Rabu, 06 Januari 2021

Tips Menyapih dengan Cinta

Perjalanan menjadi Ibu diawali saat melahirkan dan belajar menyusui bayi. Setiap Ibu pasti mempunyai pengalaman yang berbeda setiap melahirkan. Setiap anak membawa ceritanya sendiri. Saya merasakan pengalaman tiga kali melahirkan dan itu membuat saya merasakan menjadi Ibu baru sebanyak 3 kali juga.

Saat melahirkan Irham, rasanya berbeda dengan pengalaman melahirkan 2 kakaknya. Tiga kali merasakan sesar, tiga kali pula merasakan pengalaman recovery yang berbeda. Hari pertama pasca sesar ASI saya belum keluar dan Irham sudah dibawa perawat untuk room in dengan saya. Perjuangan untuk menyusui Irham di hari-hari pertaman lumayan berat karena saya harus menyusui dengan posisi tidur telentang. Maklum saya belum mampu untuk duduk dan berdiri. Luka pasca sesar masih sakit sekali.

Dokter SPOG yang visit, langsung mengoreksi posisi saya menyusui. Posisi yang salah bisa membuat puting lecet dan ASI tidak keluar maksimal. Walau 2 hari pertama ASI belum keluar, tapi Irham tetap menyusu. Saya dan Irham belajar bersama dalam proses menyusui ini. Seminggu pertama adalah masa penyesuaian yang tidak mudah bagi kami.

Haru biru rasanya karena perkiraan dokter terjadi pada saya. Puting saya lecet sampai berdarah. Duh rasanya sama seperti rasa perih di perut pasca sesar. Rasanya mau nangis menahan perih ketika akan menyusui Irham. Karena lecetnya sudah sampai berdarah-darah dan saya sudah tidak kuat lagi menahan rasa perih, terpaksa Irham saya beri ASIP sambil menunggu lecetnya mengering.

Alhamdulillah ASI saya cukup untuk Irham. Saya mengulang pengalaman memerah ASI di kantor seperti saat dua kakaknya dulu. Perintilan perah ASI seperti pompa ASI, ice gel, dan botol ASI selalu ada di cooler bag yang saya bawa ke kantor. Di kantor saya tidak banyak pegawai perempuan yang concern memerah ASI untuk anaknya. Kebanyakan mereka memberikan sufor ketika mereka di kantor. Memang rada ribet dan butuh niat yang kuat. Maklum saja, waktu itu di kantor tidak ada ruang laktasi jadi memang merepotkan sekali mencari tempat untuk memerah ASI.

Saya bertahan memerah ASI di kantor sampai usia Irham 1,5 tahun. Irham hanya mengkonsumsi ASI sampai usia 2 tahun. Setelah 2 tahun, saya mulai mengenalkan susu UHT dan lebih sering sounding untuk menyapih. Saat menyusui Irham adalah waktu yang saya rindukan. Kedekatan dan bonding dengan Irham membuat hormon endorfin mengalir di tubuh saya. Rasanya bahagia..aa banget kalau melihat Irham  menyusu dengan lahap.

Ibu-ibu yang menyusui pasti merasakan kebahagian seperti yang saya rasakan. Melihat bayi yang lahir dari rahim kita, perlahan mulai tumbuh besar dengan asupan ASI. Setiap pelukannya mengalirkan kehangatan. Duh, saya selalu melow kalau mengingat momen menyusui.

Ketika Irham merayakan ulang tahun kedua,menimbulkan kegalauan pada diri saya. Waktu yang saya takutkan mulai datang yaitu saat harus menyapih Irham. Terus terang mental saya belum siap sehingga masih maju mundur untuk menyapih. Saya ingin menyapih dengan “baik-baik” tanpa menimbulkan ketakutan dan trauma mendalam bagi Irham. Saya tidak ingin mengulang kejadian menyapih kakak Ikhfan dulu. Saya sempat menakut-nakuti kakak Ikhfan dengan lipstik yang saya oleskan di pa****ra dengan berpura-pura kalau sedang berdarah atau dengan mengolesi dengan jamu brotowali yang super pahit supaya kakak Ikhfan tidak doyan ASI. Walaupun semua upaya menakut-nakuti itu gagal total.

