalahan yang berbeda-beda dalam menjalani
peran gandanya.
Guilty feeling yang dialami Ibu akan mempengaruhi mood dan emosi apalagi jika tidak tertangani dengan baik bisa menjadi salah satu faktor pencetus munculnya baby blues pada Ibu yang baru melahirkan.
Jadi bagaimana mensiasati guilty feeling yang sering muncul terutama pada ibu yang menjalankan peran ganda sebagai ibu bekerja dan mengurus anak-anak di rumah?
1. manajemen waktu dan prioritas yang dilakukan
Jangan
kaget kalau segalanya berubah ketika status kita berubah menjadi Ibu termasuk
urusan waktu. Waktu yang dimiliki Ibu sama dengan orang lain yaitu 24 jam
sehari, namun rasanya banyak hal yang tidak rampung dikerjakan dalam 24 jam.
Mempunyai
anak yang masih berumur balita membutuhkan banyak energi ekstra untuk
merawatnya. Kurang tidur karena sering bangun malam banyak dialami para Ibu
karena bayi sering terbanbun di malam hari. Untuk Ibu yang tidak mempunyai ART
tugas akan bertambah dengan urusan membereskan rumah dan menyiapkan makanan
untuk anggota keluarga yang lain. Waktu yang dimiliki harus “dibagi adil” untuk
merawat bayi/anak, membereskan urusan rumah tangga lainnya dan kerja di kantor.
Susah? Iya, susah tapi bisa dilakukan. Untuk mempermudah, kita harus belajar
manajemen waktu.
Bentuk
pengaturan waktu bagi setiap Ibu akan berbeda, tapi tujuannya sama yaitu agar
semua tugas dan pekerjaan dapat terselesaikan tanpa menimbulkan kelelahan fisik
berlebih.
Kita
harus memilah mana pekerjaan yang dijadikan prioritas untuk dilakukan terlebih
dahulu setiap harinya. Misalnya urutan prioritas dimulai dari :
·
sepulang
kerja menemani anak bermain/belajar/makan malam sampai menidurkan mereka
·
mencuci
baju di malam hari
·
pagi
hari menyiapkan perlengkapan anak sebelum kita tinggal kerja atau untuk dibawa
ke daycare/sekolah.
·
Menyiapkan
sarapan/bekal makanan untuk suami dan anggota keluarga yang lain.
·
Membersihkan
rumah jika memungkinkan
Urutan prioritas bisa sangat fleksibel dan sebaiknya
semua pekerjaan itu dikerjakan dengan meminta bantuan suami. Tidak perlu perfect untuk menyelesaikan pekerjaan di
rumah. Disiplin saja mengerjakan pekerjaan sesuai prioritas yang telah kita
buat.
Standar sempurna untuk mengerjakan hal-hal yang menjadi
tanggungjawab Ibu malah bisa membebani diri sendiri dan menambah guilty feeling. Lakukan saja pekerjaan
semampunya dan istirahatlah jika tubuh sudah merasa lelah. Tips sederhana dan
paling mudah adalah tidur saat bayi/anak tidur.
foto ini diambil tahun 2018, tiga hari setelah saya melahirkan anak ketiga |
2. apresiasi diri dan dukungan suami
Satu
hal yang sering dilupakan adalah apresiasi diri sendiri sebagai seorang Ibu.
Ucapkan terimakasih pada diri sendiri, yang telah berpeluh dan lelah untuk
melakukan tanggung jawab sebagai ibu.
Menjalani
kehamilan sampai melahirkan adalah proses yang panjang dan berat apalagi bagi
ibu bekerja. Ibu adalah manusia yang diciptakan Allah untuk kuat dan mampu
menanggung beban hamil, melahirkan dan mengasuh anak. Semua ikhtiar kerja keras
kita sebagai ibu akan mendapat balasan dari Allah SWT. Lelah itu pasti tapi di
balik lelah akan tercipta kebahagiaan ketika melihat anak-anak tumbuh sehat dan
dekat dengan kita. Tidak perlu membanding-bandingkan diri kita dengan orang
lain. Sangat manusiawai jika kita merasa kalau “rumput tetanga lebih
hijau”. Melihat ibu lain yang punya baby sister dan ART untuk urusan domestik rumah pasti urusan
anak dan rumah beres. Eitts... hati-hati pikiran seperti ini malah akan
menambah guilty feeling yang kita
alami.
Tidak
ada ibu yang sempurna. Yang ada adalah ibu yang terus belajar untuk menjadi ibu
yang terbaik untuk anak-anaknya. Pikiran positif harus sering kita suntikkan supaya guilty
feeling tidak terlalu besar.
Selain
itu dukungan suami sangat diperlukan. Suami yang siaga membantu kita merawat
bayi/anak atau sekedar mendengar keluh kesah kita. Dukungan suami bisa menjaga
mood kita stabil dan tidak menambah guilty
feeling karena kita terpaksa meninggalkan anak untuk bekerja.
Semoga
beberapa tips diatas bisa mengatasi guilty
feeling yang sering dialami oleh ibu bekerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar