Beberapa minggu ini saya sering sekali begadang atau tidur malam yang
sangat larut. Jika ditotal mungkin saya hanya tidur 3-4 saja dalam sehari.
Jangan ditanya bagaimana rasanya, yang jelas badan terasa tidak segar dan mengantuk
saat bekerja di kantor. Dan efek yang bikin galau adalah jarum timbangan badan
mulai bergerak ke kanan karena untuk menahan kantuk saya ngemil.
Acara begadang ini disponsori oleh bocah kecil di rumah kami yang berusia 3
tahun.
Irham- si raja kecil- di rumah kami sedang “kacau” pola tidurnya sejak saya
berhasil menyapihnya di usia 2 tahun 8 bulan. Memutuskan untuk menyapih Irham
sempat molor dari harapan saya yaitu menyapih di usia 2 tahun. Setelah berhasil
disapih, Irham kehilangan rutinitas pengantar tidur malamnya yaitu menyusu.
Kami (saya dan Irham) masih belajar bersama mencari rutinitas pengantar tidur
yang nyaman bagi Irham.
Baca: http://www.berandarumahku.com/2021/01/tips-menyapih-dengan-cinta.html
Sejak disapih, Irham susah diajak tidur siang. Meski tidak tidur siang,
Irham tidur di atas jam 9 malam. Saya dan mas suami kadang sepakat untuk
gantian tidur duluan untuk jagain Irham. Irham mulai mengantuk saat jarum jam
menunjukkan pukul 10 malam. Dia akan tidur malam dan bangun pada pukul 8 pagi.
Nah, kalau dia tidur siang maka jam tidur malamnya akan sangat larut, bisa
sampai jam 12 malam baru tidur dan bangun tetap sekitar jam 8 pagi. Sebenarnya
total jumlah tidurnya sudah cukup yaitu sekitar 9-10 jam tetapi yang masih
kacau adalah pola tidurnya.
Begadang di masa anak-anak masih bayi berbeda dengan begadang ketika mereka
berada di usia balita (preschool).
Ketika bayi, kemampuan fisik mereka belum terlalu banyak sehingga pilihan yang
bisa kita lakukan adalah menemani mereka bermain sambil tiduran di kasur,
digendong atau disusui supaya mereka bisa tertidur kembali. Nah, saat anak
memasuki usia balita dengan kemampuan fisik yang sudah berkembang ketika mereka
terbangun dari tidurnya di malam hari mau tidak mau memaksa orang tua untuk
ikut terbangun untuk menemani bermain. Kalau sudah begini, orang tua kurang tidur
dan anak pun kemungkinan akan kurang tidur. Padahal tidur memegang peranan penting dalam
proses tumbuh kembang anak. Ketika terjaga, anak berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya dan mengalami kejadian positif maupun negatif. Tidur berperan
mengendapkan berbagai pengalaman tersebut dan membuang pengalaman yang tidak
diinginkan. Dalam tidur terjadi banyak aktivasi sel otak yang berperan besar
dalam perkembangan kematangan otak pada tahun-tahun pertama kehidupan. Tidur
juga memiliki sifat restoratif yang terkait dengan pemeliharaan daya tahan
tubuh dan pertumbuhan fisik, menghilangkan kelelahan, serta memperbaiki fokus
dan konsentrasi.
Sebenarnya berapa sih kisaran total jumlah tidur bagi
anak-anak? Terkadang sebagai orang tua kita menganggap jumlah tidur anak kurang
dan memaksa untuk tidur siang padahal mereka tidak mengantuk.
Ternyata jumlah total jam tidur anak tergantung usia
mereka.
·
Usia bayi 0 – 1 bulan butuh tidur selama 16 – 20 jam
·
Usia 1 bulan – 1 tahun butuh tidur 14 – 15 jam
·
Usia 2 – 3 tahun butuh 11 – 12 jam
·
Usia 5 tahun butuh 11 jam
Bagian terbesar waktu tidur berlangsung di malam hari dengan jumlah 10-12
jam. Beberapa anak di usia batita menolak untuk tidur siang karena asyik
bermain. Sebenarnya kita tidak perlu memaksa asal kebutuhan tidur anak
tercukupi. Jadi tidak bisa dipukul rata bahwa anak batita “wajib” tidur siang.
Perubahan pola tidur pada anak wajar terjadi. Siklus tidur-bangun dan
jumlah tidur yang diperlukan anak ditentukan secara fisiologis oleh usia dan
tingkat perkembangan serta dipengaruhi jadwal kegiatan keluarga sehari-hari. Ternyata
kebutuhan tidur anak perlahan-lahan berkurang. Bisa kita lihat saat bayi baru
lahir hampir sebagian besar waktunya dihabiskan untuk tidur, saat anak mulai
masuk usia batita dia hanya butuh waktu tidur 10-13 jam saja per hari.
Irham terkadang tidak tidur siang karena asyik bermain dengan
teman-temannya, kalau saya memaksa yang terjadi dia malah tantrum. Akhirnya
saya putuskan membiarkan dia bermain dulu dan memastikan jumlah tidurnya cukup
di malam hari. Dalam keadaan normal jika Irham tidak tidur siang maka jam 20.00
dia sudah mengantuk dan mulai tidur malam jam 21.00 dan bangun pukul 5 pagi.
Yang harus saya lakukan secara konsisten adalah mengatur pola tidurnya.
Perlu membiasakan kegiatan pengantar tidur yang bisa dilakukan untuk membentuk
pola tidur yang baik. Idealnya sih, anak batita seusia irham tidur di bawah jam
9 malam.
Beberapa aktivitas yang sering saya lakukan ketika melihat tanda-tanda
irham mulai mengantuk adalah mengajaknya gelegoran
di kasur. Sambil saya peluk-peluk, dia mulai cerita-cerita sampai akhirnya tak terdengar
suaranya. Ternyata matanya sudah merem dan terlelap.
Terkadang pola tidur irham kacau kalau saya ada tugas kantor yang memaksa
saya pulang larut malam. Rutinitas gelegoran
di kasur sambil pelukan pada pukul 9 malam tidak bisa saya lakukan sehingga
Irham kesulitan untuk memulai tidurnya. Akibatnya dia begadang karena
kehilangan rutinitas pengantar tidur. Sama persis dengan kejadian setelah
disapih. Irham tetap menunggu saya pulang untuk memulai tidur malamnya. Tapi
kalau rutinitas pekerjaan kantor kembali normal, maka pola tidur irham pun
kembali normal kembali.
Aktivitas pengantar tidur setiap anak memang berbeda-beda. Hal ini
tergantung pada kebiasaan anak dan keluarga. Aktivitas ini sangat membantu anak
untuk cepat tidur, dan bisa menambah bonding
dengan anak. Saya sendiri sangat menikmati saat melakukan aktivitas
menjelang tidur dengan irham. Kami saling berpelukan dan bersentuhan, sama
seperti saat menyusui. Rasanya sungguh membahagiakan.