Kondisi saya saat ini memang berbeda dengan saat menyapih kakak Ikhfan 8 tahun yang lalu. Kedua tangan saya patah saat kecelakaan pada waktu Irham berusia 1,5 tahun. Sejak itu saya tidak lagi kuat menggendong Irham dalam waktu yang lama. Paling lama 15 menit saja karena kalau lebih dari itu tangan saya akan mulai nyeri.

Nah, menyapih Irham memerlukan persiapan matang. Dapat dipastikan Irham akan sering meminta gendong ketika tidak saya beri ASI. Saya dan mas suami harus mengambil cuti beberapa hari. Eh, beruntungnya sekarang lagi masa pandemi covid jadi saya tertolong dengan adanya WFH dan cuti bersama natal tahun baru.

Setelah membulatkan tekad, saya mulai menyapih Irham di usia usia 2 tahun 6 bulan. Sebenarnya saya belum menentukan harinya tetapi tiba-tiba saja di malam hari Irham tidak meminta menyusu ketika akan tidur. Hanya rewel sebentar dan saya elus-elus punggungnya. Setelah hampir 30 menit, tanpa digendong Irham pun bisa tidur.

Ini awal yang baik. Saya yakin Irham bisa melewati proses ini dengan baik tanpa banyak minta gendong saya.

Perjuangan saya dan Irham untuk saling menyesuaikan butuh waktu kurang lebih 1 minggu. Jam tidur Irham jadi agak kacau karena dia harus tidur tanpa menyusu terlebih dahulu. Di malam hari Irham tidur sangat larut, pernah sampai jam 12 malam baru bisa tertidur. Siangnya dia baru bisa tidur jam 3 sore. Pola itu berlangsung selama seminggu.

Alhamdulillah, kami bisa melewatinya tanpa drama rewel dan tangisan yang berlebihan. Sebuah perjuangan yang tidak mudah.

belajar menyusui dan belajar menyapih

Ini beberapa tips yang saya persiapkan sebelum menyapih Irham adalah:

1.  Mengurangi frekuensi menyusui secara bertahap

Saya hanya menyusui setelah pulang kantor dan di malam hari.

2.  Menambah makanan pendamping ASI yang disukai anak

Saya mulai mengenalkan susu UHT, teh dan aneka kookies yang sekiranya disukai Irham sebagai pengalih perhatian ketika dia meminta menyusu.

3.  Menetapkan tempat menyusui pada satu tempat

Irham hanya saya ijinkan menyusu di rumah. Selain itu tidak saya beri. Lama-kelamaan di apaham bahwa kalau mau minta menyusu harus pulang ke rumah dulu.

4.  Sapih anak dalam kondisi sehat

Anak harus dalam kondisi fit badannya karena kemungkinan besar dia akan banyak mengeluarkan energi untuk menangis ataupun rewel saat proses disapih.

5.  Tunjukkan kasih sayang bahwa setelah disapih,

Kita harus bisa meyakinkan anak bahwa dia tetap mendapat kasih sayang, dekapan, pelukan dan rasa nyaman dari ibu setelah disapih.

6.  Sounding dan memberi penjelasan kepada anak

Sounding ini bisa berlangsung berbulan-bulan sebelum masa disapih tiba. Sebuah proses yang tidak sebentar. Saya sounding sejak usia Irham belum 2 tahun dan baru berhasil memulai proses sapih pada usia 2 tahun 6 bulan.

7.  Libatkan suami

Suami adalah support sistem yang sangat berperan dalam proses penyapihan. Kehadiran suami saat kita menenangkan anak yang menangis dan rewel karena proses penyapihan adalah booster energi yang luar biasa.

8.  Bulatkan tekad

Tekad yang bulat sangat diperlukan untuk memulai proses menyapih. Karena proses menyapih mungkin membutuhkan waktu lebih dari 3 hari bahkan 1 minggu sampai anak bisa beradaptasi untuk tidur tanpa menyusu.


Tidak ada komentar: