Melanjutkan postingan positif parenting PART 1 disini, saya posting lanjutannya.
Setelah membulatkan niat dan komitmen untuk menjadi orang tua yang baik dengan menerapkan positif parenting, kita harus lebih banyak membaca dan mencari informasi seputar positif parenting. Ga mungkin kan, cuma ada niat tanpa ilmu untuk menerapakan positif parentng? kayaknya susah banget deh. Nah ini ada beberapa hal
yang perlu kita perhatikan jika ingin menerapkan positif parenting:
1.
Lingkungan belajar yang positif
Anak-anak membutuhkan perhatian orang tua, tapi itu
tidak berarti orang tua harus menghabiskan waktu setiap menit untuk selalu
bermain dengan mereka. Kulitas lebih baik dibandingkan kuantitas. Orang tua
diharapkan memberi sikap yang positif termasuk memberi pujian terhadap anak
ketika mereka melakukan hal-hal yang baik dan sesuai harapan orang tua.
Perhatian dan pengakuan orang tua terhadap anak yang
melakukan hal-hal yang baik akan mendorong anak untuk melakukan hal yang baik
lagi.
Mengatakan hal-hal yang positif terhadap tingkah laku
anak, bagi saya bera..aat. karena kadang tanpa sadar saya membandingkan mereka
dengan saya ketika kecil. Selain itu, jumlah waktu yang kami luangkan untuk
anak-anak rasanya belum maksimal kualitasnya. Mas yang sering sekali tugas luar
kota membuat anak-anak jarang bertemu bapaknya. Saya berusaha mati-matian
selalu menghadirkan sosok “bapak” dalam keseharian sehingga anak-anak tetap
merasa mengenal dekat bapaknya walau tidak setiap hari bertemu. Selalu ada rasa
kangen jika lebih seminggu tidak bertemu bapaknya. Jika saya tanya,” kok kangen
sama Bapak kenapa?”
“aku pengen maen sama bapak..” jawab si kecil ikhfan.
“aku pengen gojek
(guyonan) sama bapak,” jawab kakak ikhsan.
Jawaban sederhana versi anak-anak yang bikin saya ikut
tersenyum.
2.
Manajemen perilaku dan kedisiplinan secara
asertif
Sebenarnya anak-anak membutuhkan batas-batas dan
konsistentensi terhadap perilaku/disiplin sehingga mereka merasa aman dan
nyaman. Orang tua menerapkan disiplin tegas yang konsisten. Aturan yang tegas
itu harus dibarengi dengan petunjuk-petunjuk yang mudah dipahami oleh
anak-anak. Jadi orang tua memberi tahu anak, mana yang boleh dilakukan dan mana
yang tidak boleh dilakukan.
Melihat diri saya sendiri, saya mengaku belum
konsisten menerapakan aturan di rumah. Contoh kecilnya urusan sikat gigi
sebelum tidur. Kadang-kadang saya bisa tegas dan tidak bisa dibantah bahwa
ikhsan ikhfan wajib sikat gigi sebelum tidur. Tapi di satu waktu saya kadang
tidak tegas dan membiarkan mereka tidak sikat gigi karena saya tidak tahan
rengekan mereka yang beralasan sudah mengantuk sekali.
Harus banyak belajar untuk tegas dan konsisten
hehe....
3.
Harapan yangg realistik terhadap anak
Anak tidak bisa disamakan satu sama lain. Sebagai
orang tua jangan berharap terlalu berlebihan atau malah kurang terhadap anak.
Berharaplah sesuai kemampuan anak. Orang tua tidak bisa mengharapkan anak untuk
selalu sopan, menurut pada orang tua, pintar dan sukses. Adakalanya anak tidak
sehebat harapan orang tua, mereka mungkin melakukan kesalahan. Namun kesalahan
mereka kebanyakan adalah kesalahan yang tidak disengaja karena ketidaktahuan
mereka.
Saya juga kadang tanpa sadar mengharapkan Ikhsan
supaya lebih pandai dari teman-temannya. Sekali sempat terbersit ingin Ikhsan
meraih juara satu di kelasnya. Alkhamdulillah pikiran itu sering di-stop oleh
mas sehingga tidak menguasai seluruh pemikiran harapan saya pada ikhsan maupun
ikhfan. Kami menyadari bahwa kemampuan ikhsan-ikhfan akan berbeda satu sama
lain. Tugas kamilah untuk menggali potensi mereka supaya bisa dikembangkan
sehingga bisa menjadi kelebihan mereka guna mengarungi kehidupan yang akan
datang.
4. Self care of parentst
Sebagai orang tua, kita juga membutuhkan dukungan dari
keluarga untuk bisa menjadi “orang tua yang baik” bagi anak-anak. Selain itu
suami istri juga membutuhkan “me time” berdua untuk melakukan sesuatu yang
menyenangkan bagi mereka. Ketika hubungan suami istri kuat, komunikasi lancar
diantara keduanya dan mempunyai pandangan yang sama dalam menerapkan pola asuh
dalam keluarga, orang tua akan lebih sabar dan tenang ketika anak-anak
membutuhkan mereka. Selain itu orang tua juga akan merasa percaya diri akan
kemampuan mereka dalam hal parenting.
Jadi komunikasi diantara pasangan suami istri sangat
penting untuk mengokohkan pondasi dalam penerapan positif parenting. “Me time”
berdua dengan suami juga penting lho.., sekali-kali jalan berdua aja kayak masa
sebelum nikah pasti akan ada sensasi yang lain. Silahkan sering-sering dicoba,
seperti pengalaman saya pacaran sama suami di sini.
Hasil yang diharapkan dalam
penerapan positif parenting adalah adanya peningkatan sikap positif orang tua
misalnya diekspresikan dengan pemberian pujian dan komentar positif pada anak
serta berkurangnya pemberian kritik dan perintah negatif. Mengganti tindakan
memukul dan pemberlakuan disiplin keras dengan tindakan lain yang lebih
konstruktif. Selain itu juga dapat menurunkan tingkat depresi pada anak dan
orang tua. Positif parenting juga bisa meningkatkan kepatuhan anak terhadap
orang tua. Di dalam rumah akan terkondisi komunikasi keluarga yang positif dan
pemecahan masalah secara efektif.
Nah, semoga postingan ini bisa
menambah pencerahan wawasan bagi emak-emak dan bapak-bapak untuk menjadi orang
tua yang baik bagi anak-anak kita.
Tertantang? Silahkan dicoba
menerapkan positif parenting di keluarga kita masing-masing.
semoga kami bisa menerapkan positif parenting dlm keluarga kecil ini |
3 komentar:
waw..setuju banget...kita biasanya nerapin pola pengasuhan yg kita peroleh dulu, yang baik2 aja...
Pake video call aja mak klo pas anak2 kangen sm bapaknya. Lumayan bisa ngobatin dikit
Tulisan di part 1 & 2, bener2 nampar banget. Soalnya semalem aku abis marah-marah sama anak. Huhuhuhu.. trus nyesel. Semoga aku pun bs jdi positive parents dan lebih sabar lagi ya..
Posting Komentar